TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cara Menghadapi Kesusahan ala Buku Filosofi Teras

Bye bye, depresi!

ilustrasi seseorang memandang langit (RITESH SINGH/pexels)

Kaum Stoa, pengikut stoikisme menganggap bahwa segala kesusahan dan musibah yang terjadi dengan penyebab yang berasal dari luar diri kita sendiri seperti sakit, kecelakaan, dan mungkin dipecat dari tempat kerja bukanlah hal-hal yang dapat menentukan kita menjadi karakter yang baik ataupun buruk. Pelabelan baik atau buruknya suatu musibah yang penyebabnya berasal dari luar diri kita merupakan hasil interpretasi kita sendiri.

Interpretasi kita adalah sesuatu yang sepenuhnya dapat kita kontrol. Kita dapat menganggap segala kesusahan yang telah terjadi sebagai jalan untuk menjadi lebih baik lagi sehingga kita akan fokus pada solusi untuk keluar dari kesusahan yang kita rasakan.

Berikut lima cara menghadapi kesusahan ala Filosofi Teras untuk teman-teman yang ingin tetap tenang dalam menghadapi kesusahan!

1. Menolak pikiran 3 P (personalization, pervasiveness, dan permanence)

ilustrasi bersedih (Engin Akyurt/pexels)

Ada 3 pola pikiran yang dapat menghambat kita maju dalam menghadapi kesusahan. Kita harus mampu mengendalikan pikiran-pikiran buruk ini sehingga kita akan dapat melalui kesusahan yang dirasakan dengan hati yang lebih tenang.

Personalization, merasa kesusahan tersebut sepenuhnya dari diri kita sendiri walaupun memang ada kesalahan yang penyebabnya ada kesalahan diri seperti kecelakaan lalu lintas karena mengendarai motor dalam keadaan mabuk

Pervasiveness, merasa bahwa satu kesusahan akan menyebabkan kesusahan yang lain padahal tidak berhubungan sama sekali.

Permanence, merasa bahwa kesusahan yang dirasakan akan ditanggung selamanya, padahal seiring berjalannya waktu kesusahan itu akan dapat memudar rasanya.

Baca Juga: 5 Cara Hidup Santai ala Filosofi Teras, Goodbye Overthinking

2. Menerima penderitaan

ilustrasi bersyukur (lucie/pixabay)

Sebagai manusia biasa, kita akan tetap mengalami adanya kesusahan walaupun telah melakukan hal yang selaras dengan alam (tidak melakukan kesalahan secara sengaja). Apa yang dapat kita lakukan? "Terimalah kesusahan tersebut dengan hati yang senang. Jika tidak, maka cari tahulah apa yang harus kamu lakukan", ucap Marcus Aurelius, mantan Kaisar Romawi.

3. Bertahanlah dan kamu menang!

ilustrasi wanita di tepi jurang (Andrew Neel/pexels)

Dalam banyak pertandingan olahraga, ada istilah yang dinamakan 'partai panjang'. Ini merupakan strategi yang mengandalkan kesabaran tingkat tinggi dan stamina untuk bertahan dan kemudian menunggu lawan untuk kelelahan lalu mengalahkannya.

Begitulah dalam stoikisme, jika ada kesusahan yang rasanya terlalu berat, cukup hang in there. Bertahan dan tetap tangguh sampai kesusahan itu akan memudar rasanya.

4. Latihan menderita

ilustrasi tunawisma makan (Jimmy Chan/pexels)

Sesekali ajaklah diri sendiri untuk dapat merasakan sesuatu yang rasanya tidak nyaman dan berbeda dari hari-hari biasanya. Misalkan kita biasa berada pada ruangan yang ber-AC di saat suhu sedang panas, maka cobalah untuk berada pada ruangan non-AC

Cobalah ini sampai beberapa hari dan rasakan bahwa ini tidak semenakutkan yang kita kira sebelumnya. Latihan ini sangat baik sekali kita lakukan pada masa damai, sehingga sekiranya kesusahan datang, kita akan menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah goyah.

Baca Juga: Sukses Filosofi Teras, Ini 5 Tips Menulis dari Henry Manampiring

Writer

Dara Nurhaliza

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya