TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terkesan Bagus, Ternyata 5 Kalimat Positif Ini Bersifat Toksik!

Di antara kamu pasti pernah jadi korban atau malah pelaku!

Ilustrasi sedih. (pexels.com/Polina Zimmerman)

Saat melihat atau mendengar seseorang ditimpa kemalangan, pastinya kita sebagai manusia yang baik, kalaupun tidak bisa menolong, tapi setidaknya ingin dapat menyemangati agar dia bisa segera bangkit dari situasi sulit yang sedang dihadapi.

Namun sayangnya, pemilihan kata yang tak tepat, alih-alih membuatnya terhibur, malah justru dapat berujung menyalahkan atau membuatnya tersudut. Perkataan seperti inilah yang kemudian diberi istilah dengan toxic positivity, yakni kalimat positif atau penyemangat, tapi sebenarnya jadi racun bagi penerimanya.

Di bawah ini beberapa contoh kalimat yang termasuk toxic positivity. Kenali ya!

1. “Udahlah, mending lihat positifnya aja”

pexels.com/@burst

Di antara kamu mungkin pernah mengalami kemalangan, kemudian curhat ke teman, lalu diberi komen seperti kalimat di atas. Maksudnya bisa saja baik agar kamu bisa melihat sisi positif dari kejadian tidak mengenakkan yang sedang menimpa.

Namun terkadang, kamu curhat hanya butuh didengar dan mendapat penerimaan bahwa it’s ok untuk merasa down dengan apa yang kamu alami. Menyuruh melihat sisi positif dapat membuatmu merasa bahwa kamu adalah seorang pengeluh, padahal baru kali ini curhat.

Bagaimana jika ada orang lain yang mengatakan, “Oh iya, itu emang menyebalkan banget. Mungkin ada hal yang bisa aku bantu supaya bisa membuatmu lebih baik?”. Kedengarannya lebih menyejukkan, bukan?

Baca Juga: 5 Tanda Bahwa Kamu Bukan Toksik dalam Hidup Orang Lain, Cek Dulu Deh!

2. “Makanya, rajin sedekah”

pexels.com/mentatdgt

Sudah jatuh tertimpa tangga, dompet dijambret orang, malah disuruh rajin sedekah, seolah-olah selama ini kamu pelit dan gak pernah sedekah. Gak cuma di dunia nyata, komen seperti ini kerap pula kita lihat atau dengar dilontarkan warga net di dunia maya. Tipe-tipe kalimat yang menyuruh ibadah tapi caranya tidak santun.

Kalau diganti kalimatnya menjadi “Bisa jadi saat ini kamu sedang Allah uji, yang sabar ya, semoga Allah beri ganti yang lebih baik nantinya”. Lebih indah di telinga, kan?

3. “Jangan lebay, aku aja berkali-kali gagal biasa aja”

pixabay.com/JerzyGorecki

Pelontar kalimat seperti ini, yang menyamakan dengan kasus yang dialami pribadi, biasanya tipe orang yang egosentris. Melihat segala sesuatu dari kacamata diri sendiri, dan hal itu nggak baik! Bisa membuatnya pelan-pelan dijauhi, karena orang jadi malas berbicara kepada orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

4. “Masa udah mau menyerah, ini masih belum seberapa dibanding pengalamanku kemarin”

pexels.com/@rpnickson

Tipe kalimat seperti ini juga sering kita temui. Saat seseorang mendapat musibah, bukannya menghibur, malah membanding-bandingkan dengan apa yang ia pernah jalani.

Sikap seperti itu sebaiknya dibuang jauh. Tiap orang memiliki ujian dengan kapasitas yang berbeda-beda. Bisa jadi apa yang kamu anggap ringan pada orang lain, belum tentu kondisinya benar-benar sama.

Daripada berkata demikian, coba deh diubah narasinya menjadi “Iya, aku bisa ngertiin kalau apa yang kamu jalani saat ini sama sekali gak mudah. Tapi aku yakin kalau kamu pasti bisa melewati itu, jadi semangat terus ya! Jika ada yang ingin kamu ceritakan nanti, jangan ragu untuk membicarakannya denganku”. Lebih adem mana di kuping, dibanding kalimat sebelumnya?

Baca Juga: 6 Tips untuk Menjaga Dirimu dari Orang yang Toksik

Verified Writer

L A L A

I fear not the man who has practiced 10,000 kicks once, but I fear the man who has practiced one kick 10,000 times (Bruce Lee)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya