Fish Go: Aplikasi Lacak Ikan yang Terinspirasi dari Game Pokémon

Kisah I Gede Merta Yoga Pratama dalam mengembangkan Fish Go

Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi lautan luas, sektor perikanan sudah selayaknya jadi andalan masyarakat Indonesia. Ada begitu banyak jenis ikan yang bisa ditemui di lautan Indonesia dan jumlahnya pun sangat melimpah ruah. Dari catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada 2022 silam saja negara kita berhasil menangkap lebih dari 7,9 juta ton ikan dari perairan di seluruh Indonesia.

Melihat potensi besar tangkapan ikan yang ada di Indonesia, agak disayangkan jika nelayan-nelayan kita masih sangat bergantung dengan teknologi yang sudah ketinggalan zaman. Negara-negara maju pun sudah menggunakan berbagai teknologi yang memudahkan nelayan dalam menangkap ikan. Oleh karena itu, agar kita bisa mengejar ketertinggalan, diperlukan ide-ide kreatif yang dapat membantu nelayan di Indonesia.

Beruntungnya, Indonesia, khususnya masyarakat Bali, tak kekurangan pemuda-pemuda kreatif yang peduli dan berusaha mencari solusi atas masalah tersebut. Namanya I Gede Merta Yoga Pratama atau biasa disapa Yoga, seorang pemuda yang mengembangkan aplikasi bernama Fish Go untuk nelayan Bali sejak 2017. Aplikasi ini sendiri dibuat agar nelayan-nelayan dapat dengan mudah melacak keberadaan ikan sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga mereka dalam mencari ikan di sekitar perairan Bali.

Berkat temuannya bersama sembilan orang rekannya itu, Yoga berhasil memperoleh penghargaan SATU Indonesia Awards 2020 dalam bidang teknologi. Kira-kira hal apa saja yang terjadi ketika seorang I Gede Merta Yoga Pratama mengembangkan Fish Go? Apakah perjalanan pemuda yang satu ini selalu mulus? Yuk, simak kisah lengkapnya di bawah ini!

1. Hatinya terketuk ketika melihat ketimpangan yang terjadi di Bali

Fish Go: Aplikasi Lacak Ikan yang Terinspirasi dari Game Pokémonpotret sekelompok nelayan yang telah menerima sosialisasi untuk menggunakan aplikasi Fish Go (dok. Fish Go Indonesia)

Ketika masih duduk di bangku perkuliahan, Yoga merasa ketimpangan yang terjadi di Bali sangat kontras. Di satu sisi, dirinya bisa melihat berbagai hotel-hotel mewah dan restoran berkelas yang dikunjungi banyak turis lokal maupun mancanegara. Di sisi lain, ada pula sekelompok nelayan yang hidupnya begitu pas-pasan, padahal mereka hidup di tengah-tengah hiruk pikuk lokasi wisata paling populer di Indonesia.

"Inspirasi awalnya, sih, karena ada proyek lapangan, terus saya melihat sebuah ketimpangan yang sangat nyata, ya, di Bali itu sendiri. Di mana di sisi kirinya saya lihat hotel-hotel, restoran, (dan) banyak turis di sana makan seafood, tapi di sisi kanannya saya lihat di situ nelayan-nelayannya yang narik ikan, tapi malah kehidupannya jauh dari kata layak, seperti itu," jawab Yoga ketika ditanya tentang motifnya menciptakan Fish Go.

Ketika sedang mengerjakan suatu proyek, Yoga mengetahui sebuah metode untuk mendeteksi dan memetakan posisi ikan secara akurat dan telah terbukti secara ilmiah. Kisahnya kemudian berlanjut ketika ia berkesempatan untuk melakukan pertukaran pelajar ke Jepang. Di Negeri Sakura, Yoga melihat bagaimana penggunaan teknologi mutakhir dalam sektor penangkapan ikan laut sudah sangat berkembang pesat. Dari sanalah, akhirnya muncul ide dalam benaknya. Yoga ingin mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang ia miliki agar bisa bermanfaat bagi masyarakat.

2. Terinspirasi dari game smartphone yang pernah viral: Pokémon GO

Fish Go: Aplikasi Lacak Ikan yang Terinspirasi dari Game Pokémontampilan aplikasi Fish Go yang mirip denganPokémon GO (dok. Fish Go Indonesia)

Suatu aplikasi tentu memerlukan nama dan nama untuk suatu aplikasi bisa terinspirasi dari mana saja. Hal inilah yang menjadikan nama dari Fish Go cukup spesial. Pasalnya, kata Go pada namanya diambil dari game Pokémon GO yang sempat populer sekitar 2016 silam.

"Nama Fish Go sendiri juga terinspirasi dari game Pokémon GO awalnya. Jadi, (dari) nama Fish Go itu, saya pikir kalo kita cari Pokémon, kan, kita tahu, ya, Pikachu ada di mana, Bulbasaur ada di mana. Kita diberikan informasi koordinatnya," ucap Yoga ketika menceritakan inspirasi dari nama Fish Go.

Agar dapat memetakan posisi ikan, ia memanfaatkan citra remote sensing dan beberapa data model untuk menentukan habitat ikan dan lokasi potensial untuk menangkap ikan. Setelah data yang diperoleh mencukupi, Yoga bersama tim akan memberikan informasi keberadaan ikan ke para nelayan melalui aplikasi. Tak hanya lokasi, berkat teknologi pelacakan ini, Fish Go bahkan bisa memberikan informasi titik kedalaman di mana ikan-ikan berkumpul.

Ketika awal didirikan, Fish Go hanya beranggotakan segelintir orang. Seiring berjalannya waktu, anggota tim yang bergabung bersama Yoga terus bertambah. Hal ini seperti yang disebutkannya ketika ditanyai tentang jumlah anggota tim dalam Fish Go,

"Awalnya, cuma saya bertiga (Yoga dan dua rekannya). Di (bidang) kelautan perikanan sekarang, tim saya sudah ada 13 orang."

Sebelum menjadi aplikasi di smartphone, Fish Go awalnya dibuat dan diakses melalui web. Lewat web tersebut, dimuat informasi geografis dengan output berupa titik koordinat keberadaan ikan-ikan di sekitar perairan Bali. Saat Yoga dan tim sadar kalau tampilan melalui web kurang efektif untuk digunakan nelayan ketika melaut, akhirnya Fish Go berpindah haluan menuju aplikasi smartphone yang bisa diunduh dengan mudah oleh nelayan.

"Aplikasi Fish Go itu terinspirasi dari Pokémon GO karena alurnya sederhana. Jadi, kalau nelayan mau nangkap ikan A, misalnya ikan lemuru (atau) ikan sarden, (nelayan) tinggal membuka aplikasi, pilih (jenis) ikannya, pilih berangkat melaut dari port mana, nanti akan ditunjukkan oleh aplikasi," ujar Yoga ketika menjelaskan tentang alur penggunaan aplikasi Fish Go untuk nelayan.

Inovasi besar dan ambisius ini jelas memerlukan pendanaan yang tak sedikit. Beruntungnya, Yoga bersama timnya berulang kali memperoleh bantuan yang mereka butuhkan untuk mengembangkan Fish Go. Bantuan yang ia terima berasal dari berbagai instansi, semisal beberapa BUMN, pemerintah pusat, pemerintah daerah Bali, dan pihak-pihak swasta.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Jamaluddin, Memajukan Desa dengan Bertani

3. Proses pencarian data untuk Fish Go sangat memakan waktu dan tenaga

Fish Go: Aplikasi Lacak Ikan yang Terinspirasi dari Game PokémonTim Fish Go pergi ke laut untuk memperoleh data yang akan diolah. (dok. Fish Go Indonesia)

Meski hasil informasi yang digunakan oleh nelayan bisa diperoleh semudah menggeser-geser jarinya dari layar smartphone, ternyata proses pengumpulan data untuk informasi nelayan oleh tim Fish Go tidak semudah itu. Ada rangkaian proses panjang yang harus Yoga dan tim lakukan agar data lokasi dan pergerakan ikan dapat ditunjukkan secara akurat. Proses ini meliputi pengambilan data secara berkala, pengolahan data, hingga uji coba di lapangan.

dm-player

Ditambah lagi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi lokasi ikan berkumpul. Seluruh faktor itu cukup sulit dipetakan karena kondisinya tidak konstan, melainkan terus berubah tiap waktu. Oleh karena itu, tim Fish Go menggunakan dua sistem yang berbeda untuk menentukan posisi ikan secara akurat.

"Untuk sistem yang kami buat itu ada dua sistem, ya. Yang pertama itu menggunakan sistem prediksi dan yang kedua menggunakan sistem real time. Untuk yang prediksi itu, kita pakai data citra harian selama 10 tahun."

Terkait tentang data mana yang paling tepat untuk menunjukkan keberadaan ikan, Yoga menjawab, "Sebenarnya ada 5 data yang kita pakai (untuk menentukan posisi ikan), tapi dari hasil analisis kami hanya 2 data yang mendominasi keberadaan ikan, yaitu suhu permukaan air laut itu sebagai salah satu indikator kondisi fisiologis ikan (dan) yang kedua itu adalah klorofil A. Klorofil A ini mengindikasikan di mana, sih, ikan mencari makan."

Ada berbagai cara bagi tim Fish Go untuk memperoleh data yang mereka butuhkan. Data dapat diperoleh dari data koordinat penangkapan sebelumnya dari para nelayan, misalnya, kemudian data itu diolah agar bisa menjadi sistem prediksi keberadaan ikan pada hari mendatang. Sementara, untuk kebutuhan data untuk sistem real time, tim Fish Go memperolehnya dari Internet of Things (IoT ) dengan sensor akustik. Artinya, tim Fish Go perlu untuk memasang alat khusus pada kapal-kapal nelayan.

"Jadi, kita buat alat semacam fish finder cuma dia dibuat untuk nelayan-nelayan kecil. Dia fungsinya adalah untuk menembakkan gelombang akustik di bawah air, kemudian setiap objek ikan yang terdeteksi dia akan memantulkan target strength, tuh. Nah, itu yang kita analisis untuk mengetahui jarak (ikan dengan nelayan)."

Total ada tiga inovasi berbeda yang digunakan Yoga bersama timnya untuk membantu nelayan. Selain Fish Go, alat fish finder yang disebutnya di atas itu diberi nama Patriot. Pendeteksi keberadaan ikan ini dapat melacak keberadaan ikan hingga kedalaman 40 meter di bawah permukaan laut. Lalu, ada pula alat bernama Blue Tang yang berfungsi untuk membantu nelayan menarik kapal-kapalnya ke tepi laut dengan mudah.

Seluruh data yang telah diperoleh dari alat-alat dan metode yang dilakukan Yoga dan timnya dielaborasi secara berkala hingga menghasilkan informasi yang akurat. Walaupun demikian, karakteristik yang berbeda-beda dari tiap jenis ikan jadi tantangan bagi tim Fish Go untuk memetakan lokasi gerombolan jenis ikan tertentu secara spesifik. Oleh karena itu, kemungkinan hasil informasi yang kurang akurat masih dapat terjadi pada Fish Go. Menurut Yoga, hingga hari ini, Fish Go punya tingkat akurasi data tertinggi sebesar 73 persen.

Di luar hal itu semua, kehadiran Fish Go ini diharapkan membantu para nelayan di Bali dalam tiga aspek. Pertama, pemetaan lokasi ikan yang lebih akurat. Kedua, penyediaan informasi waktu melaut paling ideal bagi para nelayan. Ketiga, rute mana yang paling mudah dan cepat yang bisa diambil nelayan untuk melaut. Ketika itu semua berhasil terwujud, nelayan di Bali tak perlu lagi pusing mencari lokasi ikan. Durasi melaut pun pastinya akan jauh lebih singkat dengan tangkapan yang maksimal.

4. Sempat kesulitan mencari nelayan yang mau menggunakan fasilitas Fish Go

Fish Go: Aplikasi Lacak Ikan yang Terinspirasi dari Game PokémonTim Fish Go bercengkerama dengan nelayan untuk memperkenalkan aplikasinya. (dok. Fish Go Indonesia)

Sama seperti kebanyakan kisah inovatif lain, Fish Go tak langsung disambut baik oleh nelayan-nelayan Bali ketika awal meluncur. Bahkan, menurut Yoga, proses yang diperlukannya untuk memperkenalkan Fish Go kepada para nelayan sangat panjang. Penolakan juga sering diterima tim Fish Go karena berbagai alasan.

"Awal-awal itu nolak. Bahkan, saya (yang) gak perokok pun harus pura-pura ngerokok supaya bisa ngobrol dengan nelayan. Karena kalau kita tiba-tiba datang, gak akan dihiraukan. Dua ribu tujuh belas—dua ribu delapan belas (2017—2018) itu masih (mendapatkan) penolakan yang keras." 

Sejumlah reaksi itu membuat perkembangan Fish Go sangat lamban. Menurut penuturan Yoga, user pertama yang mendaftar ke aplikasi Fish Go baru muncul pada Juni 2019. Sejak pendaftaran pertama hingga akhir tahun 2019 itu, Fish Go hanya berhasil mengumpulkan 326 nelayan yang mendaftar ke aplikasi ini.

Untuk memperoleh kepercayaan nelayan itu pun tak mudah bagi Yoga dan tim Fish Go. Selain rutin untuk berbincang bersama, mereka juga harus mengorbankan waktu hingga uang untuk mengganti biaya melaut nelayan pada tahap uji coba. Tim Fish Go juga rutin berpindah-pindah dari satu kelompok nelayan ke kelompok lain untuk memperkenalkan aplikasinya.

Setelah aplikasi Fish Go mulai dikenal oleh nelayan, penyebaran informasi tentang aplikasi ini berjalan dari mulut ke mulut para nelayan. Yoga dan timnya juga memperoleh bantuan dari pemda setempat untuk memperkenalkan, melakukan sosialisasi, hingga membantu pembiayaan aplikasi Fish Go kepada nelayan. Alhasil, kini Fish Go sudah memiliki ribuan user yang terdaftar dan jumlah ini akan terus bertambah.

5. Peran penting Fish Go bagi nelayan perairan Bali hingga sekarang

Fish Go: Aplikasi Lacak Ikan yang Terinspirasi dari Game Pokémonpotret hasil tangkapan nelayan Bali yang dibantu dengan aplikasi Fish Go (dok. Fish Go Indonesia)

Berkat kerja keras dan pengalaman yang diperoleh selama ini, Fish Go perlahan berhasil mencapai tujuan awalnya, yakni menaikkan taraf hidup nelayan di Bali. Durasi yang diperlukan nelayan untuk melaut jauh lebih singkat, yakni hanya selama 6 jam berkat Fish Go. Selain itu, konsumsi bahan bakar untuk melaut juga menurun hingga 30 persen sejak nelayan menggunakan Fish Go. Terakhir, dampak paling besar jelas ada pada perolehan tangkapan ikan para nelayan.

"Untuk baby tuna, ada peningkatan 50,96 persen. Untuk (ikan) lemuru 46,8 persen. Kemudian, (ikan) kenyar 54,72 persen. (Data) Ini dari before after," ujar Yoga ketika memaparkan persentase tangkapan ikan nelayan Bali yang menggunakan Fish Go.

Secara rata-rata, nelayan yang menggunakan aplikasi Fish Go bisa memperoleh ikan sebanyak 120 kg tiap harinya. Dalam sehari itu pula, mereka bisa memperoleh penghasilan bersih sebesar Rp370 ribu. Jumlah tersebut jelas jauh lebih besar ketimbang penerapan metode tradisional yang biasa digunakan nelayan Bali untuk melaut.

Berkat dedikasinya ini, Yoga dan tim Fish Go berulang kali memperoleh penghargaan dari berbagai pihak. Inovasi Yoga ini juga membuatnya kerap mewakili Indonesia dalam ajang-ajang bergengsi tingkat nasional untuk memperkenalkan Fish Go. Bagi dirinya pribadi, Fish Go juga membuat Yoga memperoleh banyak manfaat, semisal beasiswa untuk pendidikan dan pengalaman yang tak ternilai harganya.

Ketika ditanya tentang impian Yoga ke depannya, inilah jawaban yang ia berikan, "Impian Fish Go ke depan, sih, untuk saat ini saya ingin membantu lebih banyak nelayan (dan) ibu-ibu karena yang katanya 'bukan lautan, tapi kolam susu' (serta) 'kail dan  jala cukup untuk menghidupimu' ternyata, kan, gak sesuai (di lapangan). Lautannya melimpah, potensinya besar, tapi masyarakatnya gak bisa manfaatin."

Untuk mewujudkan hal itu, Yoga dengan terbuka mau menggandeng berbagai lembaga atau pihak yang ingin bekerja sama demi kebaikan nelayan-nelayan kecil di Indonesia. Bahkan, ia juga ingin menjaring pemuda-pemuda yang berminat menjadi nelayan agar profesi ini bisa bertahan, punya nilai yang tinggi, dan terpandang bagi anak-anak bangsa. Semoga saja I Gede Merta Yoga Pratama bersama tim Fish Go dapat mewujudkan hal itu, ya!

Baca Juga: Eklin Amtor Lawan Dampak Konflik Maluku lewat Dongeng Damai 

Anjar Triananda Ramadhani Photo Verified Writer Anjar Triananda Ramadhani

Animal Lovers and Smartphone Enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya