TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Sikap Bijak Menghadapi Perceraian Orangtua, Kuatkan Mentalmu!

Dekatkan diri pada Tuhan agar lebih tenang

ilustrasi surat cerai (pexels.com/Karolina Grabowska)

Pada usia berapa pun, menghadapi perceraian orangtua bukanlah hal yang mudah. Sebelum keinginan bercerai itu muncul, konflik di antara mereka pasti telah kerap terjadi. Keinginan untuk berpisah hanyalah puncaknya.

Terkejut, sedih, marah, dan tak percaya adalah perasaan yang wajar kamu alami. Meski demikian, tetaplah berusaha mengendalikan diri. Demi kebaikanmu sendiri, bersikaplah penuh kehati-hatian seperti di bawah ini.

1. Jangan kabur dari rumah

ilustrasi remaja sedih (pexels.com/cottonbro)

Apabila kamu benar-benar tak tahan lagi berada di rumah, boleh saja kamu pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri. Namun, pastikan kamu telah memberi tahu orang di rumah tentang tujuanmu. Jangan asal kabur saja dan membuat semua orang bingung.

Kamu dapat bermalam di rumah saudara atau kakek dan nenek. Berada di rumah orang yang kamu kenal dengan baik menghindarkanmu dari berbagai potensi bahaya. Pasalnya, kondisi psikismu sedang tidak stabil. 

Baca Juga: 5 Konsekuensi Tersembunyi yang Dialami Anak akibat Perceraian

2. Berceritalah hanya pada orang yang bisa dipercaya

ilustrasi menahan bicara (pexels.com/Monstera)

Di saat seperti ini kamu pasti membutuhkan teman bicara. Kamu ingin menumpahkan unek-unekmu, mendapatkan ketenangan dan dukungan, mungkin juga masukan.

Kebutuhan ini terasa sangat mendesak buat segera dipenuhi. Namun, tetaplah berhati-hati dalam memutuskan pada siapa kamu hendak membicarakannya. Bagaimanapun, perceraian masih sering dianggap tabu.

Sembarangan mengajak bicara orang bisa-bisa hanya mendatangkan masalah baru untukmu. Misalnya, mereka mencecarmu perihal penyebabnya dan mengapa kamu tak mampu mencegah perceraian itu. Bukannya tenang, kamu justru bakal tambah tertekan.

3. Jaga fokusmu pada pendidikan atau pekerjaan supaya tak berantakan

ilustrasi melamun (pexels.com/RODNAE Productions)

Memang sukar untuk konsentrasimu tak terganggu sama sekali oleh masalah serius dalam hubungan orangtua. Walau demikian, berusahalah buat mempertahankan sisa-sisa konsentrasimu.

Meski itu berarti kamu perlu mengungsi ke rumah saudara atau ngekos, misalnya. Ingat, bukan kabur, ya. Intinya, agar kamu lebih tenang dan fokus saja. Jika pernikahan orangtuamu harus berakhir, pendidikan atau pekerjaanmu jangan sampai ikut berantakan.

4. Tak perlu memihak kalau tidak jelas siapa yang benar dan tertindas

ilustrasi ayah menenangkan anaknya (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Orangtuamu adalah dua orang dewasa. Mereka yang paling tahu masalahnya. Meski kamu boleh saja memberikan saran demi mempertahankan pernikahan mereka, pada akhirnya biarkanlah mereka menyelesaikannya sendiri.

Keberpihakanmu pada ayah akan melukai hati ibumu, begitu juga sebaliknya. Kecuali, ada alasan yang kuat untuk itu. Seperti salah satu menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, penelantaran, atau perselingkuhan. Jika masalahnya lebih pada ketidakcocokan di antara mereka, bersikaplah netral.

5. Jangan melarikan diri ke hal-hal yang negatif

ilustrasi merenung (pexels.com/Nikita Krasnov)

Seperti disebutkan dalam poin pertama, kondisi psikismu sedang tidak stabil. Kamu akan lebih mudah dipengaruhi oleh orang lain, terutama dalam hal-hal negatif. Di samping itu, kemarahanmu pada orangtua juga dapat memunculkan keinginan untuk 'menghukum' mereka.

Dalam benakmu timbul pemikiran buat sengaja melakukan hal-hal buruk supaya mereka merasa bersalah bahkan malu. Pemikiran seperti ini menyesatkan. Sekalipun kamu berhasil 'menghukum' mereka, yang paling rugi tetap dirimu sendiri.

Kehidupanmu bakal rusak untuk selamanya apabila kamu tak mampu membebaskan diri dari hal-hal negatif tersebut. Ini serupa dengan keinginanmu buat merasakan lumpur di telapak kakimu. Namun yang terjadi kemudian, kamu justru terperosok begitu menginjaknya dan sulit keluar dari sana.

Baca Juga: 6 Cara Mengurangi Tekanan Psikis Pasca Perceraian

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya