Mengatasi Burnout dengan Work Life Balance untuk Milenial dan Gen Z

Kelola stres yang datang agar tidak tumbang

Dunia makin kompetitif belakangan ini. Persaingan kerja yang ketat tidak jarang terjadi di kalangan milenial dan gen z. Lingkungan pun terlihat serba sibuk. Sementara itu, waktu berlalu begitu saja tanpa disadari. Tahu-tahu ada yang tumbang karena burnout.

Burnout tentu tidak hanya memengaruhi produktivitas, tetapi juga merusak kesejahteraan fisik dan mental seseorang. Oleh karena itu, penting untuk mengenal seluk-beluk masalah satu ini.

Yuk, kita cari tahu cara mengatasi burn out dengan work life balance untuk milenial dan gen z supaya #gakmaagsalah kerja di dunia yang makin kompetitif!

1. Burnout terjadi karena stres

Mengatasi Burnout dengan Work Life Balance untuk Milenial dan Gen Zilustrasi stres (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Burnout merupakan kondisi psikologis yang disebabkan oleh stres kronis dan berkepanjangan, terutama yang berasal dari tuntutan pekerjaan yang berlebihan. Ini lebih dari sekadar kelelahan biasa. Burnout umumnya melibatkan perasaan terkuras secara fisik, mental, dan emosional.

Faktor penyebab burnout meliputi banyak hal. Salah satu yang sering terjadi di kalangan milenial dan gen z adalah beban kerja yang tinggi. Tuntutan pekerjaan yang berlebihan serta ketidakseimbangan antara beban kerja dan sumber daya yang dimiliki dapat mengantarkan kita kepada masalah serius.

Kurangnya kontrol juga ikut memengaruhi. Ketidakmampuan untuk mengatur waktu dan tugas dengan efektif biasanya membuat kita kewalahan. Belum lagi jika ada masalah seperti kurangnya dukungan sosial dari atasan, kolega, atau keluarga.

Ketidakjelasan peran, di sisi lain, membuat segalanya tambah runyam. Ketidakpastian tentang harapan dan tanggung jawab dalam pekerjaan dapat membuat kita mengalami burnout. Apalagi jika work life balance tidak tercapai. Ketidakseimbangan porsi kerja dan urusan pribadi yang berat sebelah membuat kita stres.

2. Salah satu gejalanya kelelahan berlebihan

Mengatasi Burnout dengan Work Life Balance untuk Milenial dan Gen Zilustrasi gejala burnout (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mengenali gejala burnout tentu menjadi langkah pertama dalam mengatasi masalah ini. Beberapa tanda yang perlu diperhatikan meliputi banyak hal. Kelelahan yang berlebihan, misalnya. Merasa lelah sepanjang waktu, bahkan setelah tidur yang cukup bisa jadi salah satu gejala burnout.

Gejala lainnya berupa-rupa. Perasaan tidak berdaya bisa dilihat sebagai salah satunya. Milenial dan Gen Z berpotensi merasa tidak mampu mengatasi tugas-tugas atau situasi yang biasanya dapat diatasi pada suatu hari tertentu.

Perubahan mood juga termasuk gejala burnout. Ini sering kali disertai dengan perasaan cemas, marah, atau depresi. Ujung-ujungnya, perubahan mood mengantarkan kita kepada gejala lain, yaitu pengurangan kinerja. Ini berakibat kepada menurunnya efektivitas dalam pekerjaan, kesulitan berkonsentrasi, dan tugas yang biasanya mudah menjadi sulit.

Burnout malah bisa membuat milenial dan Gen Z menjauh dari teman-teman, keluarga, atau aktivitas sosial yang biasanya bisa dinikmati. Begitu pun dengan sikap terhadap pekerjaan.

Milenial dan Gen Z yang mengalami burnout bisa bersikap sinis terhadap pekerjaan atau kehilangan minat terhadap tugas-tugas yang sebelumnya dianggap menyenangkan.

dm-player

Baca Juga: 5 Alasan Work Life Balance Bisa Ubah Hidup Jadi Berkualitas

3. Segera temukan keseimbangan dengan work life balance

Mengatasi Burnout dengan Work Life Balance untuk Milenial dan Gen Zilustrasi hobi (pexels.com/Michael Zittel)

Burnout bukan masalah sepele. Ia tidak boleh begitu saja diabaikan. Jika sudah mengenali tanda-tanda burnout, maka segera lakukan langkah-langkah yang dapat membantu kita mengatasi masalah ini.

Cobalah untuk memprioritaskan diri sendiri. Ingatlah bahwa kesejahteraan fisik dan mental adalah yang terpenting. Carilah waktu untuk merawat diri sendiri dan lakukan hal-hal yang bisa dinikmati. Lakukan aktivitas pribadi. Alokasikan waktu untuk hobi dan aktivitas yang kita nikmati di luar pekerjaan. Ini membantu kita merasa lebih seimbang.

Burnout tidak jarang terjadi karena stres. Oleh karena itu, pelajari teknik pengelolaan stres, seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan. Ini dapat membantu kita meredakan ketegangan dan cemas.

Cobalah membuat batasan juga. Tetapkan dinding yang jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi. Matikan pemberitahuan pekerjaan di luar jam kerja untuk memberi diri kita istirahat yang pantas.

Jangan lupa mengomunikasikan masalahmu dengan atasan. Jika beban kerja terasa berlebihan, maka berbicaralah dengan atasan tentang perasaan kita. Diskusikan masalah itu dan fokus kepada solusi. Jangan takut untuk beristirahat.

Jika memungkinkan, maka ambil cuti sesaat untuk mereset diri kita. Kadang-kadang jeda singkat dapat memberikan perubahan yang diperlukan.

4. Mencari dukungan yang tepat dari yang terdekat hingga profesional

Mengatasi Burnout dengan Work Life Balance untuk Milenial dan Gen Zilustrasi curhat (pexels.com/nappy)

Carilah dukungan yang pas untuk diri kita. Berbicaralah dengan teman, keluarga, atau profesional jika merasa kewalahan. Berbagi perasaan dapat membantu meredakan tekanan. Jika gejala burnout berlanjut atau makin parah, maka pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental.

Burnout bahkan tidak hanya memengaruhi mental seseorang, tetapi juga fisik. Apalagi kalau kena maag. Ini makin mengganggu aktivitas kita. Oleh karena itu, selain bantuan profesional, kita perlu bantuan Esemag dari Sido Muncul yang belakangan hadir untuk membantu meredakan maag. Esemag Efektif Selesaikan Maag. Ia tanpa efek samping dan aman diminum tiap hari karena Esemag 100% Herbal.

Dengan segala bantuan yang bisa kita gapai di atas, mengatasi burnout dengan work life balance bisa menjadi kunci mengatasi masalah ini. Coba strategi-strategi tadi agar milenial dan Gen Z terhindar dari jatuh ke dalam perangkap kewalahan berlebihan.

Kita perlu menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan produktif. Ingatlah bahwa kita memiliki kontrol atas bagaimana kita menangani stres dan tekanan. Prioritas terpenting tentu saja kesejahteraan kita sendiri.

Baca Juga: 5 Kebiasaan yang Bisa Merusak Work Life Balance, Ubah Sekarang!

Andari Rizki Photo Writer Andari Rizki

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya