TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Buku Self-Improvement yang Wajib Kamu Baca di Usia 20-an

Bisa membantu mengembangkan diri kamu #IDNTimesLife

ilustrasi orang membaca (pexels.com/Min An)

Membaca dipercaya membawa dampak positif dalam hidup seseorang. Bahkan, kebiasaan membaca banyak diterapkan tokoh sukses. Mereka kerap meluangkan waktu satu hingga dua jam dalam sehari hanya untuk membaca buku. 

Tak hanya berperan sebagai jendela dunia, buku juga bisa menjadi panduan yang baik untuk mengantar kita pada perubahan positif. Dalam hal ini, buku pengembangan diri merupakan pilihan tepat. Tak jarang banyak orang merasa terbantu usai membaca bab demi bab yang tersaji di dalamnya. 

Dari banyaknya jenis buku pengembangan diri yang terjaja di rak toko buku, mana yang layak jadi prioritas utama? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

1. Atomic Habits

Atomic Habits karya James Clear (instagram.com/bookothon)

Seringkali kita berpikir bahwa hasil yang besar membutuhkan gebrakan yang besar. Tak heran jika akhirnya kita malas memulai semuanya. Namun, James Clear dalam buku Atomic Habits tidak berpikir demikian. Melalui bukunya, dia menjelaskan bahwa kesuksesan dapat digapai dengan melakukan kebiasaan kecil positif yang dilakukan secara konsisten setiap hari.

Menurutnya, menjadi lebih baik 1 persen setiap hari akan mengantarkan seseorang untuk 37 kali lipat jauh lebih baik dalam satu tahun. Ini selaras dengan konsep 'Snowball Effects' atau efek bola salju, di mana akumulasi hal kecil akan mengarah pada sesuatu yang lebih besar.

Alih-alih membahas teori normatif, Clear justru menawarkan cara praktis yang dapat memandu kamu untuk mengubah kebiasaan. Langkah yang tersaji juga mudah diikuti, jadi kamu gak akan kebingungan di tengah jalan!

2. Filosofi Teras

Filosofi Teras karya Henry Manampiring (instagram.com/potretbysk)

Membaca judulnya saja barangkali sudah membuat dahi kamu berkerut. Bukan tanpa alasan, filsafat memang lekat dengan kesan mengawang dan sulit dimengerti. Namun jangan khawatir, Filosofi Teras ini dijamin jauh dari konsep rumit ala buku filsafat pada umumnya. 

Tema besar yang diangkat dalam Filosofi Teras adalah stoikisme, salah satu aliran filsafat yang berkembang pada periode Helenistik, sekitar awal abad ke-3 SM. Kendati berusia 2000 tahun lamanya, poin-poin yang ditawarkan oleh stoikisme masih sangat relevan bahkan di masa sekarang.

Ini karena stoikisme membahas pola pikir kita terhadap dunia sekitar. Henry Manampiring, selaku penulis, menyampaikan bahwa cara kita memandang suatu masalah seringkali tidak sesuai dengan fakta objektifnya. Selain itu, stoikisme mengingatkan manusia untuk fokus pada hal yang bisa diubah, alih-alih entitas eksternal yang berada di luar kendali kita.

Baca Juga: 5 Buku Self-Improvement untuk Tingkatkan Kualitas Dirimu!  

3. The 7 Habits of Highly Effective People

7 Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey (instagram.com/readwithdayana)

Penasaran dengan kebiasaan yang dapat menciptakan kesuksesan? Kamu akan menemukan penjabaran komperehensifnya melalui buku ini. Kebiasaan seseorang, menurut Stephen Covey lewat The 7 Habits of Highly Effective People, dapat mengantarkannya pada kesuksesan atau kemunduran. Oleh karena itu, Covey menekankan bahwa kebiasaan adalah hal fundamental yang dapat membentuk identitas diri.

Buku ini mengajak para pembaca untuk membangun kebiasaan yang baik dengan penuh kesadaran. Selain menciptakan kebiasaan baik, buku ini juga menginspirasi kita untuk fokus melakukan hal-hal produktif. Gaya penulisan Covey yang terbilang asyik membuat poin-poin bahasannya mudah diikuti dan diaplikasikan dalam sehari-hari.

4. Thinking Fast and Slow

Thinking Fast and Slow karya Daniel Kahneman (instagram.com/allararead)

Sesuai judulnya, buku ini bertujuan untuk mengupas lapisan demi lapisan pikiran manusia. Di dalam buku dijelaskan bahwa otak manusia memiliki dua mekanisme berpikir, yaitu sistem 1 (berpikir cepat) dan sistem 2 (berpikir lambat).

Pada praktiknya, manusia lebih banyak menggunakan sistem berpikir cepat sebab dinilai lebih efisien. Sistem berpikir lambat, di sisi lain, menggunakan ongkos dan upaya mental yang besar karena lebih banyak berurusan dengan logika dan penalaran.

Sayangnya, sistem berpikir cepat rentan terpengaruh oleh bias kognitif, atau kesalahan sistematis dalam bepikir yang memengaruhi cara seseorang dalam mengambil keputusan. Namun, buku ini menyajikan konsep yang komprehensif mengenai bias kognitif sehingga kamu bisa mempelajari dan berusaha untuk mengurangi kecenderungannya.

Baca Juga: 5 Buku Self Improvement Buat Cewek yang Baru Putus Cinta, Bebas Galau!

Verified Writer

Nadhifa Aulia Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya