Alvinia Christiany dan Perjuangannya Melawan Stigma Autisme

Impiannya supaya anak-anak dengan autisme dapat diterima

Pada Sabtu (28/11/2022) pukul 10.00 WIB, penulis mendapatkan kesempatan untuk berbincang-bincang via zoom dengan Alvinia Christiany. Ia adalah perempuan di balik gerakan Teman Autis.

Penulis melihat gelora semangatnya ketika ia menjelaskan mengenai gerakan yang diinisiasi pada tahun 2017 silam itu. Seperti apa, sih, sepak terjang Alvinia Christiany dari mulai awal merintis Teman Autis hingga berhasil menerima apresiasi Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Awards ke-13 untuk kategori kelompok? Simak kisahnya, yuk!

1. Berangkat dari keprihatinan akan anak autis yang sering menjadi korban bully, maka terbentuklah Teman Autis di 2017

Alvinia Christiany dan Perjuangannya Melawan Stigma AutismeTeman Autis (Instagram.com/temanautis)

Anak-anak dengan kebutuhan khusus memang kerap dipandang sebelah mata. Tatapan aneh hingga aksi perundungan sering mereka dapatkan. Hal ini yang menggerakkan hati Alvinia Christiany. Ia prihatin dengan banyaknya kasus perundungan yang menimpa anak autis di Indonesia.

“Awalnya kami membuat teman autis ini karena sampai sekarang sebenernya masih, 2017 dulu marak cerita tentang bagaimana anak autis banyak yang dirundung, atau di-bully, terutama di bangku sekolah. Terus pengguna kata autis sebagai ledekan banyak dipakai orang-orang. Setelah denger berita itu kita ngobrol kenapa sih autis pada di-bully, apa sih autisme itu sendiri? Saya sendiri pas di bangku sekolah pernah dirundung, walaupun dulu saya gak punya diagnosa autisme, saya lihat terenyuh hati, kayak ada sedikit beban di hati saya, gak mau liat anak autis di-bully karena bukan kesalahan mereka.” ungkapnya.

Perempuan yang bekerja sebagai interior desainer ini juga memaparkan bahwa gerakan Teman Autis ini awalnya bernama Light Up Project dan terbentuk pada 2017. Namun, pada 2018, gerakan ini mem-branding diri dengan visi yang lebih spesifik. Bahkan, pada awal mula berdirinya gerakan ini mayoritas menggunakan pendanaan mandiri yang berasal dari para anggotanya.

"Pendanaan awalnya dari pendanaan mandiri yang diberikan oleh saya dan rekan-rekan, awalnya 2018 baru mulai rampung. Kami mengadakan penggalangan dana yang awalnya ada donatur yang memberikan donasi untuk kami mengembangkan website ini, tapi mayoritas pendanaan mandiri."

2. Seminar hingga turun ke jalan saat car free day jadi cara yang ditempuh gerakan Teman Autis untuk mensosialisasikan autisme

Alvinia Christiany dan Perjuangannya Melawan Stigma AutismeTeman Autis (Instagram.com/temanautis)

Tak kenal maka tak sayang, sepertinya peribahasa tersebut paling pas menggambarkan situasi yang dialami para anak-anak autis. Hal ini yang memantapkan langkah Alvinia Christiany untuk membuat masyarakat bisa mengetahui dan memahami kondisi para anak autis.

"Kita melakukan jalan bareng dengan anak-anak yang punya kondisi autisme beserta orangtuanya juga di car free day Sudirman Jakarta. Kami bawa spanduk, kami mensosialisasikan autisme kepada pejalan kaki yang ada di car free day, sekalian untuk meningkatkan kesadaran autisme di lingkungan sekitar kami, dengan acara itu, orangtua yg lain jadi bisa ngobrol sama orangtua lainnya." paparnya.

Selain gerakan jalan bareng bersama di car free day, Alvinia juga mengagendakan acara seminar autisme. Lewat kegiatan ini, para orangtua anak-anak autis bisa saling bertemu dan berdiskusi, sehingga dari sinilah terpetakan mengenai kebutuhan mereka. Dari kebutuhan mencari klinik, tempat terapi, hingga sekolah.

Mungkin para orangtua anak-anak autis dapat mencari informasi di dunia maya, namun informasi yang ada di internet tercerai berai. Hal ini yang membuat Alvinia membentuk www.temanautis.com pada tahun 2018. Website ini bisa menjadi wadah bagi para orangtua untuk mencari informasi dan masyarakat awam untuk mengenal lebih dekat dengan anak-anak autis.

Website ini memuat direktori tempat-tempat seperti klinik, tempat terapi, sekolah, hingga komunitas-komunitas bagi anak-anak autis. Selain itu terdapat pula berbagai macam artikel tips yang ditulis oleh ahlinya, sehingga memudahkan orangtua untuk mencari informasi dari sumber terpercaya. Website ini juga menyediakan test screening awal bagi orangtua dengan anak usia 4-11 tahun yang ingin mengetahui apakah anak mereka mengalami gejala autisme atau tidak.

3. Kesulitan mencari komunitas yang mau diajak berkolaborasi hingga keterbatasan sumber daya manusia jadi kendala yang harus dihadapi

Alvinia Christiany dan Perjuangannya Melawan Stigma AutismeTeman Autis (Instagram.com/temanautis)

"Awal-awal sih, awalnya karena kami masih bahasanya pemain baru, tantangannya mencari sesama komunitas yang mau berkolaborasi sama kami, dulu kami cari mitra agak sulit," ungkap Alvinia.

dm-player

Seiring berjalannya waktu, makin berkembangnya gerakan ini dan makin banyak orang yang tahu akhirnya mereka mendapat solusi untuk tantangan ini. Di tahun keempatnya, mereka bahkan bisa merangkul lebih dari 100 mitra dan berkolaborasi tiap bulan.

Meski demikian sekarang muncul pula tantangan baru yang harus mereka alami, yaitu keterbatasan sumber daya manusia. Jumlah mereka yang hanya 13 orang belum mampu memfasilitasi keinginan mereka untuk menjangkau semua masyarakat di Indonesia. Solusinya, saat ini mereka melakukan semaksimal mungkin apa yang bisa dilakukan dan berharap ke depannya jangkauan akan lebih luas.

Baca Juga: Indonesia Ramah Autis, Mimpi Alvinia Christiany dan Teman Autis

4. Hadiah kemenangan dari ASTRA akan digunakan untuk mengoptimalkan layanan dari gerakan Teman Autis

Alvinia Christiany dan Perjuangannya Melawan Stigma AutismeAlvinia Christiany (Facebook.com/semangatastraterpadu)

Alvinia menuturkan bahwa mereka mendapat undangan Satu Indonesia Awards melalui email. Melihat bahwa mereka memenuhi persyaratan, Alvinia langsung mendaftar, menjalani proses interview dan lolos 24 besar. Proses selanjutnya pun bergulir, mereka menjalani peninjauan langsung oleh dewan juri yang ikut terjun menjalani gerakan offline Teman Autis.

Kabar gembiranya, gerakan Teman Autis masuk ke-12 besar. Tak cukup sampai di situ, penjurian pun berlanjut melalui online dan mereka dinyatakan menang 6 besar.

Sebelum memenangkan dari ASTRA mereka merencanakan untuk membuat layanan konseling online. Hal ini supaya memudahkan para orangtua dari anak-anak autis untuk mencari informasi. Nah, hadiah dari kemenangan mereka ini digunakan untuk mengembangkan hal ini.

"Sebelum ASTRA, kami merencanakan layanan tersebut. Ketika kita dapat bantuan dari satu Indonesia Awards ini, kami bilang mereka kami akan menggunakan hadiahnya untuk mengembangkan layanan konsultasi online dengan lebih baik lagi. Sekarang layanannya lagi kami testing untuk para teman di WA grup autis, kalau sudah lebih rapi akan kami publikasikan ke publik." pungkasnya.

5. Meski sederhana, mimpi mereka mulia, supaya anak-anak autis dapat diterima oleh masyarakat Indonesia

Alvinia Christiany dan Perjuangannya Melawan Stigma AutismeTeman Autis (Instagram.com/temanautis)

"Mimpi terbesar kami tentunya masyarakat indonesia bisa menerima teman autis di lingkungannya sehingga mereka mudah menjalankan kehidupan sehari-harinya, pekerjaan pun banyak yg blm bisa menerima karena kondisinya, padahal secara skill mungkin mereka bisa melakukannya, kesadarannya dulu harus ditingkatkan. Kami ingin Indonesia ramah autisme." ucapnya.

Alvinia juga menuturkan bahwa fokus utama mereka adalah para orangtua dari anak autis. Mereka ingin membantu para orangtua di seluruh Indonesia sehingga semua anak autis di Indonesia bisa berkembang dengan maksimal. Salah satu cara yang ingin mereka lakukan adalah merangkul mitra dari pulau lain sehingga para orangtua dapat mendapatkan bantuan yang mereka inginkan.

Gerakan Teman Autis juga akan fokus mengembangkan konsultasi online. Hal ini mereka lakukan dengan cara sosialisasi konsultasi online dengan pergi ke kota lain. Sekarang ini sudah terwujud kerjasama dengan instansi di daerah jawa timur. Ke depannya daerah lain yang akan jadi sasarannya, sehingga para orangtua yang memiliki akses terbatas bisa segera mendapat penanganan dari ahlinya.

Alvinia Christanty juga memberikan pesan kepada para generasi muda supaya tergerak memberikan perubahan dengan melakukan hal kecil yang bermakna. Misalnya saja ketika melihat sesuatu yang kurang sreg di hati, maka lakukan hal yang bisa membantu mengatasi keresahan itu. 

"Bantu yang memang bisa dibantu, kalau di sekitarnya ada kesempatan dan memperlihatkan sesuatu yang menimbulkan keresahan dan beban di hati, lakukan sesuatu sekecil apa pun itu untuk membantu mengatasi keresahan di hati. Dulu kami bukan siapa-siapa, syukurnya dengan konsistensi jadi kami punya banyak teman. Saya pikir anak muda lainnya pasti bisa, asal mau melakukan dari hal kecil itu secara konsisten, di sekitarnya pasti ketemu temen-teman yang tergerak oleh ketulusan hati sehingga mau bekerja bareng dan menjadi lebih besar lagi impact-nya" tutupnya.

Wah, ternyata kisah dari Avinia Christanty ini sangat menginspirasi, ya. Berangkat dari keresahan hati dan dibalut segenap ketulusan, maka terciptalah sebuah gerakan masif yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Tersenyumlah Indonesia, semoga nantinya kita sebagai generasi muda bisa mengekor langkahnya!

Baca Juga: Demi Indonesia Lebih Baik, Alvinia Bentuk Komunitas Teman Autis  

Olivia Erwima Photo Verified Writer Olivia Erwima

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya