Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Self injury adalah gangguan perilaku berupa menyakiti diri sendiri untuk melampiaskan emosi seperti marah, benci, cemas, kesepian, sedih, rasa bersalah, dan lain-lain. Biasanya, perilaku ini muncul karena trauma psikologis yang berat. Penderita self injury, sama seperti penderita gangguan perilaku lain, perlu mendapat pendampingan baik medis maupun psikologis. Meski begitu, jika salah satu orang di sekitar kita menderita self injury, alangkah baiknya jika kita juga mendukungnya agar sembuh.
Agar dapat lebih memahami soal self injury, tidak ada salahnya kamu juga mengetahui anggapan publik soal self injury yang ternyata salah.
1. Self injury hanya untuk mencari perhatian
unsplsh.com/ @ericjamesward Perilaku self injury bukanlah cara untuk mencari perhatian karena umumnya, pelaku self injury melakukannya secara diam-diam dan menyembunyikannya. Biasanya, self injury menjadi cara untuk melepaskan rasa sakit, seolah menderita sakit fisik lebih baik dari pada sakit mental. Perhatian adalah alasan yang sangat jarang terjadi.
2. Self injury biasanya diderita oleh remaja
unsplash.com/ @christianfregnan Nyatanya, self injury bisa diderita oleh semua orang berapapun umurnya dan apa pun latar belakangnya. Jika seorang dewasa menderita self injury, itu bukan karena dia tidak mampu bersikap dewasa. Seseorang yang melewati masa remajanya dengan baik-baik saja pun bisa menderita self injury saat dewasa.
3. Self injury biasa dilakukan dengan benda tajam
Jika kamu berpikir bahwa temanmu tidak mungkin menderita self injury karena dia tidak pernah menyayat tubuhnya, maka kamu salah. Self injury bisa dilakukukan bukan hanya dengan menyayat, tapi juga membakar, mencakar, membentur-benturkan, meracuni diri sendiri dan masih banyak yang lainnya.
4. Kamu boleh bertanya soal bekas lukanya jika tidak disembunyikan
unsplash.com/ @trung18tuoi Self injury dapat meninggalkan banyak bekas luka. Mereka bisa saja mulai memakai baju lengan pendek dan menampakkan bekas luka namun belum siap menceritakan sejarah kelamnya. Sampai mereka mau bercerita sendiri, lebih baik jangan ditanya.
Baca Juga: 5 Pesan Self Acceptance Lewat 'Scars to Your Beautiful' Alessia Cara
5. Pelaku self injury selalu terlihat depresi
unsplash.com/ @christnefurt Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Kamu salah. Pelaku self injury banyak yang menyembunyikannya untuk mereka sendiri. Di samping itu, mereka bisa saja terlihat normal, bersekolah, bekerja dan bersosialisasi dengan baik.
6. Pelaku self injury menikmati rasa sakit
unsplash.com/ @elizabethlies Bukannya menikmati rasa sakit, hanya saja rasa sakit dianggap sebagai efek samping yang harus ditolerir. Mereka hanya merasa rasa sakit itu lebih baik daripada beban psikologis yang mereka derita.
7. Mudah saja untuk berhenti
Awalnya, self injury seperti solusi untuk permasalahan mereka. Mereka merasa nyaman dan hidup dengan self injury. Seiring waktu, self injury menjadi candu dan kebiasaan. Butuh tekad yang kuat untuk berhenti.
8. Pelaku self injury biasanya kasar dalam keseharian
unsplash.com/ @chuttersnap Biasanya, pelaku self injury menyakiti diri sendiri sebagai aktivitas privat mereka. Mereka melakukannya karena frustrasi terhadap diri mereka sendiri.
Baca Juga: 5 Self Reminder Agar Kamu Gak Terus Mengeluh Meski Hidup Terasa Sulit