TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah Penulisan Al-Qur'an dan Pengumpulannya dalam 3 Masa

Agar umat muslim dapat membaca Al-Qur'an dengan damai

ilustrasi Al-Qur'an (pexels.com/GR Stocks)

Sejarah penulisan Al-Qur'an ini terbagi menjadi tiga masa, antara lain masa Nabi Muhammad SAW, masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan masa Utsman bin Affan. Pada masa Utsman bin Affan yaitu di tahun 15 Hijriah sempat terjadi perbedaan bacaan dalam Al-Qur'an.

Hal tersebut terjadi karena banyaknya lembaran mushaf yang saat itu beredar. Sehingga kekhawatiran seperti perpecahan antara kaum muslimin pun terasa langsung oleh para khalifah. Lalu, bagaimana ya, sejarah penulisan Al-Qur'an dan pengumpulannya berlangsung? Simak rangkumannya berikut ini.

1. Tahap pertama pada masa Nabi Muhammad SAW

Ilustrasi membaca Al-Qur'an (unsplash.com/RachidOucharia)

Tahap pertama ini dimulai pada saat zaman Nabi Muhammad SAW. Pada masa ini masih sedikit orang yang bisa baca tulis karena keterbatasan media tulis pula.

Sehingga saat itu, siapa pun umat Islam yang telah mendengarkan satu ayat, maka dia langsung menghafalkan atau menuliskan ayat tersebut dengan media yang seadanya. Baik di tulang belikat unta, pelepah kurma, potongan kulit, atau permukaan batu cadas. Tidak heran kalau jumlah penghafal Al-Qur'an pada saat itu sangat banyak.

Di kalangan para sahabat sendiri, masih banyak penghafal Al-Qur'an lainnya seperti Khulafaur Rasyidin, Salim bekas budak Abu Hudzaifah, Mu’adz Bin Jabal, Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, Abdullah Ibn Mas’ud, dan Zaid Bin Tsabit.

Pada kitab sahih Bukhari yang diriwayatkan dari Anas Ibn Malik Radhiyallahu'anhu bahwa Nabi Muhammad SAW telah memberi gelar Jama'ah Quraa' kepada 70 orang yang hafal Al-Qur'an. Namun, mereka dihadang lalu dibunuh oleh para pengkhianat yang berasal dari suku Ri’il, Dzakwah, Ushayyah, dan Lahyan. Mereka dijaminkan surga Allah SWT karena telah meninggal dalam jihad.

Baca Juga: Kisah Abu Bakar, Sahabat Nabi yang Dikenal Jujur dan Dermawan

2. Tahap kedua pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

ilustrasi Al-Qur'an (unsplash.com/Ayesha Firdaus)

Selanjutnya yaitu pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu. Ini terjadi pada tahun 12 Hijriyah. Adapun penyebabnya yaitu saat perang Yamamah, banyak sekali dari kalangan Al-Qurra’ yang terbunuh seperti Salem bekas budak Abu Hudzaifah.

Lalu Abu Bakar memberikan perintah agar mengumpulkan Al-Qur'an supaya tidak hilang. Dalam kitab sahih Bukhari juga disebutkan bahwa Umar bin Khattab mengemukakan pandangannya kepada Abu Bakar usai perang Yamamah terjadi.

Abu bakar tidak mau melakukan hal tersebut karena takut akan dosa. Namun, Umar bin Khattab terus menerus memberikan pandangannya tersebut. Sehingga Allah SWT bukakanlah pintu hati dari Abu Bakar akan hal tersebut.

Abu Bakar pun memanggil Zaid Bin Tsabit dan berkata kepada Zaid, “Sesungguhnya engkau merupakan seorang yang masih muda dan berakal cemerlang, kami tidak meragukanmu, engkau dulu pernah menulis wahyu untuk Rasulullah, maka sekarang carilah Al-Qur'an dan kumpulkanlah.”

Setelah itu Zaid berkata, “Maka aku pun mencari dan mengumpulkan Al-Qur'an dari pelepah kurma, permukaan batu cadas dan dari hafalan orang-orang.” Mushaf tersebut kini ada di tangan Abu Bakar sampai ia wafat. Lalu dipegang oleh Umar sampai ia juga wafat. Selanjutnya dipegang oleh Hafsah Binti Umar.

Kaum muslimin sudah sepakat seluruhnya akan apa yang dilakukan Abu Bakar. Mereka menganggap perbuatan ini sebagai hal yang positif. Sebagaimana Ali bin Abi Thalib pun berkata, “Orang yang paling besar pahalanya pada mushaf Al-Qur'an adalah Abu Bakar, semoga Allah SWT memberi rahmat kepada Abu Bakar karena dialah orang yang pertama kali mengumpulkan kitab Allah SWT.”

Baca Juga: Kisah Utsman bin Affan, Sahabat Nabi Pemilik Dua Cahaya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya