Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Krisis identitas diri pertama kali dicetuskan oleh psikolog asal Jerman, Erik Erikson. Ia menyatakan bahwa krisis identitas diri tidak terjadi di masa remaja saja, tetapi juga pada orang dewasa bahkan paruh baya. Kondisi psikolog ini muncul seiring bekembangnya kehidupan manusia dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Krisis identitas diri merupakan hal yang wajar terjadi. Namun, apabila tidak disikapi dengan bijak kondisi ini akan memunculkan berbagai masalah fisik hingga psikis. Apalagi jika terjadi pada usia remaja dimana masa-masa mencari identitas diri dan keingintahuan yang tinggi. Lantas bagaimana cara kita menghadapi fase krisis identitas diri? Yuk simak penjelasannya berikut ini.
1. Menerima dengan sadar diri
Menerima secara sadar sedang mengalami di fase krisis identitas diri merupakan hal pertama yang harus dilakukan. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka akan menimbulkan konflik dalam diri. Mengakui secara terbuka kepada orang-orang terdekat bukanlah aib. Bahkan hal tersebut tidak menutup kemungkinan bisa menjadi solusi bagi permasalahan yang terjadi dari masukan orang-orang terdekat yang mungkin saja telah mengalami fase tersebut.
2. Mengenali diri sendiri
Luangkan waktu untuk menggali identitas diri kita. Tidak perlu mengetahui jawaban secara langsung. Lakukan dengan perlahan. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengenali diri sendiri, sepeti:
- Pikirkan kelebihan dan kekurangan diri kamu. Hal-hal yang menjadi ciri khas kamu di mata orang lain juga bisa menjadi acuan. Hal ini dapat membantu tujuan kedepannya. Mengetahui kekurangan diri juga sangat diperlukan agar bisa melakukan evaluasi sehingga bisa menentukan sikap saat terjadi suatu masalah.
- Cari tahu hal apa yang membuat kamu bahagia, tertarik dan hal yang membuat diri kamu bersedih.
- Mengetahui hal yang membuat kamu terkendali. Terkadang di masa-masa pencarian identitas membuat kita terombang-ambing. Pengendalian kehidupan biasanya muncul dengan hadirnya orang-orang terdekat seperti orang tua, keluarga, teman atau pacar. Jangan malu untuk meminta tolong karena hidup kamu tidak sendiri.
Baca Juga: Lakukan 5 Hal Ini agar Gak Alami Krisis Identitas dalam Hubungan Cinta
3. Membuat tujuan hidup
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Setelah kita menerima dan mengenali diri sendiri, selanjutnya tentukan arah tujuan hidup. Caranya, catat hal-hal yang ingin kamu capai dalam rentang waktu perhari, persatu minggu, satu bulan, atau satu tahun. Selain mencatat hal yang ingin dicapai, kamu tentukan juga dengan cara apa capaian tersebut diraih. Tentukan tujuan hidup berdasarkan kebutuhan kamu bukan hasil melihat capaian orang lain. Lakukan resolusi yang telah ditentukan secara perlahan. Ingat jangan terlalu memforsir diri ya karena kamu sedang tidak berlomba.
4. Keluar dari lingkungan toxic
pexels.com/@wildlittlethingsphoto Lingkungan toxic akan membuat dirimu semakin susah dalam menghadapi krisis identitas diri. Selain itu, lingkungan yang tidak mendukung akan membuat dirimu susah berkembang. Lingkungan toxic tidak hanya berkaitan dengan orang-orang yang memberikan pengaruh negatif pada dirimu saja, tetapi juga yang menyepelekan dan menganggap kamu lemah. Maka dari itu mencari lingkungan yang suportif diperlukan agar kesehatan jiwa dan ragamu tidak terganggu.
Baca Juga: 5 Cara Menghapus Karma Buruk untuk Hidup yang Lebih Bahagia