TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ini Kisah 2 Perempuan Muslim dan Perjalanan Hijrah Mereka

Cerita tentang proses hijrah Sakdiyah Maruf dan Jenahara

Jenahara dalam Indonesia Millennial Summit di Gedung Tribrata. 17 Januari 2020. IDN Times/Panji Galih Aksoro

Pada acara Indonesia Millennial Summit 2020 yang diadakan pada 17-18 Januari lalu, IDN Times mengundang sederet tokoh ternama untuk menjadi pembicara pada panggung-panggung diskusi mereka.

Salah satunya adalah panggung "Hijrah", dalam sesi pertama yaitu "Legacy: Muslim Women Who Impacted the Nation", Jenahara dan Sakdiyah Ma'ruf diundang untuk menyampaikan kisah perjalanan hijrah mereka dan pandangan mereka tentang peran perempuan di zaman modern. Kalau penasaran, simak terus artikel di bawah ini.

1. Hijrah bisa dilakukan melalui pekerjaan yang dilakoni

Jenahara dalam Indonesia Millennial Summit di Gedung Tribrata. 17 Januari 2020. IDN Times/Panji Galih Aksoro

Kedua perempuan yang datang dari latar belakang berbeda ini memiliki visi yang sama tentang hijrah yaitu bagaimana hal itu bisa mereka jalani sembari melakukan pekerjaan yang mereka lakoni.

Sakdiyah sebagai komika menjadikan topik tersebut sebagai bahan komedi. Ia bilang, "Misal aku dibilang orang arab, orang bilang orang arab itu pinter agamanya, saya disuruh imam solat, lho padahal saya aja iqro tiga gak lulus saat itu". Baginya, dengan tertawa bersama kita bisa merayakan kelemahan kita dan menjadi lebih rendah hati.

Sedangkan, Jenahara berupaya untuk mengekspresikan selera fashion-nya selama gak bertentangan dengan ajaran agama. "Bajunya gak mungkin dong tiba-tiba desainnya seksi, tembus pandang, atau gimana," tuturnya.

2. Inspirasi berhijrah datang dari diri sendiri tanpa paksaan orangtua

IDN Times/Panji Galih Aksoro

Jenahara menceritakan pengalaman masa kecilnya yang dipenuhi dengan suasana religius dari keluarga. Saat usianya menginjak 13 tahun, ia pun memutuskan untuk memulai memakai hijab.

Saat itu, hijabers masih belum menjadi tren seperti sekarang. Sambil tersenyum, Jenahara mengenang masa-masa itu. "Aku inget banget, waktu aku zamannya pakai hijab itu, umur 13 tahun. Cuma aku doang. Di zaman itu, orang yang berhijab itu ibu-ibu dan nenek-nenek," ujarnya.

Baca Juga: 5 Cerita Menarik Sakdiyah Maruf, Berkomedi Tanpa Mengolok-ngolok!

3. Karyanya juga mencerminkan semangat hijrah

Jenahara dalam Indonesia Millennial Summit di Gedung Tribrata. 17 Januari 2020. IDN Times/Panji Galih Aksoro

Sebagai salah satu fashion designer ternama, Jenahara megaku ingin terus membawa islamic value di dalam karya yang lahir dari tangannya. Dukungan dari orangtua dan akses yang ia terima selama ini menjadi salah satu modalnya untuk maju.

"Alhamdulillah, mama dan papa punya kelebihan, memberikanku akses untuk berkembang dan maju. Tetapi, jangan lupa dengan islamic value yang dibawa," pungkas perempuan berusia 34 tahun ini.

4. Bersinergi bersama untuk menjaga dunia yang lebih baik

Sakdiyah Maruf di panggung hijrah IMS 2020, (17/1), IDN Times/Erfah Nanda

"Kita itu harus punya energi yang sama, bahkan lebih besar untuk membangun daripada melawan. Jadi, energi untuk kita membangun, menunjukkan kita itu punya gagasan," kata Sakdiyah. Perempuan yang pernah masuk daftar "BBC 100 Women" pada tahun 2018 ini mengatakan bahwa baginya komedi yang baik bisa membangkitkan rasa empati seseorang.

Serupa dengan poin yang disampaikan oleh Sakdiyah, Jenahara pun tergerak untuk mendirikan sebuah komunitas untuk mewadahi para perempuan muslim. Pada 27 November 2010 sebuah komunitas bernama Hijabers Community lahir.

"Ini cara yang baik untuk mempresentasikan Islam dengan wujud yang lebih baik, dengan wujud yang jangan dianggap lagi kalau perempuan itu ya di balik layar aja," tuturnya.

Baca Juga: Jenahara Nasution & Pengalamannya Soal Fashion Hijab, Suka Preloved!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya