TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Curhat Pendiri Makaroni Ngehe, Jadi OB hingga Tukang Cuci Piring

Cita-citanya ternyata bukan berbisnis!

IDN Times/Febriyanti Revitasari

Jakarta, IDN Times - Senin lalu (19/8) adalah hari yang berharga untuk Ali Muharam. Bagaimana tidak? Pemilik bisnis camilan Makaroni Ngehe itu, meluncurkan buku berjudul NGEHE di Kemuning Room, Mezzanine Floor, Mulia Hotel Senayan. Dalam kesempatan itu pula, diceritakanlah curhat pendiri Makaroni Ngehe tersebut. Penasaran?

1. Berasal dari Tasikmalaya, Ali mengadu nasib di ibu kota dan bekerja menjadi pencuci piring di warteg sebuah bank swasta

IDN Times/Febriyanti Revitasari

"Saya pertama di Jakarta, kerja di warteg sebuah bank swasta. Pertama kali, jadi pencuci piring," kata Ali. Meski tidak punya jabatan dan gajinya hanya ala kadarnya, laki-laki kelahiran 26 September 1985 ini tetap bersyukur.

"Saya merasa, waktu itu bukan hal yang menyenangkan atau menyedihkan. Saya percaya itu itu proses. Tapi, saya tahu akan jadi apa nanti," kata dia.

Selepas menjadi tukang cuci piring, Ali pernah menjadi asisten seorang ekspatriat dari Kolombo. "Gaji saya gak dibayar. Saya diperlakukan kayak keset banget. Tapi waktu itu, yang penting saya kerja dapat uang. Saya belum lihat sisi lain itu," kisahnya setengah kesal.

2. Dirinya sempat bangkit ketika menjadi penulis skenario sinetron. Sayangnya, pekerjaan impiannya itu mengharuskannya bekerja dengan pakem

IDN Times/Febriyanti Revitasari

Bukan hanya jadi pencuci piring dan asisten saja. Sebelum melangkah ke Jakarta, Ali pernah menjadi Office Boy (OB). "OB itu di Bogor, belum di Jakarta. Ketika lulus SMA, ketika teman sibuk dengan map kampus ternama, saya bengong. Saya satu-satunya yang gak tahu mau kuliah," paparnya.

Meski begitu, jenjang perguruan tinggi memang sempat Ali jalani. Namun semua harus terhenti di tengah jalan lantaran kondisi keuangan yang tidak memungkinkan. Tapi, bukan Ali namanya jika cepat menyerah. "Aku harus bisa ke Jakarta. I really believe that I will success in Jakarta," kenang dia pada janjinya sebelum hijrah ke ibu kota.

Tahun 2007, Ali sempat bekerja di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Awal bekerja, kinerjanya dapat memuaskan atasannya. Sayangnya, ia bukan orang yang bisa fokus jika terus-terusan dalam rutinitas atau repetisi. Bak durian runtuh, ia mendapat tawaran bekerja menjadi penulis skenario sinetron sebagaimana ia bayangkan sebelumnya.

Namun, Ali lupa jika kepenulisan skenario memiliki pakem. Belum lagi, ia harus mampu mengikuti selera pasar. "Saya tergolong keras kepala ketika berbenturan dengan ide. Di sinetron ada pakem. Pakemnya itu lagi dan lagi. Imajinasi saya terlalu tinggi. Saya sampai pada satu titik. Gue ternyata kerja di bidang yang disukai, gak becus juga. Apa harus jadi pecundang terus sampai gak tahu apa potensinya?" tanyanya.

Baca Juga: 5 Tips Sukses Kerja, Bocoran dari CEO ASDP Ferry Indonesia

3. Terinspirasi sajian buatan ibunda saat Lebaran, Ali memulai bisnis makaroni dengan modal pinjaman teman

IDN Times/Febriyanti Revitasari

Bisa dibilang, ibunya adalah sosok pertama yang menyediakan makaroni kering sebagai sajian Lebaran. Sajian yang dibuat sendiri itu pun, tak pelak membuat keluarga di kampung halamannya turut menyajikan menu itu kala hari raya tiba. Inilah yang membuatnya tergerak menjajakan camilan tersebut di Jakarta, tepatnya di area sekitar Universitas Bina Nusantara Anggrek.

Ia pun meminjam dana sebanyak Rp20 jutaan dari kawannya. "Untuk membuat usaha makaroni ini, 50 persen rencana dan 50 persen nekat. Kalau 100 persen semua, tidak akan jalan. 100 persen semua tidak ada konklusi," papar dia.

Meski bisa saja gagal dan bernasib sama seperti kariernya yang terhenti sebelumnya, Ali tak gentar. "Kadang dalam hidup, kita harus gambling. Ketika kita punya gambaran gambling itu setimpal, ambil saja," tandas dia.

4. Kini, produk Makaroni Ngehe besutannya sudah tersebar di mana-mana. Ia mengaku, inilah wujud baktinya pada bangsa dan khususnya sang ibu

IDN Times/Febriyanti Revitasari

Baginya, almarhumah ibunya adalah sosok yang sangat ia cintai dalam hidup. Saat menceritakannya saja, tak terasa air matanya berlinang. Rona wajahnya tak sanggup membendung perasaan.

"Waktu kecil, sering ikut ibu saya ke bedeng. Dari saat itu sampai saya dewasa, satu-satunya yang saya inginkan adalah membahagiakan ibu saya," ujarnya sambil sedikit terisak.

Baginya, ibunya adalah sosok teladan. "Ibu saya mengajarkan hidup tanpa menggurui. Dia memberi contoh. Ikatan saya dan ibu sangat kuat. Dia memberikan banyak pelajaran," katanya.

"Ngehe ini, secara umum adalah bakti saya kepada Indonesia dan orang-orang di sekitar saya. Terutama, ibu saya," kisah pria yang pernah tinggal di outlet di masa-masa awal berdiri itu.

Baca Juga: Cerita CEO Bukalapak, Bercita-cita Jadi PNS Malah Jadi Pengusaha

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya