TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Jalan Menuju Kebahagiaan Menurut Filsuf Besar Dunia

Bisa buat pegangan hidup di kala resah melanda

ilustrasi jalan kebahagiaan (pexels.com/Huy Pan)

Kebahagiaan adalah dambaan setiap manusia. Tak mengherankan jika manusia melakukan berbagai daya upaya untuk memperoleh kebahagiaan. Namun, kebahagiaan nyatanya gak selalu dapat diperoleh dengan mudah.

Arti kebahagiaan itu sendiri berlainan untuk setiap orang, demikian juga jalan untuk meraihnya. Berikut adalah pandangan lima filsuf besar tentang apa itu kebahagiaan dan bagaimana cara untuk mencapainya.

1. Jalan kebahagiaan menurut Socrates

ilustrasi jalan kebahagiaan (pexels.com/Lan Yao)

Menurut Socrates (sekitar 470 SM–399 SM), kebahagiaan tidak sama dengan sejumlah kesenangan karena jiwa Adalah hal utama dari manusia. Jadi, kebahagiaan jiwa merupakan hal terpenting dibandingkan kesenangan tubuh. Kebahagiaan yang sejati adalah kebahagiaan jiwa (eudaimonia).

Bagaimana cara mencapai eudaimonia? Socrates mengatakan bahwa cara untuk mencapai eudaionia adalah dengan mempraktekkan kebajikan atau keutamaan nilai-nilai kebaikan seperti pengendalian diri, kemurahan hati, dan kejujuran. Kebajikan ini sendiri berasal dari kesadaran dan pengetahuan mengenai hal apa yang baik secara moral.

Menurutnya, siapa saja yang berpengetahuan tentang kebenaran tidak mungkin secara sengaja melakukan kejahatan. Bagi Socrates, orang yang mengetahui kebenaran dengan sendirinya akan melakukan hal baik. Kejahatan lahir dari kebodohan atau ketidaktahuan. Maka menjadi berpengetahuan adalah penting untuk mencapai kebahagiaan.

2. Jalan kebahagiaan menurut Aristoteles

ilustrasi jalan kebahagiaan (pexels.com/Huy Pan)

Aristoteles (384 SM – 322 SM), menyatakan bahwa tujuan akhir dari setiap perbuatan manusia tak lain adalah demi mencapai kebahagiaan. Salah satu filsuf terbesar sepanjang masa dengan pendahulunya ini setuju bahwa kebahagiaan yang sejati adalah eudaimonia  atau kebahagiaan jiwa. Menurut Aristoteles, untuk mengalami kebahagiaan dibutuhkan keutamaan hidup yang disebutnya sebagai arete.

Arete atau keutamaan hidup ditempuh dengan cara berbuat baik atau hidup baik secara moral. Perbuatan yang baik secara moral adalah perbuatan yang sesuai dengan norma umum masyarakat dan sesuai dengan kaidah etika universal. Perbutan-perbuatan yang melawan arete seperti membunuh, menipu, dan mencuri hanya akan merusak kebahagiaan sejati manusia.

Baca Juga: 8 Cara Menerapkan Stoikisme Supaya Hidup Kamu Lebih Bahagia

3. Jalan kebahagiaan menurut Epikuros

ilustrasi jalan kebahagiaan (pexels.com/Sascha Hormel)

Epikuros (341 SM  - 271 SM), mengemukakan ide mengenai cara hidup bahagia atau yang ia istilahkan dengan ataraxia. Ia berpandangan bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan mengalami kenikmatan dalam hidup dan menghindari rasa sakit. Namun, kenikmatan yang dimaksudkan oleh Epikuros tidak boleh dimengerti sebagai kenikmatan jasmani jangka pendek.

Ia menyarankan seseorang mencari kebahagiaan jangka panjang yang lebih bertahan lama daripada kesenangan yang justru membawa penderitaan dan kesakitan. Setiap kesenangan yang mendatangkan kecemasan dan rasa sakit juga harus dihindari. Misalnya, minum minuman keras mendatangkan kenikmatan, tetapi pada akhirnya menyebabkan kemabukan, dan kehilangan pengendalian diri. Jenis kesenangan seperti ini harus dihindari.

4. Jalan kebahagiaan menurut Zeno dari Kitium

ilustrasi jalan kebahagiaan (pexels.com/Ylanite Koppens)

Zeno adalah filsuf yang terkenal dengan aliran stoikisme, yaitu aliran yang membahas khusus mengenai arti kebahagiaan itu sendiri. Menurut Stoikisme, kebahagiaan adalah keadaan kedamaian pikiran (peaceful of mind).

Kebahagiaan hanya dapat ditempuh dengan jalan menghindarkan hal-hal yang bersifat tidak rasional seperti emosi negatif. Emosi negatif yang dimaksud adalah emosi yang kuat dan berlebihan yang dapat membuat akal budi dan kehendak menjadi lemah.

Rasa marah dan dendam, hawa nafsu, kecanduan, kecemasan yang berlebihan akan sesuatu (overthinking), merupakan bentuk emosi yang harus dihindari. Zeno, juga para filsuf Stoikisme menganjurkan untuk melatih pengendalian diri dalam hidup sehari-hari dengan mengutamakan akal budi daripada emosi dan nafsu.

Baca Juga: 5 Cara Pertahankan Kebahagiaan dalam Kesederhanaan, Ingat!

Writer

Paris Ohoiwirin

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya