TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Sebab Susah Memperbaiki Kebiasaan Belanja Impulsif, Sering Terjadi!

 Tidak bisa menahan diri dari godaan tren 

ilustrasi belanja banyak barang (pexels.com/Max Fischer)

Belanja termasuk aktivitas rutin setiap orang. Baik itu belanja harian maupun bulanan. Tapi belanja juga tidak terlepas dari berbagai kebiasaan buruk. Salah satu yang sering terjadi yaitu kebiasaan belanja impulsif.

Walaupun tahu jika hal itu tidak baik, namun masih cukup banyak orang kesusahan keluar dari kebiasaan belanja impulsif. Berbagai sebab turut mempengaruhi mengapa seseorang tidak kunjung mampu memperbaiki kebiasaan tersebut. Lima di antaranya dalam penjelasan di bawah ini.

Baca Juga: 3 Tips Keuangan Biar Kamu Gak Belanja Impulsif, Yuk Simak! 

1. Cashflow bersifat amburadul 

ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Pemasukan dan pengeluaran merupakan kunci utama kestabilan finansial. Kita harus mengetahui aliran keduanya secara jelas dan mendetail. Jangan sampai arus keuangan memiliki label lebih besar pasak daripada tiang.

Cashflow yang bersifat amburadul menjadi penyebab utama seseorang susah memperbaiki kebiasaan belanja impulsif. Informasi keuangan yang tidak akurat membuat seseorang kurang berhati-hati dalam belanja. Ia suka membeli apapun tanpa mempertimbangkan kestabilan finansial ke depannya.

Baca Juga: 5 Zodiak yang Suka Kehidupan Glamor, Gemini Impulsif saat Belanja

2. Tidak ada pencatatan barang apa yang harus dibeli 

ilustrasi memcatat (pexels.com/monstera)

Dalam berbelanja, kita harus tahu daftar barang apa saja yang hendak dibeli. Entah itu kebutuhan dapur, berbagai peralatan mandi, maupun aneka barang-barang kecil yang lain. Tapi sebagian besar orang malah meremehkan dan tidak mencatat apa saja barang yang harus dibeli.

Tindakan ini membuat kebiasaan belanja impulsif semakin menjadi-jadi. Semua yang terlihat menarik di beli tanpa pertimbangan lebih jauh. Niat awal hanya membeli peralatan mandi dan kebutuhan dapur, pulang-pulang malah memborong seluruh isi toko.

3. Tidak ada kategori yang jelas terkait prioritas 

ilustrasi belanja (pexels.com/Gustavo Fring)

Prioritas kebutuhan harus diutamakan. Tidak ada kata tidak. Ini dikarenakan prioritas kebutuhan berperan besar terhadap kelangsungan hidup. Ketika prioritas tidak terpenuhi, keseimbangan hidup akan sedikit terganggu.

Tidak adanya kategori yang jelas terkait prioritas membuat seseorang terus terjebak kebiasaan belanja impulsif. Dalam membeli barang, mereka tidak mampu mempertimbangkan dari segi manfaat dan kebutuhan. Melainkan membeli atas dasar ketertarikan sesaat.

4. Sering memuaskan rasa penasaran akan promo 

ilustrasi diskon (pexels.com/max fischer)

Promo menarik yang bertebaran kerap menjadikan seseorang khilaf. Merasa sayang jika dilewatkan, pada akhirnya kita membeli barang lucu walaupun tidak terlalu dibutuhkan. Kebiasaan seperti ini terjadi berulang sepanjang waktu ketika berbelanja, baik secara online maupun offline.

Selalu memuaskan rasa penasaran akan promo rupanya merupakan sebab seseorang sulit membebaskan diri dari kebiasaan belanja impulsif. Apa yang tidak direncanakan akan dibeli asal harganya murah. Rasa sayang melewatkan diskon lebih diperhatikan daripada kestabilan finansial yang hampir tumbang.

Baca Juga: 5 Tips Selamatkan Diri dari Pengambilan Keputusan yang Impulsif

Verified Writer

Mutia Zahra

Let's share positive energy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya