TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kiat Menceritakan Pencapaian Diri Tanpa Terkesan Pamer

Niatmu murni berbagi kabar bahagia, kan? #IDNTimesLife

ilustrasi mengobrol dengan teman (pexels.com/olly)

Pamer itu tidak baik, setuju? Meski begitu, apakah kamu benar-benar dilarang menceritakan pencapaian-pencapaian dalam hidupmu demi gak dibilang pamer?

Tentu gak seperti itu. Bagaimanapun juga, kamu mencapai semua itu dengan perjuangan. Sudah seharusnya kamu merasa bahagia dan bangga sehingga ingin menceritakannya pada orang lain.

Hanya saja, tetaplah bijaksana dalam caramu mengabarkannya. Berikut 5 kiat untuk kamu supaya niat baik berbagi kabar bahagia gak disangka cuma mau menyombongkan diri. Pahami sebelum menerapkannya, ya!

1. Ceritakan pencapaianmu hanya pada orang-orang terdekat

ilustrasi persahabatan (pexels.com/aleksandr-neplokhov-486399)

Mengapa sebaiknya kamu perlu membatasi ceritamu hanya untuk orang-orang terdekat? Ada beberapa alasan. Pertama, mereka sudah kenal betul sifat aslimu sehingga kecil kemungkinan mereka akan menuduhmu suka pamer.

Kedua, orang-orang terdekatmu biasanya justru akan merasa sedih dan gak dipercaya bila kamu gak mengabarkan pencapaian terbaikmu. Sebaliknya, mereka bakal ikut bahagia kalau tahu pencapaian-pencapaianmu.

Ketiga, bagi orang-orang yang gak dekat denganmu, ceritamu yang tiba-tiba terkait segala pencapaian dirimu akan membuat mereka risi. Bukankah selama ini kalian cuma bertegur sapa sekadarnya? Apa maksudmu yang sebenarnya di balik cerita-cerita itu?

Baca Juga: 5 Alasan Kamu Jangan Jadi Pria yang Suka Pamer ke Perempuan!

2. Jangan mengulang cerita pada orang-orang yang sama

ilustrasi mengobrol dengan teman (pexels.com/fauxels)

Seandainya kamu menceritakan pencapaian yang sama pada orang-orang yang berbeda, tentu kamu punya alasan tersendiri. Misal, kali ini kamu sedang menjadi pembicara di suatu acara dan perlu memberi mereka inspirasi dari kehidupan pribadimu.

Akan tetapi jika pendengar ceritamu itu-itu saja, selain mereka bosan, mereka juga jadi bertanya-tanya soal motivasimu yang asli. Bila hanya untuk memberi tahu, mereka jelas telah mengetahuinya, kan?

3. Tunjukkan antusiasme ketika lawan bicaramu ganti menceritakan pencapaiannya

ilustrasi mengobrol bersama teman (pexels.com/fauxels)

Jangan malah kamu seperti berusaha mengembalikan topik ke pencapaianmu. Memangnya cuma kamu yang bisa meraih ini itu? Orang lain juga mampu dan pasti ingin didengarkan.

Caranya gak sulit, kok. Kamu cukup mendengarkannya dengan saksama lalu memberikan tanggapan yang relevan.

Misalnya, dengan bertanya bagaimana prosesnya sampai ia dapat meraih pencapaian-pencapaian itu. Jangan lupa untuk memberikan pujian yang tulus.

4. Secukupnya saja dalam menunjukkan bukti dari pencapaianmu

ilustrasi menunjukkan bukti (pexels.com/katya-wolf)

Memang benar bahwa tanpa menunjukkan bukti, beberapa orang mungkin tak akan memercayai cerita pencapaianmu. Namun gak usah berlebihan juga, ya.

Contoh, kamu baru membeli rumah. Kamu cukup bilang rumahmu di daerah mana atau menunjukkan fotonya jika temanmu ingin melihatnya.

Akan tetapi, buat apa juga kamu sampai memperlihatkan sertifikat atau bukti pembayarannya? Bahkan meski kamu bangga setengah mati berhasil membeli rumah langsung lunas, bersikaplah biasa saja.

Baca Juga: 5 Hal Buruk yang Akan Terjadi jika Kamu Sering Pamer Kekayaan

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya