TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bawa Pesan Berharga, FloaThink in Harmony Satukan Masa Lalu & Sekarang

Pecinta seni wajib datang nih

IDN Times/Rully Bunga

Pengaruh media sosial terhadap arus informasi membuat akademisi dari Universitas Ciputra menggelar pameran seni bertajuk "FloaThink in Harmony". Pameran ini diadakan di Galeri Paviliun House of Sampoerna mulai tanggal 14 Maret hingga 6 April 2019. Pameran yang diisi oleh sebelas peserta ini menghadirkan 30 karya dalam bentuk dua maupun tiga dimensi. Penasaran seperti apa karya mereka? Intip yuk!

1. Pameran ini mengangkat tema FloaThink in Harmony

IDN Times/Rully Bunga

Tema "FloaThink in Harmony" diangkat untuk menggambarkan bagaimana seseorang mengejar, terbang dan melayang dalam mengikuti laju perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain timbul harapan agar tetap menapak dan memegang norma yang ada. Sehingga peserta yang mengikuti pameran juga menyisipkan pesan-pesan ini melalui karyanya.

2. Terinspirasi dari perasaan dan pikirannya setiap pagi, Jenny menampilkan karya "Spirit in My Cups"

IDN Times/Rully Bunga

Seperti Jenny Lee yang menuangkan idenya melalui sebuah karya dengan nama "Spirit in My Cups". Karya ini merupakan gambaran dari baik-buruknya pikiran dan suasana hati seseorang. "Setiap kita terbangun di pagi hari, pasti banyak sekali perasaan atau pikiran-pikiran yang menggeluti kepala kita. Dari hal itu, saya ingin menyatukan semuanya menjadi semangat baru dalam hidup," ungkap Jenny. Cup dan air juga sengaja dipilih karena dua hal ini yang paling identik dengan suasana pagi hari.

Baca Juga: 5 Cara Efektif Mengatasi Kecanduanmu Terhadap Media Sosial

3. Berbeda dengan Jenny, Henry Trisula ingin mengajak anak muda untuk tetap melestarikan budaya

IDN Times/Rully Bunga

Berbeda dengan Jenny Lee, Henry Trisula ingin mengajak anak muda gak melupakan budaya Indonesia melalui lukisan miliknya. Menurut Henry, anak muda zaman sekarang kurang tertarik dengan budaya Indonesia, sehingga dia menggabungkan dunia fantasi dengan budaya lokal. "Jepang yang merupakan negara maju, masih sangat menjunjung tinggi budayanya. Setelah saya perhatikan, mereka memperbarui budayanya menjadi lebih modern. Oleh karena itu, saya sedikit memodernisasi legenda atau mitos Indonesia dalam karya ini," jelas Henry.

Dalam karyanya, Henry menyisipkan tokoh utama yang membawa gadget dan tetap memiliki penampilan yang mengutamakan kearifan lokal. Dengan latar sura dan buaya, serta tokoh-tokoh legenda lainnya, karya ini terlihat begitu apik. Dari karya ini, Henry ingin menyampaikan bahwa meski mengikuti perkembangan zaman, kita gak boleh melupakan identitas serta budaya Indonesia.

4. Sherly ingin menyadarkan orang-orang bahwa diri mereka juga mampu bersikap toleransi

IDN Times/Rully Bunga

Karya unik lainnya yaitu "Mirror Mirror on the Wall" milik Sherly Gunawan. Saat melihat karya ini, orang akan dibuat bercermin terlebih dahulu. Setelah itu mereka akan membaca tulisan "I'm tolerant" dibalik cermin tersebut. Ditambah lagi tulisan kecil "Are you?" yang diletakkan di posisi dada.

Sherly ingin menyadarkan orang-orang bahwa diri mereka juga mampu bersikap toleransi. Selama ini orang cenderung lupa dan mudah terpengaruh oleh media sosial atau lingkungan sekitarnya. "Melalui tulisan kecil ini, saya ingin mengajak orang-orang untuk melihat dan mendengarkan hati kecilnya. Sebenarnya kita bisa kok saling menghormati satu sama lain dan bersikap toleransi," ujar Sherly.

Baca Juga: 9 Hal yang Tidak Boleh Kamu Lakukan Saat Datang ke Pameran Seni

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya