TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cara Agar Timnas Indonesia Bisa Ikut Piala Dunia

#DearFutureIndonesia Sepak bola Indonesia akan bisa bangkit

Unsplash.com/fznsr_

Berkali-kali tim nasional Indonesia gagal lolos ke piala dunia. Hal itu karena timnas kita gagal bersaing dengan timnas negara lain. Namun, ternyata persoalannya bukan hanya itu, ada aspek lain yang mempengaruhi sehingga kualitas timnas Indonesia tidak mampu menandingi negara lain.

Dari mulai pembinaan usia dini yang tidak serius, sampai masalah pengaturan pertandingan. Bagaimana bisa berkualitas kalau yang bermain saja tidak serius, bahkan yang bagus malah dibuang?

Agar asa menonton Timnas Indonesia berjuang di piala dunia tetap menyala, seluruh masyarakat Indonesia perlu menyoroti persiapan dan perjuangan timnas. Di bawah ini ada lima cara agar timnas bisa lolos ke piala dunia.

1. Mendorong pemberantasan mafia sepak bola

unsplash.com/henrique

Mafia sepak bola muncul ketika sepak bola menjadi industri. Nilai sepak bola sudah melampaui hanya sebagai olahraga. Para penggemar dan penonton sepak bola mau mengeluarkan biaya untuk menonton pertandingan. Hal itulah yang membuat aliran uang banyak mengalir ke sepak bola.

Seperti kata pepatah, ada gula, ada semut. Di mana ada uang, akan banyak yang mendatangi. Begitu pula di sepak bola. Jika tak ada regulasi yang adil, pengawasan yang kurang, serta banyaknya orang-orang yang kurang punya integritas, maka "permainan" di dalam permainan sepak bola akan terjadi.

Untuk itu, pemimpin tertinggi negara perlu mendorong penegakkan aturan tanpa pandang bulu. Tujuannya tentu agar sepak bola menjadi bersih dan murni. Tidak ada drama atau sandiwara yang sudah diatur di awal.

Jika pengembangan sepak bola bertumbuh secara alamiah, maka yang hadir adalah yang terbaik. Pemain terbaik, pelatih terbaik, wasit terbaik, pengelola terbaik, dan terbaik-terbaik lainnya.

Baca Juga: 5 Harapan Besar Rakyat Indonesia untuk Presiden yang Terpilih

2. Pengelolaan sepak bola dengan visi jangka panjang

unsplash.com/acrehuet98

Kesuksesan tidak serta merta terjadi. Butuh jangka waktu yang lama untuk menghasilkan tim nasional sepak bola yang sukses. Contoh saja Jepang. Timnas Jepang baru lolos ke Piala Dunia pada tahun 1998 di Perancis. Namun, prosesnya dimulai dengan serius pada tahun 1991.

Kala itu bahkan pengelola sepak bola Jepang melakukan studi banding ke Indonesia. Mereka melihat sepak bola Indonesia cukup bagus waktu itu. Sistem Liga Galatama dengan sponsor perusahaan-perusahaan besar menjadi tolok ukur kompetisi sepak bola yang bagus.

Beda Jepang, beda Indonesia. Masalah pengaturan pertandingan dan rendahnya solusi permasalahan membuat sepak bola Indonesia jalan di tempat. Justru Jepang yang secara bertahap mampu meningkatkan kualitas sepak bolanya. Di mulai dari klub-klub yang sehat, serta pembinaan pelatih yang serius.

Terakhir, Jepang memiliki visi menjadi tuan rumah piala dunia untuk yang kedua kali, dan sampai berani memiliki target menjadi juara dunia di tahun 2050. Bagaimana pun, semuanya tidaklah instan. Perlu proses yang bertahap, dan bertahun-tahun.

3. Tidak cinta buta pada klub yang didukung

Unsplash.com/fikrirasyid

Sepak bola butuh suporter dan penonton. Kemeriahan di dalam stadion akan membuat pertandingan semakin menarik. Nyanyian dan yel-yel yang berkumandang seakan menambah kekuatan bagi tim yang didukung. Untuk itulah pendukung klub sepak bola eksis.

Kecintaan pada sebuah klub tidak lantas menjadi cinta buta. Cinta yang tanpa melihat, mendengar, atau merasakan pada sesuatu yang dicintai. Cinta yang seperti itu adalah keliru.

Seperti yang banyak diketahui, awal pembinaan sepak bola ada pada klub. Akademi sepak bola usia muda yang dimiliki klub menjadi langkah awal bagi pesepak bola dunia meniti karier. Maka, klub menjadi pintu gerbang kesuksesan sepak bola secara nasional.

Cinta yang wajar pada klub dapat dilakukan dengan menyampaikan aspirasi. Langkah apa saja yang sudah dilakukan klub untuk merekrut anak usia dini? Bagaimana sistem pendidikan dan pelatihan yang tersedia di klub? Seperti apa pengelolaan keuangan klub dan laporan keuangannya? Hingga, apa timbal balik klub kepada suporternya?

Jika suporter mencintai klub seperti hal di atas, bisa jadi klub akan menjadi lebih baik. Output yang dihasilkan oleh klub akan luar biasa, seperti trofi dan pemain sepak bola yang andal.

4. Orang-orang baik dan punya kompetensi didorong mengelola sepak bola

Unsplash.com/rawpixel

Pada mulanya orang-orang yang terjun ke sepak bola adalah yang benar-benar menyukai olahraga ini. Anak-anak suka bermain bola karena ramai dengan teman-temannya. Hingga dewasa, ada yang menjadi pemain profesional; menjadi guru olahraga, pelatih sepak bola, manajer, sampai pengurus federasi.

Namun, seperti telah disebutkan di poin pertama tentang mafia sepak bola, sebab industrialisasi sepak bola membuat aliran uang ke olahraga ini melimpah. Ada orang-orang yang lupa pada tujuan awalnya di dunia sepak bola, sehingga apa pun dilakukan demi uang dan harta.

Itulah mereka yang tidak memiliki integritas. Mereka mudah takluk pada nafsu perihal uang, harta, dan kekuasaan. Mereka menyingkirkan siapa saja yang hanya punya satu tujuan, yaitu bermain atau menonton sepak bola murni.

Jika tak ada orang-orang berintegritas mau mengambil alih pengelolaan sepak bola, sebuah negara tidak akan pernah bisa melihat tim nasionalnya berlaga di piala dunia. Tentu karena tim nasionalnya tidak mampu bersaing dengan tim nasional lain.

Untuk itu, siapa pun yang merasa punya integritas atau siapa saja yang mengenal orang-orang baik, boleh kiranya mendorong untuk masuk ke dunia sepak bola. Indonesia butuh orang-orang seperti itu. Demi masa depan kita.

Baca Juga: Tuangkan Harapanmu untuk Indonesia dan Menangkan Macbook Air!

Verified Writer

Agung Setya

Reader and Writer.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya