TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Oliver Budiman: Penggerak Program "Kerik Jamu" di Hari Anak Nasional

Waktunya anak Indonesia bercerita

IDN Times/Fajar Laksmita

Untuk menyambut Hari Anak Nasional yang jatuh pada hari 23 Juli 2019, hadir sebuah program bernama Kerik Jamu yang dibuat untuk menaikkan minat baca anak Indonesia, sekaligus menanamkan rasa peduli terhadap sampah plastik. Program ini diluncurkan pertama kali di kota Surabaya, oleh seorang penggagas muda Oliver Utomo Budiman yang ingin menularkan virus baca buku pada anak. 

Uniknya, Oliver si pencetus program baru berusia 18 tahun. Ollie, sapaan akrabnya sekarang tengah menjalani tahun akhir di Philips Academy Andover. Meski sekolah di luar, namun Ollie adalah anak muda Indonesia yang patut ditiru karena niat mulianya untuk ikut menyebarkan semangat positif tentang literasi dan lingkungan hidup. Bagaimana profil Ollie dan perannya dalam mencetuskan program Kerik Jamu? Simak artikel di bawah ini.

1. Bermula dari menyalurkan hobi membaca buku pada waktu luang, Ollie terinspirasi untuk menularkan virus minat baca lewat Kerik Jamu

IDN Times/ Fajar laksmita

Oliver punya hobi membaca pada waktu luang. Menurutnya, buku mampu membuat pembacanya melihat dunia dengan lebih jelas serta dapat menambah pengetahuan tentang banyak hal. Ollie yang saat ini ada di tahun akhir di sekolah, aktif mengikuti berbagai macam klub siswa di sekolahnya seperti Klub Siswa tentang Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi. Saat ini Oliver masih menjabat sebagai Board Director Food Waste Utilization di sekolahnya. 

Ketika ditanya bagaimana awal Ollie menggagas program Kerik Jamu, dia mengatakan bahwa itu bermula dari hobinya membaca buku pada waktu luang.  "Kebetulan sih saya dari kecil suka baca buku, saya juga baca statistiknya kalau minat literasi di Indonesia sebenarnya bagus, tapi aksesnya sama fasilitasnya buat anak baca yang gak ada."

2. Mengusung tema "Waktunya Anak Indonesia Bercerita", Kerik Jamu menjadi program mini perpustakaan di Surabaya yang menyasar anak

IDN Times/Fajar Laksmita

Program Kerik Jamu diluncurkan tepat pada Hari Anak Nasional pada tanggal 23 Juli 2019 di Surabaya Creative Hub, Kompleks Perpustakaan Bank Indonesia, Surabaya. Program ini ditujukan untuk menarik minat baca pada anak. Buku yang ada di lemari perpustakaan mini Kerik Jamu beragam mulai dari buku cerita rakyat, cerita anak modern, komik hingga tokoh terkenal sehingga diharapkan anak dapat tertarik melihat dan membacanya. 

Secara teknis, setiap peminjam buku harus menyetor 3 jenis sampah plastik untuk meminjam 1 buku. Ibu atau anak dapat meminjam buku tersebut selama seminggu dan menukarnya dengan buku lain dengan menyetor kembali sampah plastik hariannya. 

Program ini menggandeng Alfamart untuk penempatan lemari perpustakaan mini. Pada setiap toko ditempatkan 1 buah rak buku yang diisi 30-40 buku cerita anak. Di sisi rak buku akan disediakan 1 karung kain untuk menampung sampah plastik yang disetorkan. 

3. Ide penukaran sampah muncul dari ketertarikan Ollie saat melihat National Geographic tentang binatang yang mati karena makan sampah plastik

IDN Times/ Fajar Laksmita

Ollie terlibat dengan Klub Siswa Eco-Environment di sekolahnya, sebuah organisasi yang merujuk pada produk yang berkontribusi pada kehidupan hijau atau praktik yang membantu melestarikan sumber daya seperti air dan energi. Ini yang membuat dia berinisiatif membuat program Kerik Jamu sebagai bentuk kepedulian untuk membuka ilmu pengetahuan dan informasi di dunia untuk adik-adik generasi bangsa sekaligus memberikan kontribusi baik bagi lingkungan Indonesia. 

Ketika ditanya kenapa harus dengan menukarkan sampah plastik, Ollie menjelaskan sebagai berikut. "Tahun lalu saya nonton National Geographic ya, saya lihat sedih sekali ada kura-kura sama burung mati karena ada plastik yang dimakan. Saya pikir, eh jahat sekali perilaku orang. Itu awal mula ketertarikan saya, saya sedih jika ada binatang seperti itu, saya suka sama binatang. Saya tahu Indonesia yang paling cantik di dunia dan saya mau keep it bersih. Indonesia mesti bersih, harus punya ekosistem yang gak tercampur dengan plastik." tuturnya.

Ia juga mengkhawatirkan usia plastik yang baru bisa hancur setelah 15 tahun hingga sejuta tahun. Hal inilah yang memotivasinya untuk lebih mencintai lingkungan.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Hari Anak Nasional yang Diperingati Setiap 23 Juli

4. Ollie mengatakan Surabaya dipilih karena sebagian besar sudah eco-friendly, maka dijadikan tempat implementasi pertama program Kerik Jamu

IDN Times/Fajar Laksmita

Sebelumnya, Surabaya telah dikenal memiliki pengelolaan lingkungan yang baik. Surabaya adalah pemilik moda transportasi Suroboyo Bus yang nyaman dengan mengedukasi penduduk untuk memilah dan memanfaatkan sampah plastik yang dihasilkan. Berangkat dengan edukasi ini, program Kerik Jamu memilih Surabaya sebagai kota pertama implementasi karena dinilai sebagai kota yang sudah teredukasi baik dengan sampah plastik. 

Ollie yang saat ingin masih menjalani studi di luar sebenarnya berasal dari Jakarta. Namun ketika ditanya kenapa Ollie mengatakan kenapa Surabaya dipilih karena sebagian besar masyarakatnya sudah teredukasi. Ollie mengatakan jika Surabaya sudah memiliki eco-friendly. Selain itu, Surabaya adalah kota besar yang paling bersih, paling hijau, dan punya sistem untuk recycle yang bagus.

5. Manfaat membaca dilihat dari segi perkembangan psikologi akan membentuk karakter baik pada anak

IDN Times/ Fajar Laksmita

Menurut salah satu pembicara yang menghadiri program Kerik Jamu di Hari Pendidikan Nasioanal, Ibu Inayah Sri Wardhani, ada banyak karakter baik yang terbentuk pada anak ketika membiasakan budaya baca. Beliau menyebutkan karakter baik seperti kejujuran, disiplin, dan kepatuhan. 

"Kalau kita berbicara karakter banyak sih ya, pasti ada karakter yang ingin disampaikan. Ada kejujuran, ada disiplin, kepatuhan, kembali lagi kalau kita berbicara ada nilai-nilai baik melalui membaca. Kalau kita tahu orang tua sekarang tidak banyak memiliki waktu untuk anak, jadi sedikit tugas bisa diselesaikan dengan buku.

Buku menjadi media untuk orangtua menyampaikan pesan-pesan, jadi sumber belajar anak tidak hanya orangtua tapi juga buku. Kita tahu sekarang buku ini sangat banyak dan sudah difasilitasi dengan judul-judul yang luar biasa beda dengan zaman dahulu. Kalau kebiasaan ini terulang terus akan muncul yang namanya budaya. Nah budaya yang baik tentunya dari keluarga. Kebiasaan orangtua membaca buku itu yang bisa ditiru oleh anak."

6. Kerik Jamu memberi warna sendiri dalam membiasakan dan membentuk budaya semangat literasi pada anak

IDN Times/ Rully Bunga

Ibu Inayah Sri Wardhani juga memaparkan bahwa minat membaca itu sebenarnya datang dari orangtua. Kalau kita berbicara minat baca tentunya kembali lagi memang berbeda-beda.

Beliau menjelaskan bahwa ada anak-anak yang punya kesulitan membaca dan kita kembali lagi ke budaya atau kebudayaan dari orangtua di rumah. Namun sederhananya untuk mengawali minat baca adalah dengan mendongeng atau membacakan buku cerita, secara otomatis itu akan membuat anak tertarik terhadap buku bacaan. 

Baca Juga: Di Surabaya, Peringatan Hari Anak Nasional Ajarkan Perbedaan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya