TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Novel Bertema Liberasi Perempuan yang Menginspirasi Pembaca

Referensi sejarah dan kulturnya komplit 

novel bertema liberasi perempuan (instagram.com/myriadeditions)

Mengutip tulisan penulis dan aktivis perempuan, Alix Kates Shulman dan Honor Moor dalam Literary Hub, tuntutan untuk memberi kebebasan lebih pada perempuan muncul di Prancis pada awal 1950-an. Tepatnya ketika buku Le Deuxième Sexe (atau yang diterjemahkan menjadi The Second Sex: Woman as Other) karya Simone de Beauvoir terbit. 

Karyanya menimbulkan perdebatan sengit. Kelompok-kelompok konservatif menghujat bahkan melarang penerbitannya, tetapi di sisi lain ini menginspirasi terbentuknya beberapa gerakan liberasi perempuan. Puncaknya pada tahun 1960-1970-an muncul berbagai kampanye dan demonstrasi menuntut pemenuhan hak untuk perempuan dan kesetaraan gender di sejumlah negara. Terutama Eropa dan Amerika Serikat. 

Meski bukan gerakan feminis pertama, era tersebut yang jadi cikal bakal kebangkitan aktivisme hak perempuan di berbagai negara. Mirisnya, meski sudah ada sejak beberapa dekade lalu, sampai sekarang masih banyak aturan dan norma yang membuat perempuan terkekang. Ini yang kemudian membuat buku-buku bertema liberasi perempuan masih sering kita temukan. Bahkan dengan latar waktu kontemporer. 

Buat yang punya ketertarikan khusus di ranah ini, boleh coba perkaya wawasanmu dengan membaca novel bertema liberasi perempuan berikut. Dijamin menginspirasi. 

1. Stay With Me 

novel Stay With Me (instagram.com/belletrist)

Stay With Me adalah novel  debut penulis Nigeria, Ayobami Adebayo. Karyanya ini berkutat pada sosok perempuan bernama Yejide yang menikahi kekasihnya sejak masa kuliah, Akin. Rumah tangga mereka harmonis sampai isu infertilitas melanda dan keluarga inti mereka pun turut melakukan intervensi. 

Yejide berpikir bahwa satu-satunya cara menyelamatkan pernikahannya adalah dengan hamil, apa pun metode dan risikonya. Namun, tanpa persetujuan dan sepengetahuan Yejide, Akin ternyata telah dinikahkan lagi dengan perempuan lain. 

Pergolakan batin dan perjalanan Yejide mencari solusi untuk masalahnya jadi petualangan psikologi yang menarik. Tak heran kalau novel ini langsung sabet nominasi Women's Prize for Fiction. 

2. The Bread the Devil Knead 

novel The Bread The Devil Knead (instagram.com/myriadeditions)

Masih bertema rumah tangga, kali ini kamu akan berkenalan dengan Alethea Lopez. Ia diceritakan memiliki segalanya, bisnis yang maju dan keluarga yang harmonis. Namun, orang tak tahu kalau selama ini ia adalah korban KDRT. 

Ketika ia menjadi saksi pembunuhan seorang perempuan oleh kekasihnya sendiri, Alethea pun dipaksa melakukan refleksi. Haruskah ia mempertahankan rumah tangganya yang penuh sandiwara dan trauma? 

Sama dengan novel sebelumnya, The Bread the Devil Knead  juga jadi nominasi Women's Prize for Fiction. Terbukti kalau kualitas ceritanya gak main-main. 

Baca Juga: 5 Rekomendasi Novel yang Bercerita tentang Perempuan, Penuh Haru!

3. Tomb of Sand 

novel Tomb of Sand (instagram.com/tiltedaxisbooks)

Narator buku ini adalah seorang perempuan berusia 80 tahun yang didera depresi usai kematian suaminya. Ia kemudian mendapat ilham untuk bangkit dan menggunakan sisa hidupnya untuk menghadapi segala ketakutan dan trauma masa lalu. Termasuk memori kelam saat ia harus mengalami sendiri brutalnya partisi India-Pakistan saat muda dulu. 

Buku berjumlah 700 halaman lebih ini berhasil merebut penghargaan International Booker Prize 2022. Ia diterjemahkan langsung dari bahasa Hindi yang membuat versi terjemahan bahasa Inggrisnya terasa lebih inovatif. 

4. How Not to Drown in a Glass of Water 

novel How Not to Drown in Glass of Water (instagram.com/flatiron_books)

Angie Cruz yang dikenal lewat novel bertema liberasi perempuan, Dominicana, kembali dengan novel How Not to Drown in a Glass of Water pada 2022. Novel ini masih mengangkat tema yang sama. Namun, dari kacamata seorang perempuan 56 tahun yang baru saja dipecat dari pekerjaannya di sebuah pabrik. 

Agar bisa bertahan hidup dari subsidi pemerintah, ia berusaha untuk mendaftar di agen-agen penyalur pekerjaan. Pada sesi-sesi itulah, pembaca diajak menyelami masa lalunya, hingga alasannya bermigrasi dari negara asalnya. Ternyata ia terpaksa kabur untuk menyelamatkan diri dari suaminya yang cenderung melakukan kekerasan. 

Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Kamu Terapkan saat Membaca Novel Sejarah

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya