TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Tips Mengurangi Tumpukan Sampah, Mudah Kok!

Satu langkah darimu lebih peduli lingkungan

Pengolahan sampah (pixabay.com/Chaiyan Anuwatmongkolchai)

Kamu sadar gak sih, setiap melakukan kegiatan setidaknya bisa menghasilkan buangan berupa sampah? Sampah organik dari bekas sisa makanan, serta sampah anorganik dari kemasan-kemasan plastik dan botol kaca akan selalu memenuhi tempat pembuangan akhir (TPA).

Zero waste sebuah term sebagai aplikasi dari proses sirkular untuk mengurangi tumpukan sampah yang ada di TPA. Peneliti Widiarti IW, di dalam jurnal Pengelolaan Sampah Berbasis Zero Waste Skala Rumah Tangga Secara Mandiri, zero waste merupakan pengolahan dengan melakukan pemilahan, pengomposan, dan pengumpulan barang yang dapat menjadi nilai guna kembali. Yuk, terapkan tips mengelola sampah melalui tips sederhana di bawah ini!

Baca Juga: Investor Tertarik Mengelola Sampah di Gili Tramena

Baca Juga: 5 Tips Mengurangi dan Mengelola Sampah Rumah Tangga, Gak Susah kok!

1. Air lindi menjadi pupuk cair penyubur tanaman

Pengolahan sampah (pixabay.com/Yogendra Singh)

Air memiliki segala manfaat bagi kehidupan manusia, namun tidak dengan air lindi. Cairan lindi termasuk salah satu limbah dari sampah organik yang akan berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan. Berbau busuk, serta mengandung bakteri dan parasit. Air dihasilkan dari genangan sekitar tumpukan sampah seperti air hujan yang akan berbahaya apabila tidak ada pengolahan lebih lanjut.

Air lindi dapat menjadi produk bermanfaat. Peneliti Palupi NP, dalam jurnal Ragam Larutan Mikroorganisme Lokal Sebagai Dekomposer Rumput Gajah, pada dasarnya air lindi tempat yang disukai mikroorganisme sebagai media untuk hidup dan berkembang yang berguna mempercepat penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer). Karena itu, air lindi yang mengandung mikroorganisme dapat diolah melalui proses fermentasi menjadi pupuk cair sebagai penyubur tanaman .

Cara pengolahan air lindi, sebagai berikut:

1. Perbandingan 2:2 liter campuran air lindi dengan air bekas cucian beras.

2. Tambahkan 500 gram gula merah.

3. Diamkan selama satu pekan dengan kondisi wadah yang tertutup.

4. Melalui proses fermentasi selama sepekan terjadi perubahan aroma seperti bau alkohol, cairan tersebut siap untuk disemprotkan ke tumbuhan sebagai penyubur tanaman.

Peneliti Damsir, dkk, menyebutkan proses fermentasi air lindi yang dibutuhkan tanaman sudah memenuhi standar aman untuk dikembalikan ke lingkungan sebagai pupuk cair. Sementara, polutan dalam air lindi juga sudah memenuhi standar baku bagi kegiatan pertanian.

2. Media budi daya tanaman sayuran dengan teknik vurtikultur

Pengolahan sampah (pixabay.com/Milada Vigerova)

Bercocok tanam di lahan yang sempit tidak menjadi mustahil. Teknik vertikultur atau tanam pola ke atas menjadi solusinya. Jenis tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim, seperti seledri, pakcoy, caisim, dan lainnya. Penanaman dengan teknik ini sangat cocok bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan, namun ingin memiliki ruang hijau.

Media tanam adalah tempat untuk tumbuhnya tanaman. Tanah, pupuk kompos, sekam dengan perbandingan 1:1:1 menjadi campuran bibit tanaman di media tanam. Media yang digunakan dapat memanfaatkan sampah anorganik, seperti wadah plastik dan botol plastik. Pemanfaatan sampah anorganik sebagai kegiatan recycle untuk mengurangi tumpukan sampah yang ada di TPA.

Baca Juga: 5 Cara Memilih Furnitur dan Mebel yang Ramah Lingkungan

Writer

Titin Lestari

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya