TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Alasan Orang Dewasa Gengsi Berterima Kasih, Bisa Jadi Ego Tinggi

Budaya dan keluarga ternyata ikut berperan

ilustrasi kesal (freepik.com/pch.vector)

Masih sering kita temui di kehidupan sehari-hari orang dewasa yang gengsi mengucapkan terima kasih. Berbeda dengan anak-anak yang cenderung terbuka, orang dewasa sulit mengekspresikan emosinya. Rasanya seperti ada beban berat yang mengganjal orang dewasa untuk berterima kasih. 

Ternyata, ada banyak alasan mengapa orang dewasa gengsi berterima kasih. Mulai dari ego yang besar, enggan terlihat lemah, hingga pengaruh budaya dan latar belakang keluarga. Mari simak alasan berikut agar kita tidak merusak hubungan interpersonal hanya karena gengsi mengucapkan terima kasih. 

1. Tidak mau terlihat lemah

ilustasi sombong (freepik.com/freepik)

Salah satu alasan utama mengapa sebagian orang dewasa enggan berterima kasih karena mereka tidak ingin terlihat lemah di mata orang lain. Bagi sebagian orang, menunjukkan apresiasi dapat diartikan sebagai tanda kewajiban semata atau kelemahan. Hal ini mereka anggap dapat merusak citra diri yang telah dibangun dengan susah payah. Mereka tidak ingin terlihat sebagai individu yang bergantung pada orang lain.

Tidak mau terlihat lemah juga terkait erat dengan norma-norma yang ditanamkan dalam budaya tertentu, misalnya maskulinitas. Beberapa laki-laki dewasa mungkin merasa bahwa mengekspresikan rasa terima kasih secara terbuka akan merusak persepsi tentang mereka yang tangguh dan dominan. Ini menjadi beban bagi mereka untuk mengakui kontribusi positif dari orang lain. Sehingga, sikap arogansi menahan mereka untuk berterima kasih. 

2. Ekspektasi diri yang tinggi

ilustrasi gagal (freepik.com/katemangostar)

Orang dengan standar tinggi terhadap diri sendiri kerap melihat rasa terima kasih sebagai ungkapan yang merendahkan atau menunjukkan ketergantungan. Mereka menganggap bahwa setiap bantuan atau kontribusi dari orang lain sudah seharusnya mereka dapatkan. Pemikiran ini yang membuat mereka merasa tidak perlu mengapresiasi orang lain. Mereka cenderung mempertahankan citra diri agar terlihat sempurna. 

Selain itu, ekspektasi yang tinggi juga menciptakan rasa tidak puas yang terus-menerus. Orang dengan standar tinggi selalu merasa belum mencapai hasil yang memuaskan, bahkan ketika orang lain memberikan bantuan atau dukungan yang berharga. Dalam konteks ini, mereka menganggap rasa terima kasih sebagai pengakuan bahwa mereka tidak mampu memenuhi harapan sendiri.  

Baca Juga: 5 Alasan Perlu Berterima Kasih pada Proses Jatuh Bangun yang Dilewati

3. Dipengaruhi budaya atau latar belakang keluarga

ilustrasi orangtua memarahi anak (freepik.com/bearfotos)

Budaya atau latar belakang keluarga memiliki dampak yang signifikan terhadap kecenderungan seseorang untuk mengekspresikan rasa terima kasih. Dalam beberapa budaya atau keluarga, nilai-nilai yang menekankan kemandirian dan kekuatan pribadi dapat membuat seseorang enggan untuk berterima kasih. Mereka yang terlatih dalam budaya dan keluarga yang mandiri, lebih sulit untuk mengutarakan rasa terima kasih. Hal ini karena dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang telah diajarkan. 

Tidak hanya berkaitan dengan nilai yang dijunjung tinggi, gengsi berterima kasih juga disebabkan karena sosok role model yang berperilaku sama. Misalnya, ketika orangtua enggan berterima kasih kepada anaknya setelah dibantu, anak mungkin meniru kebiasaan tersebut. Maka dari itu, sosok role model berperan penting dalam membangun sikap apresiasi kepada orang lain secara terbuka. 

4. Tidak nyaman mengungkapkan ekspresi kepada orang lain

ilustrasi menyendiri (freepik.com/freepik)

Ada sebagian orang yang sulit berekspresi karena kepribadiannya yang introvert atau tertutup. Mereka dengan kepribadian tertutup cenderung lebih suka menyimpan perasaan sendiri atau canggung saat harus mengungkapkan terima kasih secara langsung. Ini menghambat mereka untuk mengekspresikan apresiasi kepada orang lain. 

Selain itu, orang dengan kepribadian ini mungkin merasa bahwa berterima kasih adalah tindakan yang terlalu pribadi. Oleh karena itu, mereka memilih untuk menyimpannya dalam hati sendiri. Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi mereka untuk mengembangkan keterampilan sosial. Misalnya dengan mengungkapkan terima kasih melalui cara-cara yang lebih nyaman, seperti menulis surat, tersenyum, atau kontak mata. 

Baca Juga: 5 Efek Dahsyat Berterima Kasih pada Pasangan, Ucapkan Sesering Mungkin

5. Kurangnya keterampilan sosial

ilustrasi menyendiri (freepik.com/freepik)

Kurangnya keterampilan sosial dapat menghambat orang dewasa untuk berterima kasih dengan tulus. Beberapa orang mungkin menghadapi kesulitan menemukan momen yang tepat untuk mengungkapkan apresiasi atau bagaimana cara melakukannya. Kebingungan ini membuat mereka ragu-ragu atau bahkan memilih tidak berterima kasih sama sekali. 

Kurangnya keterampilan sosial juga meliputi kesulitan dalam membaca ekspresi emosi orang lain atau merespons tindakan orang lain dengan benar. Orang yang kurang terampil secara sosial menjadi tidak peka bahwa sebenarnya orang lain telah membantu atau memberikan dukungan untuk mereka. Untuk itu, penting bagi mereka melatih keterampilan sosial serta membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. 

Verified Writer

Annisa Isnaini H.

Creating the world with words

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya