TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 sebab Orang Menutup Ruang Diskusi, Menutupi Sesuatu?

Bikin gemas semua rekan satu tim, ih!

ilustrasi diskusi (pexels.com/Marcelo Dias)

Jika ada kesempatan untuk berdiskusi, orang-orang yang berkaitan dapat menyampaikan pendapat mereka. Dalam kerja tim, ini lebih memuaskan bagi seluruh anggotanya. Jangan sampai kebijakan diambil tanpa mempertimbangkan pandangan dari orang-orang yang akan terdampak.

Meski diskusi penting, ada pula orang yang sengaja menutup ruang diskusi dan tidak mengambil kesempatan dalam berbicara. Mengapa ia bersikap demikian? Apakah hal tersebut selalu buruk? Simak ulasannya berikut ini.

1. Tidak mau menerima pandangan orang lain

ilustrasi diskusi (pexels.com/RODNAE Productions)

Ruang diskusi merupakan hal yang paling dibenci oleh orang yang tidak ingin mendengarkan pandangan pihak lain. Dia termasuk suka memaksakan pandangan atau pendapatnya sendiri. Bahkan sekalipun sesuatu menyangkut kepentingan bersama.

Andai pun orang-orang menekannya untuk membuka ruang diskusi, selama pembahasan berlangsung ia hanya akan bersikap menjengkelkan. Sikap mengototnya bakal memancing emosi orang lain. Untuk tipe pemaksa begini, ada atau tidaknya ruang diskusi tetap tak berpengaruh pada keputusan yang diambil.

2. Sudah terlalu kesal mengenai suatu masalah

ilustrasi diskusi (pexels.com/Jopwell)

Diskusi tak hanya diperlukan dalam kerja tim. Guna menyelesaikan berbagai persoalan pribadi, diskusi juga kerap dibutuhkan. Ini hanya akan terjadi kalau dua orang atau lebih yang bertikai bisa cukup mengendalikan diri dan berpikiran jernih sehingga dapat duduk bersama.

Apabila emosi seseorang masih tinggi, dia pasti menolak saat diajak berdiskusi. Barangkali ia sangat kesal dengan orang lain yang dianggap telah merugikannya atau merendahkan dirinya. Jika pun akhirnya dia mau membuka ruang diskusi, butuh waktu lama buat memengaruhinya.

Baca Juga: 5 Tanda Orang Gak Tertarik Ngobrol sama Kamu, Belajar Peka, yuk!

3. Merasa punya hak penuh buat menentukan

ilustrasi diskusi tim (pexels.com/Christina Morillo)

Tidak tepat apabila seorang pemimpin merasa memiliki hak penuh untuk menentukan setiap kebijakan. Sekalipun ia menempati posisi puncak, orang-orang di bawahnya yang akan menjadi pelaksana dari kebijakan tersebut. Belum lagi pihak luar yang bakal kena imbasnya. Sudah seharusnya mereka semua diajak berdiskusi.

Akan tetapi, ada juga hak penuh yang membuat pihak lain tidak bisa memaksa seseorang untuk membuka ruang diskusi. Misalnya, korban dari suatu kejahatan. Ia berhak untuk membawa masalahnya ke ranah hukum dan menolak berdiskusi dengan pelaku kejahatan atau keluarganya yang menginginkan jalan damai.

4. Pernah membuka ruang diskusi, tapi tak ada hasilnya

ilustrasi diskusi tim (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Walaupun diskusi dimaksudkan untuk mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda kemudian mengambil jalan tengahnya, ini tak selalu berhasil. Penyebabnya bisa karena semua orang di sana sama-sama keras dalam memegang pendapat masing-masing.

Tidak mungkin selamanya mereka berdiskusi. Pihak yang terlebih dahulu merasa lelah dan pesimis dengan diskusi tersebut bakal menolak untuk membuka ruang diskusi lagi. Menurutnya, diskusi itu sia-sia saja.

Baca Juga: 5 Keuntungan Cuek pada Cibiran Orang tentang Pekerjaanmu

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya