TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Perbedaan Mengasihi dan Mengasihani Diri Sendiri, Jangan Terbalik!

Keduanya merupakan hal yang berbeda, loh

ilustrasi wanita (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kita sering mendengar anjuran untuk mengasihi diri sendiri. Jelas ini jadi salah satu hal yang penting.

Bagaimana kamu bisa mengasihi orang lain, bila belum mampu menerima dan mengasihi diri apa adanya? Terlebih dulu kasih itu harus tumbuh dan kamu rasakan sendiri, sebelum kelak dibagikan pada orang lain.

Namun, seperti apakah wujud dari mengasihi diri sendiri itu? Banyak orang yang salah tangkap dan mengira, bahwa mengasihi diri sendiri sama dengan mengasihani. Alhasil, banyak terjebak dalam mentalitas korban hingga sulit berkembang. Kamu pasti tidak ingin mengalami hal serupa, bukan? Yuk, simak lima perbedaan dari mengasihi dan mengasihani diri di berikut ini.

1. Mengasihi diri sendiri berarti memberi kesempatan untuk bertumbuh. Mengasihani justru membuatmu menyerah

ilustrasi merenung (pexels.com/Darina Belonogova)

Ketika diperhadapkan dengan tantangan atau rintangan, orang yang mengasihi dirinya tidak akan mudah pasrah. Ketika gagal dan melakukan kesalahan, kamu belajar untuk menerima dan memperbaiki itu satu per satu. Kamu memberi kesempatan bagi dirimu untuk bertumbuh dan belajar melalui proses tersebut.

Namun, berbeda dengan orang yang mengasihani diri. Diperhadapkan dengan tantangan langsung membuat ia ciut. Alih-alih berusaha, ia langsung menebarkan bendera putus asa. Ia memandang dirinya sebagai orang yang rapuh dan lemah, dan stigma itu terus terbawa apa pun keadaannya.

Baca Juga: 5 Batas Mengasihani Diri yang Perlu Diperhatikan, Jangan Kebablasan!

2. Mengasihi diri sendiri berarti membangun batas yang sehat dalam hubungan, mengasihani justru sebaliknya

ilustrasi lingkungan kerja (pexels.com/ANTONI SHKRABA)

Mengasihi diri sendiri berarti tahu value yang kamu miliki. Kamu tidak akan mau diperlakukan semena-mena oleh orang lain. Bukannya sombong, tapi kamu bisa membedakan, mana orang yang benar-benar menghargaimu dan mana yang tidak. Ini yang menjagaimu dari relasi toksik.

Namun, orang yang mengasihani diri sendiri kesulitan membedakan itu. Ia saja belum punya relasi yang sehat dengan diri sendiri, bagaimana mau membangun relasi yang sehat dengan orang lain? Akhirnya, jadi sering dimanfaatkan dan dimanipulasi tanpa disadari.

3. Mengasihi diri sendiri termasuk tegas pada diri sendiri. Kalau mengasihani justru 'lembek' pada diri sendiri

ilustrasi bermalas-malasan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ini yang juga membedakan kasih dan kasihan. Kasih tidak berarti selalu lembek dan mengayomi, ada kalanya tegas dan berprinsip, termasuk, pada diri sendiri.

Ketika tahu dirimu mulai melenceng, mudah salah fokus, tidak on track lagi, di situlah kamu perlu bersikap tegas. Hal itulah yang akan membentuk mentalmu menjadi pribadi tangguh dan tahan banting.

4. Mengasihi diri sendiri juga belajar mengasihi orang lain, sedangkan mengasihani cenderung bersikap egois

ilustrasi empati (pexels.com/Mental Health America)

Ketika bisa menerima diri sendiri apa adanya, kamu tidak akan lagi menahan-nahan kasih untuk orang lain. Fokusmu ketika berbuat baik bukanlah diri sendiri, bukan pula cara orang memperlakukanmu, melainkan alasan yang mendasarimu untuk melakukan itu.

Sementara orang yang mengasihani diri sendiri masih fokus pada dirinya. Pokoknya, semua tentang dirinya dan perasaannya. Sikap demikian bukan hanya merugikan diri sendiri, tapi juga orang lain di sekitarnya.

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Mengasihi Musuhmu, Selalu Tebar Kasih! 

Verified Writer

Caroline Graciela Harmanto

sedang mengetik ...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya