TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

9 Perspektif yang Selama Ini Dianggap Benar, Padahal Semuanya Salah

Open your mind, sesekali beda itu gak masalah

Unsplash.com/Laurenz Kleinheider

Di era millennial seperti sekarang ini, ada berbagai macam perspektof masyarakat modernnya yang terkadang salah kaprah. Anggapan-anggapan itu bisa timbul dibenak seseorang karena pengaruh dari lingkungannya. Sehingga terbentuklah suatu kontruksi bahwa anggapan tersebut dapat menjadi benar. Padahal pada kenyataannya belum tentu benar. Musti dilihat pula dari sisi lain dan pertimbangan mengenai apakah hal tersebut pas diaplikasi pada diri kita atau justru sebaliknya. 

1. Pandangan ketika orang sukses adalah orang-orang yang memiliki mobil, apartemen dan keluaran handphone terbaru

Unsplash.com/freestocks.org

Ok, pandangan seperti ini sepertinya memang wajar dan sudah mengakar dibenak masyarakat. Orang kaya atau orang sukses identik dengan barang-barang yang mewah dan glamor. Padahal belum tentu juga. Ada banyak orang sukses atau orang kaya yang justru menyembunyikan kekayaan mereka. Daripada musti mengumbar-ngumbar hal yang tidak berfaedah.

Namun  pandangan ini tidak dapat luput karena perspektif masyarakat yang sudah ada sejak dulu sulit atau bisa jadi tidak dapat diubah. Maka sebenarnya tergantung pribadi masing-masing bagaimana kita menanggapi hal ini sehingga memiliki perspektif lain.

2. Anggapan bahwa menjadi seseorang yang ter-ekspose adalah sesuatu yang wah

Unsplash.com/Daria Nepriakhina

Di zaman yang semakin modern dengan kecanggihannya yang luar biasa. Ada banyak publik figure dan media yang menjadikan popularitas adalah sesuatu yang sepertinya diinginkan bagi kaum muda millennial saat ini. Dengan akses yang mudah saat ini siapa saja bisa menjadi terkenal baik terkenal berkat karya dan usahanya atau berkat tingkahnya yang hanya ingin mendapatkan perhatian belaka.

Nah, inilah masalahnya ketika semua orang berbondong-bondong ingin menjadi wah di media sosial meskipun in the real life kita tahu kondisi yang sebenranya seperti apa. Di sini kebijaksanaan dalam menggunakan media sosial menjadi aspek yang penting. Ada banyak orang yang salah kaprah dan membiarkan hal ini menjadi sesuatu yang biasa namun kenyataannya hal ini dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan moral bangsa.

3. "Aku tidak dapat hidup tanpa media sosial!"

unsplash.com/rawpixel

Hampir serupa dengan poin ketiga bahwa media sosial seolah-olah menempati urutan teratas dalam masyarakat modern saat ini. Ada banyak orang yang mungkin saja tidak bisa hidup jika tidak mengupdate status dalam sehari. Apapun yang hendak ia lakukan harus diabadikan dan dibagikan pada sesama.

Tanpa disadari hal ini memicu diri untuk bersikap apatis dan ansos pada sekeliling. Boleh kita terlihat wah di media namun sering kali kita abai pada apa yang sedang terjadi disekeliling kita. Hal ini juga menimbulkan ketergantungan yang jika sudah parah akan berakibat fatal pada yang melakukannya.

Baca Juga: 6 Nasehat Bijak dari RM BTS Ini Akan Mengubah Pandangan Hidupmu

4. Berusaha menjadi ibu yang baik

Unsplash.com/Alexander Dummer

Bagi kaum perempuan siapa yang tidak ingin menjadi atau menyandang gelar ibu yang baik. Hampir semua perempuan sepertinya menginginkan hal tersebut. Dan hal inipun memiliki pandangan bahwa ibu yang baik akan melahirkan anak-anak yang baik pula (katanya).

Namun, menjadi ibu yang baik bukanlah hal yang mudah. Dan terkadang hal ini hanya menggambarkan seorang ibu yang berdiam di rumah saja, bersih-bersih, mengurus suami dan anak, tidak dapat bekerja dan lainnya.

Anggapan seperti ini yang mustinya diubah. Ibu yang bekerja belum tentu bukan ibu yang baik. Semua ibu baik tergantung bagaimana karakternya ia dalam membina dan mengatur kehidupan rumah tangganya.

5. Malu jika pekerjaan tidak selinier

Unsplash.com/Antonino Visalli

Semisal jika kamu lulusan jurusan hukum dengan predikat baik ketika lulus. Namun, siapa tahu saat itu nasib tidak berpihak kepadamu dan mengharuskan mu untuk memutar otak supaya dapat bekerja.

Karena gengsi yang terlalu tinggi sehingga kamu berpikir bahwa bidang yang saat ini kamu tekuni harus menjadi hal yang memberikan nafkah atas dirimu. Sehingga kamu menutup kemungkinan akan kesempatan yang seharusnya dapat kamu miliki. Kamu menutup diri dan hanya fokus pada bidang itu saja. Mudahnya kamu hanya fokus pada kuliah tanpa tahu bahwa relasi dan jaringan itu penting.

Anggapan orang mengenai “kuliahnya ini , kok kerjanya itu sih?” memang menjengkelkan. Namun, ingat siapa yang menjalani dan yang menikmati. Siapa pula yang akan berproses dan siapa pula yang akan mendapatkan positifnya.

6. Mematok tarif padahal kemampuan belum tentu memumpuni

Unsplash.com/John Cobb

Ada sistem di mana kita dapat mematok tarif yang kita inginkan jika bekerja di perusahaan itu. Namun, tidak semua perusahaan atau tempat menggunakannya. Teruntuk kamu yang baru pertama kali kerja dan sudah mematok tarif yang tinggi alangkah baiknya kamu pikirkan terlebih dahulu.

Orang belum tahu apa kemampuan dan bakat yang bisa kamu berikan untuk menunjang perusahaan atau tempat tersebut. Namun, kamu sudah terlalu terburu-buru dalam memikirkan gaji berapa yang akan kamu dapatkan dalam sebulan. Anggapan ini dirasa kurang tepat. Tunjukkan kinerja kerja yang baik dan berkompeten agar seseorang dapat menilai apakah kamu layak atau tidak.

7. Menghabiskan waktu 2 jam hanya untuk merias diri

Unsplash.com/Roberto Delgado Webb

Tidak hanya perempuan, laki-laki pun juga bisa jadi ada. Merias diri atau melakukan perawatan itu penting untuk memberikan rasa kepercayaan diri terutama jika kamu harus berhadapan dengan orang penting. Namun, merias diri sampai membuang waktumu yang begitu berharga sepertinya tidaklah bijaksana.

Mengatur waktu dalam melakukan apapun itu penting termasuk melakukan perawatan dan merias diri. Jangan sampai apa yang kamu lakukan justru membuang kesempatanmu hanya karena masalah sepele tidak tahu waktu ketika merias diri di depan cermin.

8. Menghabiskan waktu liburan dengan jalan-jalan ke luar negeri

Unsplash.com/Thought Catalog

Ada tipe orang yang jika tidak pergi berlibur rasanya tidak pas di hati. Namun, ada pula seseorang yang justru lebih senang berada di rumah dan melakukan me time nya sendiri karena lelah dengan segala rutinitas ke belakang. Pernah merasa kurang percaya diri ketika ditanya hendak kemana liburan nanti. Sedangkan orang tersebut sudah menyebutkan list perjalanannya di hadapan mu namun kamu masih bingung akan kemana atau malah tidak kepikiran sama sekali.

Liburan bukan berarti kamu harus berlibur yang jauh dan menghabiskan uangmu hanya untuk berbelanja. Namun, jika kamu mengartikan liburan sebagai waktu istirahat, membaca novel yang kamu sukai, menyeduh teh atau kopi hangat di pagi hari, berkebun di rumah, membersihkan garasi atau gudang yang sudah beberapa tahun tidak tersentuh dan definisi lainnya. Itu tidak menjadi masalah sama sekali, lakukan saja.

Baca Juga: 5 Pandangan yang Kamu Terima Saat Menjadi Pekerja Remote di Rumah

Verified Writer

sekar jatiningrum

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya