5 Anggapan Kurang Tepat tentang Perempuan yang Betah Melajang

Yang lajang siapa, yang ribut siapa. Inilah yang masih kerap terjadi di sekitar kita, terutama terkait perempuan. Perempuan yang melajang di usia matang kerap mengundang tanda tanya bahkan cibiran di benak orang-orang.
Memangnya apa yang salah sih, dari perempuan lajang? Ketika dia tidak menghina perempuan lain yang menikah muda, sudah semestinya kita juga lebih menghargainya. Salah satu caranya ialah dengan tidak menyuburkan anggapan-anggapan sebagai berikut:
1. Pasti gampang iri pada perempuan yang sudah punya pasangan

Persoalan iri, rasanya tak hanya dapat muncul di benak perempuan lajang deh. Perempuan yang tidak bahagia dengan pasangannya juga bisa iri pada nasib baik perempuan lainnya.
Bahkan perempuan yang pasangannya baik-baik saja pun masih dapat memendam iri pada rumah tangga orang lain. Terlepas dari alasan irinya, ini kembali ke sifat dasar orangnya saja.
Orang yang mudah iri bakal tetap iri pada orang lain. Sebaliknya, orang yang tak sibuk melihat pada kehidupan orang lain akan lebih mensyukuri kehidupannya sendiri. Gak ada hubungannya dengan dia perempuan lajang atau bukan.
2. Akhirnya mau dijodohkan dengan siapa saja

Hanya karena seorang perempuan lama melajang dan usianya terus bertambah, bukan berarti dia lantas gak punya selera apalagi seperti penjual yang membanting harga dagangannya, ya! Justru karena dia lama single dan tambah dewasa, standar pasangannya biasanya makin tinggi.
Dia gak butuh sekadar cowok melainkan seseorang yang dapat mengimbangi cara berpikirnya. Dia hanya menyukai pria yang open minded, termasuk mengenai perempuan yang tak kunjung menikah. Pria berpikiran kolot menjauh saja.
3. Diyakini punya trauma dengan pria

Satu sisi memang benar, trauma dengan lawan jenis bisa membuat perempuan enggan menikah. Misalnya, menjadi korban kekerasan oleh pria atau memiliki ayah yang perilakunya sangat buruk. Dia tidak ingin pengalaman buruk dengan lawan jenis terulang.
Namun, perlu diingat bahwa perempuan yang memiliki trauma dengan pria pun tak semuanya menjadi betah melajang. Dengan demikian, perempuan yang melajang juga tidak semuanya punya pengalaman buruk dengan pria.
Bahkan bisa jadi dia sangat lengket dengan ayahnya. Dia terlalu mengagumi ayahnya dan menganggapnya sebagai sosok yang sempurna. Ini membuatnya ragu ada pria yang dapat menyamai kebaikan ayahnya.
4. Sangat ambisius dalam pendidikan dan karier

Anggapan seperti inilah yang terkadang membuat perempuan tidak leluasa dalam mengembangkan diri. Takut dirinya dibilang terlalu ambisius, tidak memahami kodratnya sebagai perempuan, lalu sulit jodoh.
Padahal, apa hubungannya kodrat sebagai perempuan dengan keinginan kuat untuk memiliki pendidikan dan karier yang bagus? Apakah perempuan harus menjadi bodoh dan tidak mandiri secara finansial agar tak melanggar kodratnya dan cepat menikah?
Perihal pria yang menjadi gentar mendekati perempuan berpendidikan tinggi dan berkarier cemerlang, itu tergantung mental dan cara berpikir pria itu sendiri. Bila dia paham dan mendukung adanya kesetaraan gender, tentu dia tak akan mempermasalahkannya.
5. Sikapnya buruk pada lawan jenis

Anggapan ini muncul dari kesimpulan gegabah bahwa apabila sikapnya baik, tentu banyak pria mau dengannya. Sebelum kita ikut melestarikan anggapan sesat ini, kita harus mengenal lebih banyak perempuan yang betah melajang.
Dengan begitu, kita tahu bahwa tak ada yang salah dari sikap mereka terhadap lawan jenis. Mereka tidak membenci atau galak pada pria. Bahkan boleh jadi kita yang sudah menikah justru lebih galak pada pasangan. Ngaku gak?
Terhadap perempuan lajang maupun sudah menikah, kita tidak boleh mudah memberikan cap pada mereka. Percayalah, tak ada jaminan bahwa kita yang telah berumah tangga lebih baik pribadinya dari perempuan yang masih sendiri. Jadikan self reminder, ya!



















