TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cara Choi Jun Memperkenalkan Indonesia Lewat Puisi yang Realistis

Menulis puisi itu tidak dipikirkan, tapi dirasakan

Konferensi pers buku Orang Sui, Pohon Kelapa. Hotel Ambhara. 29 November 2019. IDN Times/Geralda Talitha

Peminat sastra di Indonesia, khususnya untuk buku yang berisikan kumpulan puisi, mungkin masih bisa dibilang tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan buku-buku lainnya. Namun, lain halnya bagi Choi Jun. Jun merupakan seorang penyair yang cukup terkenal di Korea. Ia melihat Indonesia sebagai negara yang unik dengan keberagaman yang dimilikinya.

Dirinya terpesona pada berbagai hal yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, Jun ingin memperkenalkan Indonesia ke negara asalnya, Korea, lewat kumpulan puisi yang dijadikan buku berjudul Orang Suci, Pohon Kelapa.

1. Terpesona dengan Indonesia, ia memotivasi dirinya untuk memperkenalkan tanah air ke Negara Ginseng

Buku Orang Suci Pohon Kelapa. Hotel Ambhara. 29 November 2019. IDN Times/Geralda Talitha

Jun pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia pada tahun 2000. Selama 4 tahun, dirinya melihat banyak hal tentang Indonesia, mulai dari perilaku masyarakat, budaya, sampai alam. Selama tinggal di Indonesia, dirinya memiliki keinginan untuk memperkenalkan Indonesia ke negara asalnya, Korea.

Akhirnya, ia memutuskan untuk menuliskannya dalam bentuk puisi dan pertama kali diterbitkan di Korea pada tahun 2007 dengan judul Kucing di Pesisir Pelabuhan Ratu. Namun, respons awal dari masyarakat Korea tidak terlalu positif.

"Ketika buku ini diluncurkan pada tahun 2007, sebagian besar orang tidak mengerti tentang judul dan isi buku ini. Karena mereka adalah orang-orang yang tidak pernah ke Indonesia," tutur Choi Jun dalam bahasa Korea di Hotel Ambhara (29/11).

Ia merasa sempat menyesal menulis buku ini karena ketidakpahaman masyarakat Korea tentang bukunya. Ketika meluncurkan buku ini di Indonesia, Jun mengubah judul dari buku yang ia tulis.

2. Kejadian-kejadian tragis menjadi inspirasi Jun untuk menulis puisi dengan bahasa yang puitis

Choi Jun, penulis buku orang suci pohon kelapa. Hotel Ambhara. 29 November 2019. IDN Times/Geralda Talitha

Dalam menulis puisi, realitas kehidupan di Indonesia menjadi inspirasi Jun. Oleh karena itu, Jun lebih banyak berkisah tentang kejadian-kejadian yang dilihatnya saat tinggal di Indonesia. Salah satu contohnya adalah ketika ia menggambarkan seorang anak jalanan yang kelaparan dan ditulisnya dengan kata-kata puitis bermakna dalam sekaligus tragis.

Uniknya, inspirasi yang didapatkan oleh Jun untuk menulis buku ini, tidak hanya dari orang-orang Indonesia saja. Ia juga mendapatkan ide untuk menulis dari alam.

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Inspirasi yang Kamu Inginkan Tidak Kunjung Datang

3. Agar mudah dimengerti orang Indonesia, Nenden Lilis mencoba untuk lebih memperkuat makna dari tulisan-tulisan Choi Jun

Nenden Lilis. Penerjemah buku Orang Suci, Pohon Kelapa. Hotel Ambhara. 29 November 2019. IDN Times/Geralda Talitha

Nenden merupakan seorang penulis puisi Indonesia, yang berperan sebagai penerjemah buku karangan Choi Jun. Beliau mencoba untuk memperkuat makna pada puisi dengan menyelaraskan bunyinya, tanpa mengubah makna dari puisi aslinya. Ini agar puisi tersebut lebih mudah dimengerti oleh pembaca dari Indonesia.

"Karena ini adalah karya sastra, di mana di dalamnya penuh gaya bahasa dan metafora, ketika menerjemahkannya tidak hanya mengerahkan kemampuan linguistik, tetapi juga ekstra linguistik," ucap Nenden.

Menurutnya, proses penerjemahan tidak sekadar mengubah suatu bahasa menjadi bahasa Indonesia. Yang paling penting adalah pemilihan kata yang tepat agar mudah dipahami oleh para pembaca, khususnya di Indonesia.

4. Tema menjadi patokan Jun untuk menciptakan puisi yang bermakna mendalam

Choi Jun, penulis buku orang suci pohon kelapa. Hotel Ambhara. 29 November 2019. IDN Times/Geralda Talitha

Dalam proses pembuatan puisinya, penyair yang lahir di Jeongseon, Gangwon ini, memilih untuk menentukan temanya terlebih dahulu. Barulah ia menulis puisi yang sesuai dengan tema yang dipilih. Butuh waktu 2 bulan bagi Jun untuk menuangkan pemikiran dan idenya ke dalam bentuk puisi.

Menurutnya, tema menjadi patokan bagi lelaki berusia 56 tahun tersebut, untuk menciptakan puisi dengan makna yang mendalam. "Dalam menulis puisi, saya lebih suka untuk menentukan temanya terlebih dahulu. Daripada menulis puisi dan menentukan temanya di akhir," ujarnya.

Baca Juga: 5 Tips untuk Bantu Kamu Ambil Keputusan Penting dalam Hidup

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya