TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Langkah-langkah Kecil Teman Autis Wujudkan Indonesia Ramah Autisme

Alvinia berharap masyarakat Indonesia makin paham autisme

Teman Autis ingin mewujudkan Indonesia ramah autisme (instagram.com/temanautis)

Pertengahan 2022 lalu, jagat Internet Indonesia sempat ramai membincangkan drama Korea berjudul Extraordinary Attorney Woo Young Woo. Drama ini memang menampilkan cerita yang unik, yakni menokohkan seorang penyandang autisme yang berperan sebagai pengacara genius. Kala itu, topik tentang autisme pun marak menjadi bahan diskusi di berbagai komunitas.

Tentu hal ini menjadi penanda bahwa masyarakat kita semakin paham dengan kondisi autisme. Meski begitu, perjalanan masih sangat panjang agar Indonesia menjadi negeri yang ramah bagi penyandang autis.

Perjalanan menuju tujuan itulah yang sampai saat ini terus ditempuh oleh Teman Autis, sebuah organisasi non profit yang fokus membahas isu autisme. Alvinia Christiany selaku co-founder Teman Autis berbagi ceritanya bagaimana organisasi yang dibentuknya ini melakukan langkah-langkah kecil untuk mewujudkan impian Indonesia ramah autis tersebut.

Konsistensinya dalam menggalakkan kesadaran masyarakat terhadap autisme ini membuahkan penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2022 dari ASTRA Indonesia. Bagaimana ceritanya inspiratifnya? Yuk, simak selengkapnya.

1. Bermula dari keresahan pribadi tentang maraknya perundungan terhadap penyandang autisme

Menumbuhkan kesadaran masyarakat dan berbagi informasi tentang autisme bagi para orangtua jadi fokus utama Teman Autis. (instagram.com/temanautis)

Sebelum mendirikan Teman Autis, Alvinia sudah lebih dulu membentuk komunitas bernama Light It Up pada 2017 yang fokus memberikan edukasi mengenai autisme kepada masyarakat. Latar belakangnya adalah kala itu sedang marak perundungan kepada anak-anak penyandang autisme, terutama di lingkungan sekolah. Alvinia sendiri juga sering mendengar penggunaan kata "autis" sebagai bahan ledekan.

"Saya sendiri waktu sekolah pernah dirundung, jadi saya merasa terenyuh dengan mereka. Saya gak ingin melihat teman-teman lain, apalagi yang autis ini dirundung bukan karena kesalahan mereka," kisah Alvinia saat diwawancarai pada Sabtu (26/11/2022).

Berangkat dari sana, Alvinia bersama rekannya mencari tahu tentang apa itu autisme. Perlahan mereka makin memahami bahwa autisme bukanlah sebuah penyakit melainkan gangguan pada sistem saraf yang mengakibatkan penderitanya mengalami kesulitan berkomunikasi.

Bersama Light It Up, Alvinia gencar melakukan kegiatan sukarela dan menyosialisasikan tentang autisme di car free day Jakarta. Visi awalnya adalah menyebarkan kesadaran dan pemahaman mengenai autisme kepada masyarakat. Lama kelamaan, Light It Up menambah relasi serta mendapatkan banyak cerita dari para orangtua anak-anak autis.

"Kami mendapat cerita dari para orangtua bahwa mereka merasa kesulitan menemukan tempat terapi dan sekolah yang tepat untuk anaknya. Dari sana kemudian tahun 2018 Light It Up berubah menjadi Teman Autis dan fokusnya tidak lagi hanya mengedukasi masyarakat, tapi juga memberikan informasi," jelas Alvinia.

2. Teman Autis berjuang melawan stigma negatif masyarakat tentang penyandang autisme

Awal mulanya Teman Autis rutin bersosialisasi di car free day Jakarta (instagram.com/temanautis)

Tidak mudah memang memberikan pemahaman mengenai autisme kepada masyarakat awam. Alvinia bercerita, Teman Autis sering mendapatkan curhatan dari para orangtua melalui DM Instagram tentang bagaimana lingkungan mereka yang kurang ramah terhadap anak-anak autis. Mulai dari pandangan buruk dari tetangga, kakek nenek yang pilih kasih, bahkan keluarga yang belum bisa menerima keadaan anak tersebut.

"Hal itu membuat para orangtua jadi down. Mereka jadi cenderung menyembunyikan juga. Menurut kami itu kurang baik karena anaknya jadi tidak mendapatkan penanganan maksimal. Itu salah satu masalah yang sering kami dengar," ungkap Alvinia.

Lanjut Alvinia, menurutnya masyarakat juga harus paham betul dengan kondisi anak-anak autis. Selain masih aktif turun ke car free day untuk menyosialisasikan kesadaran terhadap autisme, Teman Autis juga memiliki website temanautis.com yang di dalamnya terdapat artikel-artikel tentang autisme.

Selain itu, Teman Autis pun aktif membagikan konten inspiratif melalui media sosial Instagram dan Facebook. Setiap tanggal 25 selalu ada program Instagram Live bertajuk "TAWA: Tanya Jawab Seputar Autis" yang mewadahi audiens khususnya orangtua anak-anak autis untuk tanya jawab gratis dengan pakar. Di luar itu pun Teman Autis kini sudah banyak menggelar seminar offline dan online yang menghadirkan ahli psikolog anak autis.

Baca Juga: Demi Indonesia Lebih Baik, Alvinia Bentuk Komunitas Teman Autis  

3. Dulu berfokus pada edukasi tentang autisme, kini berkomitmen menjadi wadah informasi juga bagi orang tua dengan anak autis

Seminar hingga live Instagram jadi medium Teman Autis untuk menyebarkan pengetahuan tentang autisme. (instagram.com/temanautis)

Sebagaimana diceritakan Alvinia, Teman Autis sebelumnya kerap menjumpai keluhan dari para orangtua anak-anak autis yang kesulitan menemukan informasi tentang tempat terapi dan sekolah yang baik bagi anaknya. Keluhan ini pun menggerakkan relawan di Teman Autis untuk membuat direktori klinik terapi dan sekolah yang menerima anak autis.

Direktori tersebut memuat informasi yang lengkap mulai dari layanan dari klinik atau sekolah, kontak, hingga foto-foto pendukungnya. Terdapat pula kategorisasi yang jelas, misalnya terapi wicara, terapi seni, dan sebagainya. Hal ini menurut Alvinia sangat memudahkan orangtua menemukan pilihan sekolah dan klinik bagi anaknya.

Teman Autis juga menyediakan support group melalui WhatsApp bagi para orangtua anak-anak autis untuk saling berbagi informasi dan mendukung. Menurut Alvinia, grup ini menjadi lingkungan yang sehat serta penguat para orangtua dalam mengembangkan anak-anaknya agar bisa menjadi mandiri dan kreatif.

Tak berhenti di situ. Saat ini Teman Autis tengah fokus menggarap fitur baru di website-nya, yakni layanan konsultasi online yang memungkinkan pengunjung untuk berbincang dengan psikolog. Fitur ini dibuat setelah Teman Autis menerima sebuah cerita yang menyentuh dari seorang ibu di Sumatra.

"Beliau ini tanya pada kami klinik terapi autis yang bagus di Jakarta karena anaknya harus menjalani terapi di sana. Saya kemudian berpikir, pasti beliau mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk terapi jauh-jauh dari Sumatra ke sini," kisah Alvinia.

Radar impian Alvinia pun menyala. Agar para orangtua di luar Pulau Jawa ini tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk terapi anaknya, ia dan Teman Autis pun menyediakan fitur layanan konsultasi online tersebut.

4. Langkah kecilnya perlahan memberikan dampak positif bagi banyak orang tua yang memiliki anak autis

Sudah banyak orangtua dan teman-teman autis yang terbantu oleh kehadiran Teman Autis. (instagram.com/temanautis)

Teman Autis mulanya dibentuk oleh empat orang saja. Kemudian, seiring banyaknya aktivitas yang mereka lakukan, kini anggotanya telah bertambah menjadi 13 orang yang masing-masing sudah memiliki pos kerja mulai dari mengelola media sosial dan website.

Awalnya pun Teman Autis hanya konsisten bersosialisasi di car free day dan menyelenggarakan seminar kecil. Namun, hal-hal kecil tersebut perlahan telah memberikan dampak besar dan hasil yang signifikan pula bagi keberlangsungan Teman Autis. Kini mereka sudah menjalin relasi dengan lebih dari 100 mitra klinik dan sekolah bagi anak-anak autis.

"Tantangan terbesarnya waktu awal dibentuk adalah mencari sesama komunitas yang mau berkolaborasi dengan kami. Waktu itu masih sulit untuk mengajak mitra menampilkan info ke website kami," kata Alvinia.

Namun, seiring waktu mereka makin banyak berteman dan ngobrol dengan komunitas lain, jadi mulai bisa menghadapi tantangan ini. Selain itu, program-program seminar yang awalnya hanya fokus di Jakarta kini diskusinya juga dibuat webinar dan konten media sosial dan berhasil merangkul lebih banyak audiens dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Alvinia Christiany dan Perjuangannya Melawan Stigma Autisme

Verified Writer

Gendhis Arimbi

Storyteller

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya