TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Hal Buruk yang Terjadi kalau Merasa Diri Sangat Hebat, Gak Usah Ya!

Takutnya cuma perasaan kita saja

Unsplash.com/mikafinland

Sudah pasti kita harus punya rasa bangga pada diri sendiri. Bangga pada kemampuan dan pencapaian kita. Akan tetapi, rasa bangga pada diri sendiri yang berlebihan bisa membuat kita merasa sudah sangat hebat, lho.

Padahal merasa sangat hebat dengan hebat sungguhan sering gak sejalan. Orang hebat sungguhan biasanya justru bersikap kalem, sederhana, dan rendah hati sehingga dikagumi banyak orang. Namun saat kita merasa sangat hebat, enam hal buruk ini akan terjadi:

1. Penurunan prestasi

Unsplash.com/ospanali

Bukan tanpa sebab hal ini bisa terjadi. Karena kita sudah merasa sangat hebat, kita jadi merasa sudah gak ada lagi yang perlu dipelajari. Kita merasa sudah tahu semuanya.

Kita juga cenderung meremehkan berbagai kesempatan yang datang sehingga melewatkannya begitu saja. Sementara di luar sana, orang-orang makin bersemangat mempelajari hal-hal baru dan mencoba berbagai kesempatan untuk meningkatkan karier.

Akibatnya jelas, kita akan terus tertinggal. Pencapaian kita seperti pendakian yang telah sampai di puncak, tinggal turun untuk pulang.

2. Suka meremehkan orang

Unsplash.com/kentro

Memalukannya, kadang yang diremehkan malah orang yang sebenarnya jauh lebih hebat daripada kita. Ini karena kita sudah gak bisa lagi memandang diri sendiri dan orang lain dengan cukup objektif.

Sikap meremehkan kita akan makin menjadi-jadi pada orang yang benar-benar masih di bawah kita. Baik dalam pencapaian maupun pengalaman. Sebagai senior, kita benar-benar gak akan mendapatkan rasa hormat junior.

Baca Juga: 5 Alasan untuk Gak Terlalu Membanggakan Profesimu 

3. Kesal dengan pencapaian orang lain

Unsplash.com/briant_raw

Orang hebat sungguhan gak akan merasa terusik dengan pencapaian orang lain. Mereka fokus pada pengembangan diri. Namun kita yang kehebatannya sebenarnya belum seberapa tentu akan mudah merasa terancam. 

Diakui atau tidak, sebenarnya kita hanya merasa gak cukup yakin dengan kemampuan diri sendiri. Unjuk kebolehan orang lain benar-benar membuat kita merasa tersaingi. Dalam hati selalu ada kalimat menggugat, 'Kenapa harus dia yang berhasil? Kenapa bukan aku?'

4. Arogan

Unsplash.com/davidveksler

Sikap arogan ini bisa ditunjukkan pada siapa pun. Seperti rekan kerja, bawahan, atau bahkan setiap orang di luar sana yang sama sekali gak mengenal kita. Perasaan diri ini sangat hebat membuat kita selalu ingin 'diakui' oleh orang lain.

Sedikit saja sesuatu tidak berjalan sesuai dengan yang dimaui, kita bisa bersikap kasar pada orang lain. Kita merasa tahu segalanya sehingga semua orang tampak bodoh, lamban, dan tak berguna. Memarahi orang di tempat umum sudah menjadi hal biasa bagi kita.

5. Menolak berbagai masukan

Unsplash.com/officestock

Kalau ingin makin maju, seharusnya kita bersikap terbuka pada berbagai masukan. Memang tidak semuanya perlu diikuti, tetap disesuaikan dengan kebutuhan dan keyakinan kita. Namun bersikap anti pada masukan jelas akan buruk untuk diri sendiri.

Kita jadi gak bisa memperbaiki diri atau kualitas hasil kerja. Jika kita bekerja dalam tim, tentu saja ini akan membuat kesal anggota yang lain karena kita selalu ingin jalan sendiri. Namun bila nanti ternyata kita keliru, semua anggota harus ikut menanggung akibatnya.

Baca Juga: Meski Beda Tipis, Ini 5 Perbedaan antara Percaya Diri dengan Sombong

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya