Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi apa arti sebutan gus (pexels.com/Onur Uslu)

Intinya sih...

  • Sebutan 'Gus' adalah gelar kehormatan untuk putra kyai atau tokoh pesantren di Pulau Jawa.
  • Gus diidentikkan dengan kyai muda, memiliki kedalaman tradisi pesantren, dan sering digunakan sebagai doa.
  • Sejarah sebutan 'Gus' bermula dari kalangan keraton hingga berkembang di pesantren, mencerminkan teladan sosial yang mengedepankan kebaikan dan keadilan.

Akhir-akhir ini sebutan 'Gus' semakin sering terdengar digunakan oleh berbagai kalangan, mulai dari politikus, YouTuber, hingga pemuka agama. Banyak yang memanfaatkan kata 'Gus' sebagai sematan yang dianggap memiliki nilai jual tinggi, menciptakan kesan tertentu di mata masyarakat.

Sering kali disalahgunakan, 'Gus' seharusnya bukan sekadar gelar atau panggilan yang asal-asalan. Sebutan ini memiliki kedalaman, terkait dengan nasab, keilmuan, dan tradisi pesantren yang membentuknya.

Lantas, apa sebenarnya arti dari sebutan 'Gus' ini? Yuk, simak penjelasannya di artikel ini!

1. Arti sebutan 'Gus'

ilustrasi arti sebutan gus (pexels.com/Alena Darmel)

Menurut KBBI, sebutan 'Gus' adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada putra laki-laki dari seorang kyai atau tokoh pesantren, khususnya di Pulau Jawa. Gelar ini menandakan hubungan nasab dan tradisi pesantren yang kental.

Dilansir laman NU Online, sebutan 'Gus' dalam Islam juga diidentikkan dengan kyai muda, yang diharapkan kelak akan meneruskan peran ayah mereka sebagai pemuka agama. Meskipun seorang Gus dapat beralih menjadi kyai, banyak yang memilih untuk tetap dipanggil 'Gus' sebagai simbol kehormatan dan kedekatan dengan tradisi pesantren.

Sebutan ini juga sering digunakan sebagai doa, di mana orangtua memanggil anak laki-laki mereka 'Gus' yang berasal dari kata 'bagus'. Seiring berjalannya waktu, sebutan Gus tidak hanya diberikan kepada putra kiai, tetapi juga kepada tokoh agama di kalangan NU meskipun mereka bukan keturunan kiai.

Mereka biasanya memiliki pengetahuan agama Islam yang mendalam. Memakai sapaan Gus mengharuskan seseorang untuk bisa membawa diri, menjaga kehormatan diri, dan menjaga sikap serta perilaku sehari-hari sebagai seorang yang beragama, berilmu, dan beradab, jauh dari perilaku yang buruk.

2. Sejarah sebutan 'Gus'

ilustrasi pemuka agama Islam (pexels.com/Alena Darmel)

Sejarah sebutan 'Gus' bermula jauh sebelum berkembangnya pesantren di Indonesia. Pada awalnya, istilah ini digunakan di kalangan keraton untuk menyebut anak-anak keturunan raja, seperti 'Raden Bagus' atau 'Den Bagus'. Dalam Bahasa Jawa, kata 'Bagus' kemudian menjadi akar dari julukan 'Gus'.

Seiring waktu, panggilan ini meluas di kalangan priyayi Jawa untuk menyebut anak laki-laki mereka tanpa menggunakan kata 'Raden' atau 'Den'. Ketika pesantren mulai berkembang, terutama di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), sebutan 'Gus' pun mulai digunakan oleh para pemimpin pesantren untuk memanggil putra mereka.

Dari sinilah gelar 'Gus' secara perlahan menjadi identik dengan anak-anak kyai. Di beberapa daerah seperti Madura, panggilan serupa seperti 'Lora' digunakan untuk putra kyai besar, meskipun maksudnya sama dengan gelar Gus, yakni sebagai bentuk penghormatan kepada keturunan kyai.

3. Sifat Gus sebagai teladan sosial

ilustrasi arti sebutan gus (pexels.com/Alena Darmel)

Sifat Gus sebagai teladan sosial tercermin dalam sikap yang mengedepankan kebaikan, keadilan, dan kepedulian terhadap sesama. Berikut beberapa contoh sifat Gus yang menjadi teladan dalam kehidupan sosial:

  • Kedekatan dengan masyarakat

Gus memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat, baik di lingkungan pesantren maupun di luar pesantren. Sebagai putra kyai, ia dilatih untuk memahami kondisi sosial masyarakat dan berinteraksi dengan mereka secara positif.

  • Empati dan kepedulian terhadap sesama

Gus menunjukkan rasa empati yang tinggi dengan membantu mereka yang membutuhkan, memberikan bimbingan moral dan spiritual, serta aktif dalam kegiatan sosial. Kepedulian ini menjadikan Gus sebagai figur yang disegani dan dicontoh banyak orang.

  • Rendah hati dan bijaksana

Meskipun memiliki posisi yang dihormati, Gus selalu menjaga sikap rendah hati dan bijaksana. Ia tidak menunjukkan sifat sombong meskipun memiliki ilmu yang mendalam dan kedudukan tinggi di masyarakat.

Jadi Gus bukan sekadar gelar asal-asalan, melainkan sebutan untuk putra kyai atau tokoh agama yang diharapkan menjadi teladan dalam masyarakat dengan nilai kebaikan dan keadilan. Seorang Gus harus menjaga kehormatan, sikap, dan perilaku yang sesuai dengan agama, ilmu, dan adab. Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih jelas, ya!

Editorial Team