Indonesia memiliki luas dua per tiga lautan yang menjadikannya negara maritim. Pentingnya pelestarian terumbu karang sebagai tempat hidup biota laut perlu dilakukan khususnya masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Ketidaktahuan menjaga ekosistem laut, seperti menebang pohon bakau sembarangan untuk membuat rumah dan perahu serta menangkap ikan dengan cara tak ramah lingkungan membuat kondisi terumbu karang dan mangrove di Desa Nagari Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan mengalami masa kritis. Puncaknya mengalami abrasi pantai sekitar tahun 2014 membuat Sungai Pinang luluh lantah dan kehilangan potensinya.
"Tahun 2014 awal kita (Andespin) mulai berkegiatan di Sungai Pinang, kebetulan awal terjadinya abrasi pantai. Waktu itu saya masih menjadi mahasiswa di kampus," ujar David Hidayat di acara sharing session IDN Times (7/10/2023).
Kondisi memprihatinkan kampung halaman membuat David Hidayat yang pada awalnya mendirikan klub selam tergugah untuk terjun langsung demi ekosistem alam tercinta. Cikal bakal David bersama kawan-kawan mendirikan Andespin Deep West Sumatera. Andespin sendiri kepanjangan dari (Anak Desa Sungai Pinang). Pada waktu itu David belum bisa sepenuhnya berkegiatan di Andespin sebab masih disibukkan kuliah di Universitas Bung Hatta.
Sesuai namanya Anak Desa Sungai Pinang maka kegiatan utama Andespin melestarikan laut. Pasca memelopori berdirinya Andespin, David Hidayat dikenal sebagai David Andespin. Setelah bencana abrasi melanda tempat kelahiran, David melakukan analisa menanggulangi bencana, melihat potensi yang dimiliki Sungai Pinang, serta mengajak masyarakat untuk ikut terlibat dalam program Andespin.