TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Peribahasa Banjar yang Sarat Nilai Moral, Berguna Banget!

Relate banget sama kehidupan sehari-hari #LokalIDN

instagram.com/banjarinfo

Suku Banjar dikenal memiliki beragam tradisi dan keanekaragaman budaya. Disebut suku asli orang Banjarmasin, masyarakat Banjar umumnya menggunakan bahasa Banjar untuk komunikasi mereka sehari-hari.

Perlu kamu ketahui bahwa ada banyak istilah, pepatah, pantun, syair dan karya sastra lain yang dikembangkan menggunakan bahasa Banjar. Berfokus pada peribahasa, dalam bahasa Banjar sendiri peribahasa dilafalkan dengan sedikit perubahan huruf yaitu menjadi paribahasa.

Nah, berikut ada enam paribahasa Banjar yang sarat nilai moral dan menyindir kelakuan manusia nih. Penasaran apa saja? Keep reading!

1. "Guyang tungkat kana dahi"

Unsplash/Ben White

Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, peribahasa pertama ini berarti "hati-hati menggoyang tongkat agar tidak terlempar sampai ke dahi". Dalam artian sebenarnya peribahasa ini mengingatkan kita agar tidak sembarangan dalam melontarkan kata-kata. Karena sejatinya, kata-kata yang kita ucapkan dapat kembali ke diri kita dan bisa saja berakhir mempermalukan diri sendiri.

Baca Juga: Maknanya Dalam Banget, 10 Peribahasa Bali yang Relate Sama Kehidupan

2. ''Kadada kukus amun kadada apinya"

freepik.com/freepik

Jika diubah ke bahasa Indonesia, kata di atas bermakna "tidak ada asap, kalau tidak ada api". Peribahasa yang satu ini bisa dibilang adalah serapan dari peribahasa Indonesia yang akrab kita dengar sehari-hari. Yang berarti bahwa setiap kejadian atau akibat yang ada di muka bumi pasti semuanya ada penyebabnya.

3. "Buah habang disangka manis"

Unsplash/Andrea Tummons

"Buah merah disangka rasanya manis" itulah arti dari peribahasa di atas. Makna yang ingin diungkapkan adalah tidak semua yang terlihat baik atau manis itu memiliki sifat asli yang serupa. Jadi, peribahasa ini mengingatkan kita agar lebih berhati-hati menilai orang lain, karena baiknya tampilan luar seseorang tidak menjamin hatinya juga demikian.

4. "Ditinggal manawaki, dibawa malinggang jukung"

Unsplash/Obie Fernandez

Dalam bahasa Indonesia artinya adalah "ditinggal melempar, diajak menggoyang perahu". Peribahasa yang satu ini berisi sindiran kepada orang yang tidak bisa diajak kerja sama. Ibaratnya mau diajak atau ditinggal orang tersebut sama-sama bikin susah orang lain.

5. "Bamalaman bapandir kada jadi baras"

Unsplash/Priscilla Du Preez

"Semalaman bicara tidak jadi beras" kira-kita itulah artinya jika diartikan ke bahasa Indonesia. Peribahasa ini merujuk ke perbuatan yang sia-sia atau percuma. Lebih jelasnya berisi sindiran untuk orang yang banyak bicara tetapi tidak membawa manfaat sama sekali. 

Baca Juga: 5 Peribahasa Banjar Mempunyai Filosofi Mendalam tentang Kehidupan

Verified Writer

Yulia Nor Annisa

Tulislah agar tidak melupa | Banjarmasin, South Borneo

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya