Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Menerima penolakan dari orang lain dalam hal apa pun sama dengan belajar melihat realitas kehidupan. Pasalnya, tidak mungkin semua hal di dunia ini berjalan persis seperti keinginanmu.
Namun kenyataannya, ada saja orang yang seiring berjalannya waktu seolah-olah paling tidak bisa jika keinginannya ditolak. Dia akan menunjukkan kemarahan, kesedihan yang terlalu dalam, dan memaksakan kehendaknya.
Lantas, mengapa dia seakan-akan tak pernah dewasa dan tegar menghadapi penolakan? Mungkin enam penyebabnya ada di bawah ini.
1. Dia berpikir setiap kerja keras kudu terbayar lunas sekarang juga
ilustrasi kerja keras (pexels.com/George Milton) Karakter asli dari orang berpikiran seperti ini ialah tidak bisa bersabar. Dia sangat menyukai hasil yang secepat mungkin. Apalagi ketika dia memang tidak hanya berpangku tangan.
Dia berpikir antara usaha dengan hasil ibarat orang berbelanja secara cash saja. Ada uang langsung ada barang. Sulit untuknya percaya bahwa tak sedikit pun kerja kerasnya bakal luput dari perhitungan.
Hanya soal kapan dan seperti apa bentuk imbalan atas kerja keras itu diberikan yang bukan bagian dari kewenangannya. Ada perasaan terlalu waswas kalau-kalau dia tidak akan memperoleh sesuatu yang sudah menjadi haknya.
2. Meremehkan pesaing dan menganggap dirinya paling hebat
ilustrasi istirahat sejenak (pexels.com/Ketut Subiyanto) Salah satu kelemahan dari orang yang suka meremehkan orang lain adalah hanya fokus pada apa yang dilihatnya secara langsung. Misalnya, cuma karena orang lain tampak santai, ia berpikir orang tersebut malas dan tak mempersiapkan diri dengan baik untuk suatu kompetisi.
Berbeda dengan dirinya yang selalu mempertontonkan berbagai upayanya dalam meraih sesuatu. Padahal, kenyataannya tentu bisa sangat berbeda. Di luar yang diketahuinya, orang-orang juga belajar dan berlatih bahkan lebih rajin darinya.
Baca Juga: 5 Akibat Fatal dari Sifat Serakah, Selalu Berada dalam Kekurangan!
3. Sejak kecil keinginannya selalu dituruti oleh orangtua
ilustrasi merenung (pexels.com/MART PRODUCTION) Idealnya, anak memang pertama kali belajar soal penolakan dari orangtua. Bukan artinya orangtua menolak kehadiran anak atau menelantarkannya. Namun, orangtua wajib tahu kapan berkata iya dan tidak untuk keinginannya.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Biasanya dengan dalih mampu serta tak ingin mengecewakan anak, orangtua akan memenuhi seluruh keinginannya. Ini sama saja dengan membuat anak tidak pernah belajar tentang rasa kecewa, menerima kenyataan hidup, dan bangkit dari keterpurukan.
4. Menyamakan penolakan dengan penghinaan secara pribadi
ilustrasi sedih (pexels.com/Sleiman Al-Khatib) Cepat tersinggung karena berpikir terlalu jauh ke arah yang negatif menjadi ciri dirinya. Setiap penolakan sudah pasti dianggapnya sebagai perbuatan menghina yang otomatis menjatuhkan harga dirinya.
Contoh, lamaran kerja seseorang yang telah kuliah tinggi-tinggi mendapat penolakan. Bukannya melakukan introspeksi barangkali dia memang tidak memenuhi seluruh syarat yang ditetapkan, ia malah emosi. Pikirnya, orang tersebut mengolok-olok tingkat pendidikannya yang diraih dengan susah payah.
5. Tingginya ambisi atau tuntutan yang ditujukan padanya
ilustrasi stres (pexels.com/MART PRODUCTION) Ambisi diri yang terlalu tinggi saja akan membuat kita tertekan, apalagi kalau memikul ambisi orang lain yang harus diturutinya. Dia dituntut agar begini begitu, misalnya oleh kedua orangtua.
Lantaran ia masih bergantung secara finansial pada orangtua, mau tidak mau ia harus mengikuti perintah mereka. Apabila penolakan yang terjadi bertentangan dengan ambisi atau tuntutan orangtua, dia merasa sangat takut sehingga berusaha memaksakan keinginan.
Baca Juga: 5 Alasan Kamu Perlu Bersyukur dengan Kesehatan Fisik yang Dimiliki