TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Cara Mengurangi Sikap Fanatik dalam Kehidupan Sehari-hari

Terbukalah dengan perbedaan dan hal-hal baru

ilustrasi membaca buku (pexels.com/Mikhail Nilov)

Sikap fanatik atau keyakinan yang berlebihan terhadap suatu ajaran biasanya dikaitkan dengan agama atau politik. Akan tetapi, sikap fanatik bisa pula sampai ke hal-hal yang lebih sederhana seperti pilihan produk.

Orang yang fanatik memandang ajaran atau pilihannya selama ini sebagai yang terbaik. Ia menolak bahkan dapat sampai membenci hal-hal yang berbeda dari keyakinannya. Apakah kamu juga merasa demikian? Dalam hal apa sikap fanatikmu keluar?

Ketahuilah, bahwa sikap fanatik terkait apa pun akan berakibat kurang baik buat diri sendiri. Kamu bahkan bisa gampang mengembangkan sikap bermusuhan. Ayo, kurangi sikap fanatikmu dengan coba melakukan enam cara berikut ini.

1. Menambah wawasan

ilustrasi diskusi (pexels.com/Kampus Production)

Jika kamu bersikap fanatik, wawasanmu pasti terbilang sempit. Kamu tidak mampu melihat di luar dinding pengetahuanmu. Maka dari itu, memperluas wawasan menjadi langkah pertama untuk membebaskanmu dari sikap fanatik.

Apabila kamu fanatik dalam hal agama, cobalah mempelajari ajaran-ajaran kebaikan yang universal dalam agama-agama lain. Jika sikap fanatikmu terkait produk-produk yang selama ini kamu gunakan, lihat lagi jika banyaknya inovasi produk yang akan makin memudahkanmu ketimbang produk-produk lama tersebut.

Baca Juga: 5 Dampak Buruk jika Kamu Terlalu Fanatik pada Suatu Hal

2. Memahami dan menerima perbedaan

ilustrasi perbedaan warna kulit (pexels.com/SHVETS production)

Sikap fanatik terkait sesuatu menjauhkanmu dari kemampuan hidup berdampingan dalam keberagaman. Padahal, tidak mungkin mengisolasi kamu dari orang-orang berbeda darimu baik dalam hal fisik maupun pandangan.

Memelihara sikap fanatik sama dengan menyiksa diri. Kamu selalu merasa kesal mengapa harus berada di tengah orang-orang yang lain darimu. Meski kamu mencoba berkumpul dengan orang-orang satu pandangan denganmu, ini tidak menghapus lebih banyak lagi orang yang berbeda dari kalian.

3. Mencoba hal-hal baru

ilustrasi memasak (pexels.com/cottonbro)

Seperti disebutkan di awal, sikap fanantik tak hanya terkait agama atau pilihan politik. Dalam perkara yang lebih sederhana seperti cara memasak atau jenis makanan yang akan disantap saja kamu dapat bersikap fanatik.

Misalnya, berkeras makanan sehat hanyalah yang terbuat dari bahan tertentu. Padahal jika dipikir-pikir, apakah mungkin Tuhan menciptakan bahan makanan yang buruk untuk makhluknya? Bukan bahan makanannya yang salah melainkan jumlah konsumsinya yang bisa menimbulkan akibat buruk untuk kesehatan.

4. Mengkritisi keyakinan dan pilihan sendiri

ilustrasi berpikir (pexels.com/Karolina Grabowska)

Orang yang fanatik pasti juga keras kepala. Oleh karena itu, menunggu ada orang yang dapat mengubah sikap fanatikmu rasanya bakal sia-sia. Sedikit saja orang mengkritisi pandanganmu, kamu akan marah dan malah tambah fanatik terkait sesuatu.

Sikap kritis terbaik hanyalah yang datang dari dirimu sendiri. Tidak mungkin kamu tak mampu melakukannya sebab setiap pandangan niscaya ada sisi lemahnya. Runtuhkan dulu egomu yang terlalu tinggi agar kamu bisa melihat hal-hal kurang baik dari keyakinanmu.

5. Memperbanyak diskusi

ilustrasi diskusi (pexels.com/ANTONI SHKRABA)

Sebaiknya diskusi ini dilakukan setelah kamu menyadari sikap fanatikmu, perlunya dirimu berubah, dan poin keempat sudah dijalankan. Dengan begitu, diskusi yang terjadi antara kamu dan teman tak hanya berujung perdebatan apalagi pertengkaran.

Kamu sudah dalam posisi siap mendengarkan dan mencoba memahami sudut pandang orang lain. Kalaupun ada hal-hal yang masih sulit dimengerti, yang kamu minta adalah penjelasan, bukan serta-merta menolaknya.

Baca Juga: [OPINI] Bahaya Fanatisme Politik untuk Generasi Millennials

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya