Gian, Beradaptasi dengan Teknologi untuk Memajukan Desa Wisata

Menciptakan Godevi sebagai marketplace desa wisata 

Sebagai tujuan wisata, Pulau Bali memiliki banyak tempat-tempat wisata menarik untuk dikunjungi. Salah satu destinasi wisata yang sedang berkembang adalah desa wisata. Namun, beberapa desa wisata di Bali masih belum tergarap secara maksimal sehingga belum mampu menarik wisatawan untuk datang berkunjung.

Hal inilah yang menarik minat seorang anak muda Bali yang bernama I Gede Gian Saputra untuk terjun mendampingi desa-desa wisata tersebut agar bisa lebih maksimal untuk mendatangkan wisatawan. Aktivitas pemuda yang biasa dipanggil Gian ini membuatnya masuk sebagai salah satu penerima penghargaan Satu Indonesia Awards pada tahun 2020 yang diadakan oleh Astra Indonesia untuk kategori pendampingan terhadap desa wisata.

Bagaimana cerita Gian hingga menerima Satu Indonesia Awards ini? Yuk, simak ceritanya.

1. Berawal dari kegusaran Gian terhadap perkembangan pariwisata di Bali 

Gian, Beradaptasi dengan Teknologi untuk Memajukan Desa Wisatasalah satu obyek wisata di Nusa Penida (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Gian adalah seorang sarjana Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Bali. Kesehariannya tidak terlepas dari kegiatan dalam bidang pariwisata. Saat dihubungi melalui saluran telepon, Selasa(28/12/2021), Gian menuturkan kalau ia memiliki pemikiran, di mana perkembangan pariwisata di Bali tidak memiliki arah yang jelas.

"Pariwisata di Bali memiliki dampak negatif di mana pihak yang menikmati manisnya pariwisata di Bali sebagian besar bukanlah masyarakat Bali itu sendiri. Hal ini mendorong saya untuk berpikir apa yang harus saya lakukan sehingga masyarakat Bali bisa merasakan manfaat dari pariwisata tersebut dengan lebih optimal di tanahnya sendiri," ungkap pria yang hobi bermain musik ini.

Ia kemudian melakukan survei kepada wisatawan yang berkunjung ke Bali mengenai apa yang diinginkan oleh wisatawan saat datang ke Bali. Dari survey tersebut didapat bahwa sebagian wisatawan yang datang ke Bali memiliki keinginan untuk melihat sesuatu yang khas dari Bali. Namun hal tersebut masih belum mereka dapatkan.

"Mereka datang ke Bali disuguhi hotel-hotel yang fasilitasnya mirip dengan asal mereka dan tempat-tempat wisata yang umum yang bisa ditemui di daerahnya," ungkap Gian yang memiliki usaha biro perjalanan ini.

2. Membentuk Godevi dengan spirit Authentic Village Experince

Gian, Beradaptasi dengan Teknologi untuk Memajukan Desa Wisatasuasana salah satu desa di Bali (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Pada Tahun 2018, Gian kemudian membentuk suatu gerakan yang berfungsi untuk melakukan pendampingan atau sebagai konsultan bagi desa-desa wisata. Gerakan ini ia beri nama Godevi atau Go Destination Village. Godevi memiliki spirit Authentic Village Experince yang berarti memberikan pengalaman unik atau autentik bagi wisatawan yang mengunjungi suatu desa wisata.

Godevi sendiri memiliki tiga tujuan bagi masyarakat desa wisata yaitu menerapkan konsep berkelanjutan yang berarti dalam pendampingan ini tidak hanya sekali dua kali saja namun secara berkelanjutan. Tujuan berikutnya adalah memberdayakan masyarakat lokal, dan memberikan keahlian enterpreneurship bagi masyarakat desa untuk mengembangkan desanya.

3. Godevi tidak hanya sebagai suatu gerakan namun diwujudkan dalam suatu sistem yang beradaptasi dengan teknologi informasi 

Gian, Beradaptasi dengan Teknologi untuk Memajukan Desa Wisatakegiatan Godevi (dok. Godevi)

Pada tahun 2019, Gian bersama teman-temannya di Godevi mendapatkan kesempatan untuk mengikuti suatu ajang lomba startup yang diadakan di Balai Diklat Industri(BDI), Tohpati, Denpasar. Dalam lomba tersebut, ia bersama timnya memutuskan untuk mengubah konsep Godevi tidak hanya sekedar sebagai konsultan namun juga sebagai penyedia sistem informasi berbasis data bagi desa-desa wisata.

"Kalau menggunakan konsep konsultan saja, saya rasa Godevi tidak relevan dengan lomba tersebut. Kami memutuskan untuk mengembangkan Godevi menjadi sebuah aplikasi yang mirip seperti marketplace namun khusus untuk desa wisata," ujar Gian yang berasal dari Desa Catur, Kintamani, Bangli ini.

Godevi saat ini sudah mewujudkan sebuah website yang berisi informasi-informasi mengenai desa wisata. Godevi memberikan akun secara gratis bagi desa-desa wisata yang bekerja sama dengannya, sehingga desa wisata bisa memiliki alat untuk memperkenalkan atau mempromosikan desanya. Setiap desa wisata juga bisa membuat paket-paket wisata untuk dijual kepada wisatawan.

"Jadi nanti masing-masing desa wisata tidak perlu lagi membuat website yang tentunya perlu mengeluarkan dana baik untuk pembuatan maupun biaya perawatan sistemnya. Kami menyediakan semuanya bagi desa wisata yang bekerja sama dengan Godevi tanpa dipungut biaya. Namun jika ada transaksi penjualan paket wisata, kami mendapatkan bagi hasil sebesar 10% dari penjualan," ujar Gian.

Godevi yang telah melakukan soft launching pada tahun 2019 memiliki anggota tim kurang lebih 10 orang di mana terdiri dari founder, co-founder, tim IT, tim marketing, admin, dan operasional.

Baca Juga: Mengenal Kiprah Elmi Sumarni Ismau, Anak Muda Inspiratif dari NTT

4. Godevi merangkul Desa Wisata tidak hanya di Bali tetapi juga luar Bali 

Gian, Beradaptasi dengan Teknologi untuk Memajukan Desa Wisatakegiatan Godevi (dok. Godevi)

Saat ini Godevi telah merampungkan pendataan desa wisata di Bali dalam suatu database. Pengumpulan database ini dilakukan Godevi sejak tahun 2019 hingga tahun 2021. Lamanya waktu pengumpulan karena adanya beberapa desa yang awalnya bukan sebagai desa wisata.

"Kalau untuk desa wisata yang sudah jalan, tidak memerlukan waktu lama untuk memasukkannya ke dalam database kami. Namun bagi desa yang baru masuk sebagai desa wisata, kami harus dari nol memulainya sehingga memerlukan waktu yang lama," ungkap pemuda kelahiran 30 Juni 1991 ini.

Dari 137-an desa wisata yang ada di Bali saat ini, sudah sekitar 30-an desa wisata bekerja sama dengan Godevi. Jumlah ini sudah dirasa cukup, bahkan jauh di atas ekspektasi awal Godevi.

Selain di Bali, saat ini Godevi sudah menjalin kerja sama dengan beberapa desa wisata di luar Bali seperti NTT yang sedang mengembangkan desa wisata, terutama di daerah Labuan Bajo.

dm-player

5. Dana masih menjadi masalah klasik bagi Godevi sebagai salah satu startup di Bali 

Gian, Beradaptasi dengan Teknologi untuk Memajukan Desa Wisatailustrasi crowdfunding (pixabay.com/mohamed_hassan)

Karena belum adanya investor, dana memang masih menjadi kendala dalam proses pengembangan Godevi. Gian menggunakan dana pribadinya saat awal membentuk Godevi.

Untuk operasionalnya sendiri, karena kurangnya dana pendukung menyebabkan ruang gerak Godevi menjadi terbatas.

"Saat ini banyak sekali desa-desa wisata yang meminta kami sebagai pendamping, namun karena keterbatasan dana kami tidak bisa melaksanakannya. Namun kami bersyukur, mereka bisa mengakali dengan menjadikan kami sebagai narasumber sehingga ada sedikit dana operasional untuk turun ke desa," ungkap Gian.

Walaupun masih memiliki hambatan dalam hal dana, namun hal ini tidak membuat Gian dan tim Godevinya patah semangat. Gian mengadakan kerja sama-kerja sama dengan instansi terutama instansi pendidikan untuk membantu menyediakan sumber daya manusia dalam membantu pendampingan ke desa wisata.

"Dari Kemendikbud ada program Kedaireka di mana kami bekerja sama dengan kampus-kampus di Bali dengan mengajak mahasiswanya untuk magang di tempat kami dan para mahasiswa ini bisa turun langsung sebagai pendamping ke suatu desa wisata. Kami secara operasional sangat terbantu dan tentunya kami bisa memberikan pengalaman baru bagi rekan-rekan mahasiswa," tandas Gian.

Karena Godevi memiliki tujuan yang sangat baik, banyak pihak turut membantu untuk pengembangan Godevi ke depannya. Misalnya untuk pengembangan bisnis dan teknologi, Godevi dibantu oleh pihak BDI Tohpati dengan memberikan tempat sebagai kantor di Inbis Tohpati. Untuk data, Godevi dibantu oleh salah satu dosen pariwisata yang memang konsen untuk pengembangan desa wisata.

"Walaupun bantuan tersebut tidak dalam bentuk dana, namun memiliki nilai yang sangat besar bagi kami," tegas pria yang suka olahraga arung jeram ini.

6. Masih banyak desa wisata yang belum beradaptasi dengan teknologi 

Gian, Beradaptasi dengan Teknologi untuk Memajukan Desa Wisatailustrasi teknologi (pexels.com/Oleg Magni)

Selain dana, hambatan lain datang dari masih banyaknya desa yang belum beradaptasi dengan teknologi atau dikatakan melek digital. Hal ini menyebabkan desa tersebut tidak memiliki data yang diperlukan untuk pengembangan lebih lanjut.

"Kami ingin membantu memasarkan desa tersebut, namun desa tersebut tidak memiliki data. Mereka tidak memiliki foto, tidak memiliki konten, tidak memiliki paket wisata, belum ada harga, bahkan tidak memiliki deskripsi mengenai desanya. Kami jadi tidak tahu apa yang akan kami pasarkan," ungkap Gian. Lebih lanjut ia mengatakan, untuk desa-desa yang belum melek digital seperti ini, kami benar-benar harus mendampingi dari awal sehingga proses pendampingan berlangsung cukup lama.

Selain data, ada hal lain yang bisa dikatakan sebagai penghambat. Adanya hubungan yang kurang harmonis antara lembaga adat dan dinas di suatu desa memberikan dampak kepada kegiatan Godevi saat turun ke desa.

"Kondisi seperti ini membuat kami tidak nyaman dalam memberikan pendampingan. Kami akan lebih susah dalam mendapatkan data-data yang diperlukan," ujar Gian.

7. Badai Pandemik menjadi penghalang Godevi untuk berkembang 

Gian, Beradaptasi dengan Teknologi untuk Memajukan Desa Wisatailustrasi pandemik COVID-19 (pixabay.com/Tumisu)

Pariwisata adalah salah satu yang terkena dampak dari pandemik COVID-19 yang berkepanjangan ini. Pariwisata khususnya di Bali dibuat mati suri oleh pandemik ini. Hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar terkait pengembangan Godevi. Godevi yang mulai berjalan pada bulan Agustus tahun 2019 telah memiliki rencana-rencana kegiatan sebagai bagian dari pengembangan Godevi.

Godevi sudah mendapatkan beberapa bookingan paket-paket wisata dari China pada tahun 2020, namun karena pandemik semuanya dibatalkan. Selain itu pada tahun 2020, Godevi merencanakan suatu acara tahunan yang bertajuk Indonesian Village Festival, di mana acara ini sudah mendapatkan sponsor untuk mendukung acara tersebut. Acara tersebut harus dibatalkan karena tidak memungkinkan mengadakan suatu acara pada saat pandemik COVID-19.

Tahun 2021 pun masih sama, walaupun pandemik sudah dikatakan melandai namun masih belum bisa berbuat banyak.

"Kami ingin beriklan, namun pasar pariwisata saat ini masih belum jelas. Kami saat ini hanya bisa melakukan persiapan-persiapan terutama peningkatan sistem yang kami buat agar nantinya saat pariwisata sudah berjalan normal, kami sudah siap," ungkap Gian penuh harap.

8. Mimpi besar untuk menjadikan Godevi sebagai marketplace desa wisata di Indonesia 

Gian, Beradaptasi dengan Teknologi untuk Memajukan Desa Wisatakegiatan Godevi (dok. Godevi)

Tentunya sebagai motor dari Godevi, Gian memiliki mimpi besar untuk apa yang sudah ia jalankan ini. Gian berharap Godevi bisa dikenal lebih luas lagi, di mana Godevi bisa  melakukan pendampingan kepada desa wisata di luar Bali.

Dengan hal ini, Gian berharap Godevi bisa menjadi satu-satunya aplikasi marketplace yang khusus mengelola desa wisata yang ada diseluruh Indonesia. Untuk menjadi sebuah aplikasi yang dikenal secara luas, tentunya Godevi sangat memerlukan bantuan dari investor-investor yang memberikan suntikan dana untuk pengembangan Godevi ke depannya.

Selain investor, diperlukan juga perhatian yang lebih dari pemerintah sehingga nantinya pemerintah bisa bersinergi bersama Godevi untuk pengembangan pariwisata khususnya yang terkait dengan desa wisata.

Selain pendampingan terhadap desa wisata, Godevi juga memiliki kegiatan lain yang berhubungan dengan desa adat seperti webinar dan pelatihan-pelatihan. Sosok I Gede Gian Saputra adalah salah satu dari beberapa pemuda yang berinovasi secara kreatif bagi kemajuan daerahnya. Sosok-sosok seperti Gian inilah yang diperlukan untuk kemajuan daerah maupun bangsa ini ke depan. Diperlukan dukungan serius dari pemerintah maupun pihak swasta agar pemuda-pemuda inovatif ini mampu berkembang lebih baik lagi.

Baca Juga: Mariana Yunita, Sosok yang Gigih Bergerak untuk Isu HKSR di NTT 

Ari Budiadnyana Photo Verified Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya