TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Alasan Justru Kecewa Setelah Self Healing, Merasa Sia-sia!

Merasa usaha yang dilakukan sia-sia

ilustrasi merasa kecewa (unsplash.com/Annie Spratt)

Self healing adalah salah satu upaya untuk menyembuhkan mental dari keterpurukan. Tentunya, ini menyangkut sejumlah gejolak emosi negatif yang muncul. Baik kemarahan, kekecewaan, maupun keterpurukan yang berlarut-larut. Harapannya, setelah self healing mental pulih seperti semula.

Sungguh disayangkan, yang terjadi malah sebaliknya. Setelah menjalani self healing justru merasa kecewa. Perasaan lelah dan bosan mendominasi diri sepanjang waktu. Mengapa kondisi seperti ini bisa terjadi? Mari ketahui alasan dibaliknya.

1. Proses yang lambat

ilustrasi jam tangan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Manusia turun dikaruniai oleh sejumlah gejolak emosi negatif dalam dirinya. Contohnya rasa marah dan kekecewaan. Jika tidak dikelola dengan baik, keberadaan emosi negatif bisa menjadi hambatan meraih tujuan.

Namun demikian, upaya menyembuhkan mental tidak selalu berjalan lancar. Adakalanya seseorang merasa kecewa setelah self healing. Salah satunya disebabkan oleh proses yang lambat. Saat menjalani self healing, perasaan lelah dan bosan tidak bisa dikendalikan.

2. Harapan tidak realistis

ilustrasi sosok ambis (pexels.com/MART PRODUCTION)

Harapan kita setelah self healing mental bisa pulih seperti semula. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Setelah self healing, perasaan lelah dan kecewa semakin mendominasi diri. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tentunya tidak terlepas dari suatu alasan.

Bisa jadi kita sudah memiliki harapan yang tidak realistis. Contohnya menginginkan kondisi mental pulih secara instan dan dalam waktu cepat. Di sisi lain, harapan ini tidak bisa dicapai dengan mudah. Apalagi sebagai manusia memiliki sisi keterbatasan diri.

3. Realita berbanding terbalik dengan ekspektasi

ilustrasi tertekan (pexels.com/Victoria Borodinova)

Menghadapi proses self healing memang menjadi tantangan tersendiri. Harapannya setelah self healing mental bisa kembali ceria seperti semula. Tapi apa yang terjadi? setelah self healing justru mengalami kekecewaan berlarut-larut.

Tentu menjadi pertanyaan mengapa kondisi seperti ini bisa terjadi. Salah satunya adalah realita berbanding terbalik dengan ekspektasi. Saat menyadari ada yang tidak sejalan, kamu merasa proses self healing yang dijalani sia-sia.

Baca Juga: 5 Alasan Berkebun Bisa Jadi Healing untuk Orang Patah Hati

4. Kegagalan menemukan solusi

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Yan Krukau)

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan self healing. Jika dilakukan secara tepat, justru bisa memulihkan mental dari keterpurukan. Namun sayangnya, tidak semua orang mendapatkan apa yang diharapkan dari self healing. Alih-alih memulihkan mental, mereka justru merasa kecewa.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satunya mungkin karena kegagalan menemukan solusi. Seseorang mungkin telah mencoba berbagai teknik atau metode penyembuhan diri namun tidak melihat perubahan yang signifikan. Hal ini dapat menyebabkan rasa frustrasi.

5. Lingkungan sekitar tidak sepenuhnya suportif

ilustrasi terkucil (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Upaya memulihkan kondisi mental tidak hanya melibatkan diri sendiri. Namun, kehadiran orang-orang sekitar juga sangat diperlukan. Mereka menjadi penguat saat kamu sedang berusaha bangkit dari keterpurukan. Tapi apakah lingkungan selalu menghadirkan orang-orang demikian?

Jawabannya tentu saja tidak. Pada lingkungan tertentu, justru didominasi oleh orang-orang yang memiliki karakter toksik. Hal ini yang membuat upaya memulihkan mental tidak memperoleh dukungan penuh. Kamu merasa kecewa karena dalam prosesnya tidak memperoleh support dari lingkungan sekitar.

Verified Writer

Mutia Zahra

Be grateful for everything

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya