TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Sebab Milenial Belajar Menyederhanakan Gaya Hidup, Irit Lebih Baik

#IDNTimesLife Bersikap lebih realistis saja, sesuai keadaan

ilustrasi milenial (pexels.com/juan mendez)

Generasi milenial kerap disorot terkait gaya hidupnya yang dianggap mengkhawatirkan karena tampak melebihi kemampuan mereka. Bagaimana menurutmu? Apakah semua milenial seperti itu?

Tentu saja tidak. Bahkan kamu sebagai milenial bisa mempertahankan atau mengubah gaya hidup menjadi lebih sederhana. Bukan tanpa alasan milenial dengan senang hati mau belajar menyederhanakan gaya hidup. Dari tujuh sebab di bawah ini, mana yang kamu alami?

1. Menyadari biaya hidup yang makin tinggi sedangkan penghasilan gak banyak berubah

ilustrasi mengisi BBM (pexels.com/Gustavo Fring)

Dengan adanya kenaikan harga BBM akhir-akhir ini, milenial perlu menghitung ulang setiap anggarannya. Ketika kenaikan harga bahan bakar tidak diikuti dengan bertambahnya penghasilan, mau tak mau kamu harus lebih berhati-hati dalam membelanjakan penghasilan.

Penghasilan yang mampu kamu tabung otomatis menjadi lebih sedikit. Jika kamu ingin jatah tabungan tak berubah, selain mengambil pekerjaan sampingan, kamu pun dapat mengubah gaya hidup menjadi lebih sederhana. 

2. Akhirnya merasakan menjadi generasi sandwich

ilustrasi generasi sandwich (pexels.com/Kampus Production)

Ada milenial yang gak merasakan menjadi generasi sandwich. Ada pula yang memikul beban berat ini tak lama setelah mulai bekerja. Kalau gaya hidupmu yang sudah berkeluarga dan masih harus membiayai orangtua disamakan dengan ketika lajang, tentu penghasilan tak akan cukup.

Kamu dituntut buat membagi penghasilan per bulannya sampai sedemikian rupa. Sudah menjalankan gaya hidup sederhana saja, penghasilan masih kerap tak bersisa bahkan minus. Bagaimana bila nekat bergaya hidup seperti saat masih single?

Baca Juga: 5 Sebab Kebahagiaan Tak akan Berkurang, meski Gaya Hidup Sederhana

3. Tak ingin uang hasil kerja kerasnya habis begitu saja

ilustrasi bekerja (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Awalnya, sebagian milenial mungkin merasa bersenang-senang dalam gaya hidup yang terbilang mewah merupakan cara menebus rasa lelah dalam bekerja. Namun, akhirnya kamu sadar juga bahwa tindakan ini hanya membuat penghasilan lebih cepat menguap sebelum rasa lelah terangkat.

Ke mana perginya bergelas-gelas kopi yang mahal selain menjadi air seni beberapa jam saja setelahnya? Di mana jejak dari tidur satu atau dua malam di hotel berbintang dengan dalih staycation? Lambat laun kamu yang berpenghasilan tak terlalu tinggi bakal ngeri menyadari uang yang diperoleh dengan susah payah berceceran di mana-mana.

4. Lebih suka uangnya buat investasi daripada dihabiskan saat ini juga

ilustrasi investasi (pexels.com/RODNAE Productions)

Sudah watak manusia untuk tidak tahan melihat uang berlama-lama mengendap. Setelah menyadari tentang poin 3, kamu akan mulai memikirkan ke mana sebaiknya sebagian penghasilan dialirkan? Investasi merupakan jawabannya.

Berbeda dengan segelas minuman mahal yang tak lama kemudian keluar sebagai air seni, investasi adalah bibit tanaman yang terus bertumbuh. Sekecil apa pun penghasilan yang hari ini kamu sisihkan untuk berinvestasi, kelak akan memberi hasil yang berlipat-lipat.

5. Ingin punya atau menambah usaha

ilustrasi bekerja (pexels.com/Annushka Ahuja)

Milenial yang bekerja sebagai karyawan biasanya menginginkan punya usaha sendiri. Entah untuk dikelolanya sendiri selepas resign atau mempekerjakan orang dan ia tetap bekerja di kantor, gagasan ini sangat menarik. Bila usaha dipegang sendiri, kamu berubah status dari karyawan menjadi pengusaha.

Kalaupun mempekerjakan orang lain, kamu tetap memiliki penghasilan yang lebih besar dibandingkan jika hanya bekerja di kantor. Tentu saja, usaha memerlukan modal. Milenial yang hari ini mulai mengumpulkan modal dengan menyederhanakan gaya hidupnya bakal lebih cepat merealisasikan rencana usahanya.

6. Pengaruh teman sebaya atau tokoh yang menjadi panutan

ilustrasi milenial (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Milenial belajar secara aktif dari lingkungannya bahkan orang-orang yang tak dijumpainya secara langsung, tetapi dianggap sebagai panutan. Gaya hidup mereka ikut membentuk gaya hidupmu. Apabila milenial dikelilingi teman-teman yang sederhana, idolamy juga menerapkan gaya hidup serupa, kamu pun akan ikut terpengaruh.

Kamu bahkan tidak merasa insecure ketika melihat orang lain yang bergaya hidup berbeda. Seab, sang idola bergaya hidup sederhana, kamu justru merasa keren. Lantaran mayoritas temanmu juga sederhana, kamu pun merasa nyaman-nyaman saja serta gak beda sendiri.

Baca Juga: 5 Tips Gaya Hidup Sehat Menurut Ahli untuk Mencegah Depresi

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya