Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Prasangka sejatinya datang dari sisi emosional. Kondisi di mana seseorang menyimpulkan suatu hal tanpa mempertimbangkan fakta yang sebenarnya. Sehingga prasangka sejatinya tidak bisa dianggap benar lantaran terdapat bias di dalamnya.
Namun nyatanya, masih banyak orang yang belum bisa lepas dari prasangka, terlebih prasangka yang buruk. Hal itu dibuktikan dengan beberapa kecenderungan berprasangsa buruk seperti berikut yang masih dilakukan oleh banyak orang. Padahal prasangka buruk tersebut dapat mendatangkan beragam kerugian, salah satunya dapat menghambat keinginan kita untuk terwujud.
Baca Juga: 5 Perbedaan Antara Orang Berpikir dengan Nalar dan Prasangka
1. Melihat segala peristiwa dari sisi negatif
ilustrasi murung (pexels.com/Muhamad Lutfi) Orang yang gemar berprasangka buruk cenderung melihat setiap peristiwa dari sisi negatif. Misalnya saat mengalami tantangan, kita cenderung melihat sisi kesukarannya, alih-alih memaknai bagaimana tantangan itu bisa membuat kita semakin berkembang.
Berpikir negatif tentu akan membuat kita sulit untuk maju. Sebab kita tak bisa memanfaatkan setiap kesempatan, kerap mengabaikan peluang, dan selalu fokus pada hal yang sebenarnya tidak perlu.
Hal demikian sangat berpengaruh pada proses meraih keinginan dalam hidup. Kita akan mengalami kesulitan dalam mencapainya lantaran melihat dunia dengan sudut pandang yang sangat sempit.
2. Memikirkan hal-hal yang belum terjadi dengan khawatir berlebihan
ilustrasi perempuan diselimuti rasa khawatir (pexels.com/Karolina Grabowska) Tindakan berprasangka buruk kerap mendatangkan kerugian. Salah satu dampaknya yakni kita cenderung akan memikirkan hal yang belum terjadi dengan rasa khawatir yang berlebihan. Sebab kita mengasumsikan bahwa masa depan terlihat menakutkan lantaran tidak adanya kepastian dan jaminan.
Berkutat dalam kekhawatiran yang berlebihan hanya akan membuat kita tertekan. Padahal apa yang kita khawatirkan pun belum tentu terjadi. Sikap demikian hanya akan menghambat kita meraih keinginan dalam hidup lantaran cara pandang kita yang cenderung pesimis terhadap masa depan.
3. Merespons setiap kondisi dengan emosional
ilustrasi orang yang emosional (pexels.com/Polina Zimmerman) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Apabila kita gemar berprasangka buruk, maka kita cenderung hanya mendahulukan asumsi. Sehingga kita akan mengabaikan fakta yang sebenarnya terjadi. Padahal berasumsi semata hanya akan mendatangkan beragam kerugian. Antara lain kecenderungan merasa paling benar, mengalami gangguan kecemasan, pola pikir yang cenderung sempit, sulit diajak berkembang, dan masih banyak lagi.
Jika hal itu tak segera dibenahi, maka akan berpangaruh pada cara kita meraih keinginan dalam hidup. Kita cenderung akan mengalami kesulitan dalam proses mewujudkannya.
Baca Juga: 5 Batasan Mengelola Rasa Takut Agar Tidak Menjadi Prasangka Buruk
4. Mendahulukan asumsi dan mengabaikan fakta
ilustrasi seseorang berprasangka buruk (pexels.com/Polina Zimmerman) Kecenderungan berprasangka buruk sejatinya didorong oleh faktor emosional. Sehingga dalam menyimpulkan suatu perkara, kita menentukannya berdasarkan perasaan semata. Tanpa berusaha untuk mencoba memandangnya dengan melibatkan logika dan pikiran yang jernih.
Mengandalkan perasaan semata dalam hidup hanya akan menjerumuskan. Kita perlu menyeimbangkan kedua hal tersebut agar pola pikir kita berkembang. Sebab berprasangka buruk hanya akan menjadi penghambat kita untuk melakukan hal-hal besar dalam hidup.