TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Lewat Fish Go, Pemuda Bali Beri Harapan Nyata untuk Masa Depan Nelayan

Aplikasi pelacak ikan ini tingkatkan hasil tangkapan nelayan

I Gede Merta Yoga Pratama perkenalkan Fish Go ke nelayan. (instagram.com/mertayogapr)

Negara kita membentang di wilayah yang 70 persen terdiri dari lautan. Tak ayal, para pemimpin negara ini selalu membangga-banggakan potensi maritim Indonesia yang dinilai sangat menjanjikan. Namun di sisi lain, profesi yang berperan besar dalam mengembangkan potensi tersebut, yaitu nelayan, masih dipandang sebelah mata. 

Tak banyak yang membuka mata bahwa sebenarnya nelayan Indonesia miskin di laut yang begitu kaya. Faktanya, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018, sebanyak 20 hingga 48 persen nelayan di Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. 

Ada banyak faktor yang membuat nelayan sulit bangkit dari kemiskinan walau mereka adalah penggerak potensi lautan Indonesia. Hasil tangkapan yang tak menentu atau bahkan sedikit, dominasi kapal besar, belum lagi banyak kapal asing menyelinap untuk mencuri ikan hanyalah beberapa masalah yang mereka hadapi. 

Sadar betapa daruratnya kondisi para nelayan kecil, pemuda asal Bali, I Gede Merta Yoga Pratama tergerak untuk membuat inovasi yang bisa membantu kesejahteraan mereka. Inovasi tersebut adalah Fish Go, aplikasi smartphone yang mampu melacak keberadaan ikan sekaligus membantu para nelayan saat melaut. 

1. Yoga mengembangkan Fish Go karena melihat ketimpangan sosial yang terjadi pada para nelayan Bali

I Gede Merta Yoga Pratama perkenalkan Fish Go ke nelayan. (instagram.com/mertayogapr)

I Gede Merta Yoga Pratama atau yang akrab disapa Yoga mulai mengembangkan Fish Go pada 2017. Saat itu dirinya yang masih mahasiswa menyadari adanya ketimpangan sosial yang sangat kentara di Bali. Mahasiswa Universitas Udayana tersebut memperhatikan bahwa kehidupan nelayan kecil di Bali jauh dari layak. 

Dari situ, Yoga bersama dua orang temannya berinisiatif mengembangkan Fish Go. Namun berbeda dari wujudnya saat ini, di awal pembentukannya, Fish Go adalah sebuah website yang berisi informasi geografis seperti prediksi koordinat area ikan. Sayangnya, tak banyak nelayan yang mengaksesnya. Setelah memutar otak, Fish Go bertransformasi menjadi aplikasi. 

"Kenapa aplikasi? Karena ternyata nelayan-nelayan di Bali ini terbiasa menggunakan handphone di laut tapi biasanya digunakan untuk mendengarkan radio dan telepon keluarganya," ungkap Yoga saat diwawancarai. 

Akhirnya, terbentuklah Fish Go. Sebuah aplikasi di smartphone Android yang menyediakan berbagai fitur untuk bekal para nelayan Bali saat melaut. Yoga juga biasa menyebutnya sebagai aplikasi pelacak ikan, secara harfiah. 

Baca Juga: Kontribusi Fish Go bagi Negeri Menuju Nelayan Berdasi

2. Fish Go mampu melacak ikan dengan teknologi yang tinggi

I Gede Merta Yoga Pratama perkenalkan Fish Go ke nelayan. (instagram.com/mertayogapr)

Tak sedikit nelayan yang mengerutkan dahi saat pertama kali mendengar Fish Go. Bagaimana aplikasi ini bisa melacak keberadaan ikan? Yoga pun melakukan banyak cara untuk memperkenalkan cara kerja aplikasi ini kepada para nelayan.

Fish Go memanfaatkan beberapa teknologi yang memungkinkan penggunanya mengetahui di koordinat mana ikan-ikan berada. Yoga menjelaskan bahwa ada dua sistem yang digunakan, yaitu sistem prediksi dan real time.

Sistem prediksi yang memakai data citra harian selama 10 tahun. Data citra yang dipakai adalah suhu permukaan air laut yang menjadi indikator di mana habitat ikan. Kedua, adalah data klorofil A yang mengindikasikan di mana lokasi ikan mencari makan. Dari dua data tersebut, aplikasi akan mencari satu titik pertemuan yang menjadi area potensial. Di sanalah lokasi yang diprediksi banyak ikannya. 

Sementara itu, untuk data real time, Fish Go memanfaatkan internet of things (IoT) dengan sensor akustik. Mereka memasang alat berupa fish finder yang secara khusus didesain untuk kapal-kapal kecil. Alat ini akan menembakkan gelombang di bawah air dan mendeteksi lokasi ikan. 

"Jadi, kita mengetahui lokasi ikan dari sistem prediksi, lalu untuk real time-nya, untuk mengetahui berapa biomassa ikan di bawah air, kita pakai sensor akustik dengan sistem internet of things," jelas Yoga yang mengiyakan bahwa teknologi sifatnya cukup advanced.

Jika disederhanakan, sebelum pergi melaut, nelayan akan mengecek keberadaan ikan yang ingin ditangkapnya melalui Fish Go. Aplikasi tersebut akan mengirimkan prediksi lokasi ikan ada di berapa kilometer dari garis pantai, kedalaman berapa, hingga titik koordinatnya berdasarkan data di hari yang sama. Bahkan Fish Go juga memberikan prediksi kapan waktu yang tepat untuk melaut sehingga waktu tidak terbuang percuma. 

3. Harapan nyata dari Fish Go untuk para nelayan diukur dengan tiga indikator yaitu hasil tangkapan, waktu melaut, dan biaya bahan bakar

potret tim Fish Go (instagram.com/mertayogapr)

Walau sempat menerima penolakan keras, Yoga dan kawan-kawan tidak gentar. Mereka terus berusaha memperkenalkan Fish Go kepada para nelayan di Kabupaten Badung, Bali sambil mencari dukungan dan pendanaan dari berbagai pihak. Hingga akhirnya, setelah uji coba yang cukup lama, mereka berhasil mengumpulkan 326 akun pada tahun 2019. 

Para nelayan yang sudah menggunakan Fish Go pun mengaku banyak terbantu oleh Fish Go. Mereka bisa menghemat waktu, merasakan peningkatan hasil tangkapan, hingga penggunaan bahan bakar terasa lebih efisien. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Yoga, secara keseluruhan, hasil tangkapan nelayan Badung meningkat signifikan untuk tiga ikan berikut ini:

  • Baby tuna: meningkat 50,96 persen
  • Lemuru: meningkat 46,8 persen
  • Kenyar: meningkat 54,72 persen

Kenapa hanya di tiga jenis ikan itu? Sebab, untuk saat ini, tiga ikan itulah yang bisa diprediksi lokasinya oleh Fish Go. Mereka merupakan jenis ikan perenang cepat yang memang jadi target utama nelayan setempat. Terlebih, jaring nelayan Badung umumnya hanya berukuran 15 meter sehingga mereka menargetkan ikan-ikan yang berenang di permukaan. 

Sementara itu, Fish Go mencatat nelayan yang biasanya bisa melaut selama 28 jam bisa memaksimalkan waktunya hanya dalam 6 jam. Penggunaan bahan bakar pun lebih hemat, yaitu bisa berkurang hingga 30 persen.

4. Feedback dan apresiasi para nelayan jadi semangat bagi Yoga untuk terus mengembangkan Fish Go

potret nelayan di Badung, Bali yang menggunakan Fish Go (instagram.com/fishgo.id)

Yoga mengatakan bahwa tiga indikator keberhasilan di atas, yaitu peningkatan hasil tangkapan, efisiensi bahan bakar, dan waktu melaut memang penting untuk dilihat. Namun, ia mengaku jauh lebih tersentuh ketika mendapatkan pesan-pesan terima kasih dari para nelayan.

Lulusan S2 dari Institut Teknologi Bandung ini sering mendapatkan pesan WhatsApp dari para nelayan yang memamerkan hasil tangkapan mereka. Selain mengirimkan foto hasil melaut, para nelayan juga sering mengirimkan selfie, laporan lokasi melaut, dan lain sebagainya. 

"Sebenarnya, kalau bisa dibilang kita gak dapet banyak dari segi bisnis. Tapi nilai-nilai yang kayak gini nih, 'Pak saya dapet 200 kilo' gitu, artinya teknologi kita tuh bisa dimanfaatkan sama mereka dan paling gak membantu. Itu sebuah kepuasan untuk saya dan teman-teman," ungkap Yoga. 

Baca Juga: Go Digital dengan Fish Go, Nelayan Bali Makin Digdaya

Verified Writer

azka

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya