TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IWF 2021: 7 Fakta Penting Upskilling dan Reskilling dalam Menulis

Siap untuk menyongsong literasi digital #IWF2021

sesi "Editor's Talk" bersama para editor IDN Times (youtube.com/IDN Times)

IDN Times baru saja usai menggelar Indonesia Writers Festival 2021 secara daring. Acara yang rutin digelar tahunan ini berlangsung selama 6 hari terhitung dari 25 hingga 30 Oktober 2021.

Biasa disingkat sebagai IWF, acara ini merupakan ajang berbagi pengetahuan di bidang tulis-menulis. Dari belasan topik informatif dengan para narasumber inspiratif, IWF 2021 merangkum pentingnya upskilling dan reskilling di dunia literasi digital.

Istilah upskilling dan reskilling bukanlah hal baru di dunia kerja. Dua kata itu semakin sering digunakan beberapa tahun lalu kala laju ekonomi dunia berada dalam pengaruh kekuatan digital. Lalu, apa maksud dua kata tersebut, sih? Yuk, kita simak fakta-faktanya!

1. Apa itu upskilling dan reskilling?

Sesi "Writing Sessions: SEO dan Copywriting" bersama Jumawan Ahyarudin, Anastasia Desire, dan Bayu Wardhana, Indonesia Writers Festival 2021 (Tangkapan layar. youtube.com/IDN Times)

Di Indonesia, kata-kata asing ini santer digaungkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada pertengahan tahun lalu. Saat itu, Kemdikbud berusaha "mengawinkan" pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan industri guna menyongsong ekonomi digital.

Secara sederhana, upskilling merupakan sebuah upaya dalam meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan seseorang sesuai bidangnya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran mandiri, mengikuti seminar, dan pelatihan.

Sering dikira sama, reskilling memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan upskilling. Ia digunakan sebagai upaya dalam menambah pengetahuan serta keterampilan baru. Biasanya, hal baru tersebut masih memiliki ketersambungan dengan bidang yang ditekuni.

2. Seberapa pentingkah?

Ilustrasi pekerja industri (pexels.com/Chevanon Photography)

Dilansir World Economic Forum, dengan infiltrasi teknologi masif, setidaknya ada 85 juta pekerjaan akan hilang dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan. Manusia akan digantikan oleh mesin-mesin canggih yang tentunya lebih efisien dari segi tenaga dan biaya. Hal mengerikan ini semakin cepat berlangsung dengan hadirnya pandemik COVID-19.

Meskipun demikian, beriringan dengan itu, akan ada 97 juta pekerjaan baru yang turut bekerja bersama mesin-mesin tersebut. Untuk menyongsong ekonomi digital, pekerja tentunya harus meningkatkan kemampuan sekaligus menambah pengetahuan mereka agar tidak tersingkir, baik oleh mesin ataupun pekerja lain yang lebih mumpuni.

Istilah upskilling dan reskilling bak duo dinamis yang dapat mendukung pengembangan diri seseorang agar menjadi pribadi yang lebih kompetitif. Dengan kemampuan yang kaya, setiap orang pastinya akan memiliki nilai lebih agar siap menghadapi revolusi industri 4.0. Termasuk dalam dunia tulis-menulis.

3. Zaman tak lagi sama

Ilustrasi orang mengetik dengan menggunakan laptop (pexels.com/Startup Stock Photos)

Alasan utama perlunya meningkatkan serta menambah kemampuan tidak lain karena zaman mengalami perkembangan dan perubahan. Evolusi literasi terjadi dari hal sederhana, mulai dari tidak mengenal aksara, menulis di atas batu, lahirnya kertas, hingga munculnya kecerdasan buatan yang dapat mentransformasikan suara menjadi tulisan.

Generasi buyut, kakek, nenek, bahkan orangtua generasi milenial dan gen Z pernah mengalami proses menulis hanya dengan menggunakan tangan serta alat tulis. Lalu, muncul teknologi mesin tik. Kini, dua generasi muda tersebut dikelilingi gawai canggih dengan teknologi mumpuni untuk membantu mereka menulis.

Sekarang, kegiatan menulis tidak hanya berkutat dalam menulis buku atau berita saja. Dengan pesatnya dunia digital, menulis merambah ke dunia yang lebih luas. Jenis tulisan pun semakin beragam dan tentunya memiliki ciri khas masing-masing. Jika tidak ikut berkembang, penulis pastinya akan tertinggal.

Baca Juga: IWF 2021: 5 Tips Riset ala Jalal untuk Menulis Opini Cerdas, Catat!

4. Seni menulis tidak bisa digantikan robot

Ilustrasi orang menulis (pexels.com/Judit Peter)

Saat ini, pengembangan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan semakin gencar dilakukan. Pada beberapa aspek pekerjaan, AI mulai digunakan secara aktif. Di dunia literasi, terdapat alat pintar yang dapat mengubah suara manusia menjadi tulisan. Diterima atau tidak, akan ada banyak pekerjaan yang tergantikan oleh mesin-mesin genius tersebut.

Namun, sejatinya kegiatan menulis tidak bisa begitu saja digantikan oleh robot. Menulis merupakan sebuah seni yang lahir dari rasa dengan maksud menyentuh hati orang yang membacanya. Ia bisa menjadi bahasa cinta, sumber inspirasi, pihak yang mengontrol, bahkan dalang fitnah dan perdebatan.

Selain senjata tajam atau api, pena atau tulisan sudah menjadi "senjata" ampuh sejak dahulu. Kata-kata yang terangkai itu dapat membawa perubahan sosial dengan jangkauan yang sangat luas. Mengiringi perkembangan zaman, kegiatan menulis akan tetap ada selama manusia menjadi khalifah di bumi.

5. Semua aspek kehidupan membutuhkan tulisan

Ilustrasi kalimat inskripsi sebuah poster iklan (pexels.com/Anete Lusina)

Dahulu kala, menulis hanya tenar sebagai kegiatan yang lekat dengan buku. Namun, itu tidak di zaman teknologi dan informasi yang pesat sekarang ini. Profesi penulis tidak hanya soal menulis buku dan berita. Dengan beragamnya tren media sosial, penulis pun memiliki berbagai lapangan kerja yang menarik untuk menyalurkan talentanya.

Dengan bakat yang diiringi keterampilan berpikir kreatif, analisis, fleksibel, dan visioner, penulis zaman sekarang dapat menulis apa saja dan di mana saja. Jika dulu orang harus membeli buku atau koran cetak di toko, saat ini, mereka hanya tinggal menyentuh alat berlayar datar nan tipis bernama gawai pintar.

Pekerjaan menulis merambah hingga ke sudut-sudut kehidupan, mulai skenario film, naskah video media sosial, berita cetak maupun digital, iklan, bahkan sekadar takarir media sosial. Semua itu adalah "pintu-pintu" penulis untuk berkarya dan mendatangkan rezeki di zaman modern ini.

6. Jangan jadikan kemajuan zaman menjadi bentuk kemunduran karakter

Ilustrasi orang menggunakan telepon genggam (pexels.com/cottonbro)

Dengan berbagai kemudahan yang ada, setiap orang bebas menyalurkan gagasan dan mengekspresikan keberadaan mereka. Saat ini, semua orang bisa membuat konten, tetapi hanya sedikit yang dapat memberikan manfaat untuk dirinya, orang-orang sekitar, hingga dunia.

Hal ini dibuktikan dengan pengguna media maya yang dibanjiri jutaan konten kurang mendidik setiap hari. Berkarya sebebas-bebasnya tentu saja dibolehkan, tetapi harus dengan syarat berlaku. Meski miris, kemajuan teknologi yang tidak disikapi dengan bijak nyatanya membawa kemunduran identitas penggunanya.

Di berbagai platform media, pengguna dapat menemukan kalimat-kalimat bernada negatif dengan mudah. Sebagai penulis, apa pun jenisnya, baik bersifat pribadi atau publik, sudah seharusnya kamu memperhatikan untaian kata yang ditulis. Jadikan menulis sebagai ajang untuk mewaraskan karakter di dunia yang serbabebas ini.

7. Cara efektif meningkatkan dan menambah kemampuan menulis

Sesi "How to Develop Your Writing Skills Beyond Limits; From Novelist to UX Writer" bersama Sri Izzati, Indonesia Writers Festival 2021 (Tangkapan layar. youtube.com/IDN Times)

Apa pun pekerjaannya, termasuk menulis, haruslah mempunyai integritas, kredibilitas, keterampilan berpikir, manajemen pribadi, dan kemampuan berkolaborasi yang baik. Hal-hal itu tidak akan terwujud tanpa adanya semangat untuk terus belajar, baik dengan membaca, mengikuti seminar, hingga pelatihan aktif.

Sebagai salah satu ujung tombak pendidikan karakter, penulis pastinya diwajibkan memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Mau tidak mau, ia harus banyak belajar, melihat, dan mendengar dari berbagai aspek sebelum membagikan gagasan kepada orang lain, entah lewat sekolah formal maupun informal.

Beruntungnya, di zaman serbadigital ini, penulis semakin mudah meraup informasi. Sudah banyak lembaga, baik pemerintah, swasta, maupun pribadi, memberi ilmu secara cuma-cuma, salah satunya media digital kesayangan generasi milenial dan gen Z, yaitu IDN Times, melalui Indonesia Writers Festival.

Baca Juga: IWF 2021: Mau Tulis Indepth Article? Kuasai Dulu Temanya!

Verified Writer

Aqeera Danish

edith

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya