TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jauh dari Keluarga, Ini Pengalaman Puasa Seorang Sopir Truk

#RamadanMasaKini Sebagai musafir, dia mendapat keringanan, tapi...

Dok. IDN Times

Namanya Ardi Tarno, 36 tahun. Dia seorang pengemudi truk. Pekerjaannya tersebut membuat Ardi nyaris tak pernah berpuasa bareng keluarga. Berikut kisahnya:

1. Lima tahun jauh dari keluarga demi mencari nafkah

Dok. IDN Times

Sebelum menjadi sopir truk, Ardi menekuni pekerjaan sebagai kuli barang. Selama tiga tahun menggelutinya, ia merasa penghasilan sebagai kuli barang tak bisa mengangkat perekonomian keluarganya.

"Mimpi saya, bisa menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi. Jangan seperti bapaknya, sekolah cuma sampai SMP. Bisanya cuma modal otot saja," kata Ardi.

Alhasil, bapak tiga anak ini memutuskan ganti profesi sebagai sopir truk. Dia sudah lima tahun meninggalkan kampung halamannya, Nganjuk, Jawa Timur. Itu semua dilakukan supaya anak-istrinya memiliki kehidupan yang cukup di kampung halamannya.

"Yang penting anak-istri terawat, anak-anak bisa mencapai apa yang diimpikannya. Itu saja sudah kabar bahagia buat saya."

Baca Juga: Beda Jalani Puasa di Perantauan vs. Kampung Halaman

Ardi bekerja selama lima hari dalam sepekan. Satu hari liburnya ia manfaatkan untuk istirahat total, dibanding harus pulang kampung.

Memulihkan energinya yang terkuras selama bekerja. "Ngabisin duit kalau sayang pulang Nganjuk-Surabaya. Mending ditabung saja, nanti dibawa pulang waktu Lebaran kan banyak, bisa bikin bangga keluarga," ujarnya.

2. Nyaris tak pernah merasakan nikmatnya puasa bersama keluarga

solosoloku.com

Dari kuli barang menjadi sopir truk, tentu tantangan yang didapat selama berpuasa berbeda. Begitu juga dengan menu-menu puasa yang dinikmatinya. Menurut Ardi, jam kerja kuli barang lebih teratur. Sebelum malam, ia sudah kembali ke kost, berbuka dan menyiapkan sahur dengan teman-temannya.

Selama menjadi sopir truk, Ardi tak bisa menikmati kehidupan yang teratur. Dia harus pintar-pintar mengakali jam buka dan sahur.  "Kalau kebetulan bisa berhenti, ya saya berhenti makan. Kalau gak, ya sudah siap-siap air putih atau keripik buat buka di jalan," katanya.

Semua butuh pengorbanan, katanya. Meski tak bisa merasakan nikmatnya berbuka dan sahur bersama teman-teman atau keluarganya, gaji yang diterimanya sebagai sopir truk lebih besar dibanding kuli barang. Meski begitu, dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia sangat ingin menjalani Ramadan bersama keluarga. 

Baca Juga: [LINIMASA] Fakta dan Data Arus Mudik Lebaran 2019

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya