3 Tips Mengurangi Tumpukan Sampah, Mudah Kok!
Satu langkah darimu lebih peduli lingkungan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kamu sadar gak sih, setiap melakukan kegiatan setidaknya bisa menghasilkan buangan berupa sampah? Sampah organik dari bekas sisa makanan, serta sampah anorganik dari kemasan-kemasan plastik dan botol kaca akan selalu memenuhi tempat pembuangan akhir (TPA).
Zero waste sebuah term sebagai aplikasi dari proses sirkular untuk mengurangi tumpukan sampah yang ada di TPA. Peneliti Widiarti IW, di dalam jurnal Pengelolaan Sampah Berbasis Zero Waste Skala Rumah Tangga Secara Mandiri, zero waste merupakan pengolahan dengan melakukan pemilahan, pengomposan, dan pengumpulan barang yang dapat menjadi nilai guna kembali. Yuk, terapkan tips mengelola sampah melalui tips sederhana di bawah ini!
Baca Juga: Investor Tertarik Mengelola Sampah di Gili Tramena
Baca Juga: 5 Tips Mengurangi dan Mengelola Sampah Rumah Tangga, Gak Susah kok!
1. Air lindi menjadi pupuk cair penyubur tanaman
Air memiliki segala manfaat bagi kehidupan manusia, namun tidak dengan air lindi. Cairan lindi termasuk salah satu limbah dari sampah organik yang akan berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan. Berbau busuk, serta mengandung bakteri dan parasit. Air dihasilkan dari genangan sekitar tumpukan sampah seperti air hujan yang akan berbahaya apabila tidak ada pengolahan lebih lanjut.
Air lindi dapat menjadi produk bermanfaat. Peneliti Palupi NP, dalam jurnal Ragam Larutan Mikroorganisme Lokal Sebagai Dekomposer Rumput Gajah, pada dasarnya air lindi tempat yang disukai mikroorganisme sebagai media untuk hidup dan berkembang yang berguna mempercepat penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer). Karena itu, air lindi yang mengandung mikroorganisme dapat diolah melalui proses fermentasi menjadi pupuk cair sebagai penyubur tanaman .
Cara pengolahan air lindi, sebagai berikut:
1. Perbandingan 2:2 liter campuran air lindi dengan air bekas cucian beras.
2. Tambahkan 500 gram gula merah.
3. Diamkan selama satu pekan dengan kondisi wadah yang tertutup.
4. Melalui proses fermentasi selama sepekan terjadi perubahan aroma seperti bau alkohol, cairan tersebut siap untuk disemprotkan ke tumbuhan sebagai penyubur tanaman.
Editor’s picks
Peneliti Damsir, dkk, menyebutkan proses fermentasi air lindi yang dibutuhkan tanaman sudah memenuhi standar aman untuk dikembalikan ke lingkungan sebagai pupuk cair. Sementara, polutan dalam air lindi juga sudah memenuhi standar baku bagi kegiatan pertanian.
Baca Juga: 5 Cara Memilih Furnitur dan Mebel yang Ramah Lingkungan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.