TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sentil Dunia Sosial Politik, Agus Suwage Pamer Karya di Museum MACAN

Beberapa karyanya terbilang nostalgia

Agus Suwage dan Potret Diri dan Panggung Sandiwara (2019) (dok. Museum MACAN)

Museum MACAN kembali menyapa pencinta karya seni dalam waktu dekat ini. Kali ini, galeri seni tersebut berkolaborasi dengan perupa kondang bernama Agus Suwage. Pameran survei tersebut akan berfokus pada perjalanan artistik Agus selama lebih dari 30 tahun.

Dalam konferensi pers Agus Suwage: The Theater of Me pada Kamis (2/6/2022) dan bertempat di Museum MACAN, Agus mengisahkan lebih lanjut perihal karyanya yang sempat tertunda dipamerkan selama pandemik tersebut. Mari simak selengkapnya.

1. Pameran bertajuk Theater of Me menampilkan karya-karya yang sudah lama tidak Agus lihat kembali

Agus Suwage dan Potret Diri dan Panggung Sandiwara (2019) (dok. Museum MACAN)

Karya-karya dalam pameran terbaru Agus ini, agaknya terasa seperti nostalgia bagi sosok kelahiran Jogjakarta tersebut.

"Pameran ini semacam perjalanan, album, arsip karena sebagian besar adalah karya yang sudah tidak saya lihat. Merupakan pengalaman berharga bagi saya bertemu lagi dengan karya lama," katanya.

Namun, bukan hanya karya lama, ada pula karya baru yang dibuat untuk pameran ini. Karya itu berjudul Potret Diri dan Panggung Sandiwara (2019).

"Anda akan menjumpai karya saya dalam berbagai fase penting seperti seri potret diri dan eksplorasi terhadap memori, ketakutan, keterasingan, mimpi, identitas manusia, dan humor,” sebut dia.

2. Direktur Museum MACAN melihat kekonsistenan Agus Suwage dalam berkarya

Aaron Seeto memberi sambutan dalam konferensi pers Agus Suwage: The Theater of Me, Kamis (2/6/2022). (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Aaron Seeto, Direktur, Museum MACAN berkata, “Agus Suwage adalah salah satu perupa terkemuka Indonesia yang karyanya dikenal dan dicintai di Indonesia dan telah dipamerkan serta dikoleksi secara luas di seluruh dunia. Pengaruhnya sebagai seorang perupa dapat terlihat dalam keterampilan teknis dan kemampuan melukisnya, serta bagaimana ia dapat menyampaikan harapan dan ketakutan dari generasi yang terseret arus momentum perubahan politik dan sosial menjelang Reformasi."

Terlepas dari analogi dan observasi sederhana terhadap dunia yang berubah di sekitarnya, karya Agus jadi lebih kompleks lewat interogasi diri yang terus-menerus, menyelidiki mitos dan simbol yang membingkai kerumitan hubungan manusia dan kekuasaan politik nasional, serta menguraikan pandangan ideal dan korupsi yang menyengsarakan.

Aaron sendiri melihat kekonsistenan Agus dalam berkarya. "Isunya masih dapat dirasakan saat ini, masih relevan hingga hari ini," tambahnya dalam sesi tanya jawab.

Baca Juga: Kisah Tentoonstelling, Pameran Terbesar di Belahan Bumi Selatan Musnah Akibat PD I

3. Uniknya, Agus semula adalah desainer grafis yang punya passion di bidang seni rupa

Agus Suwage dan karyanya (dok. Museum MACAN)

"Saya SMA di Jogja dan sebenarnya diterima kuliah di ISI (Institut Seni Indonesia) Jogja. Di ITB juga saya diterima. Tapi karena diterima di Bandung, saya pilih Bandung," kenang sosok berkacamata itu.

Setelah lulus, ia bekerja sebagai desainer grafis. Saat itu, Jakarta adalah pilihan tepat untuknya.

"Walau jadi desainer grafis, saya masih menjalankan panggilan jiwa. Setelah beberapa kali ikut pameran, lambat laun memutuskan pindah ke Jogjakarta dan pindah jadi fulltime artist, tidak tergantung sama situasi Jakarta yang tidak kondusif," katanya.

4. Dibuka pada Sabtu mendatang, anak-anak juga bisa bergabung di program pendidikan seni

Karya Agus Suwage berjudul Toys 'S' Us (dok. Museum MACAN)

Tak lama lagi dibuka, pameran Agus Suwage ini bahkan terbuka untuk anak. Terdapat beragam program publik dan pendidikan yang terintegrasi dengan aktivitas untuk anak. Tujuannya adalah agar seni dapat diakses oleh publik secara lebih luas serta mendukung anak untuk terlibat lebih jauh dengan karya seni yang dipamerkan melalui aktivitas yang dapat dilakukan di museum dan di rumah.

Program Pendidikan akan mencakup aktivitas Melirik Lirik Orkes Tunggal, sebuah proyek
menulis lirik, di mana anak-anak dari segala usia diajak untuk menulis lirik untuk lagu atau
melodi yang diciptakan oleh Agus Suwage. Lirik lagu terpilih akan ditampilkan setiap bulannya di museum.

Aktivitas lain untuk anak-anak dirancang agar mereka bisa membuat dan menghias
mainan dari material yang ada di rumah. Melalui sebuah panduan yang diinspirasi seri utama karya Agus Suwage berjudul ‘Toys ‘S’ US’, anak-anak dari berbagai usia diajak untuk
membuat karya di rumah.

Baca Juga: Pameran Temporer Jejak Pangeran Diponegoro Digelar di Kota Makassar

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya