Virtual Press Conference Buku Lost and Found: "A Journey Through Grief". Jumat (28/1/2022). IDN Times/Adyaning Raras
Di awal acara ini dimulai, Nira sempat menyebutkan bahwa anak adalah korban dari kondisi mental yang tidak sehat karena dirinya belum bisa memproses grief dengan benar. Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa mencerna grief dan berdamai dengan duka itu?
Psikolog Rosdiana Setyaningrum mengatakan, "Grief itu bukan sesuatu yang bisa hilang. Kalau mau nangis, ya, nangis aja. Dengan kita bisa berproses menerima, lama-lama kita akan bisa melewati hari-hari tanpa terganggu dengan itu. Yang kita harapkan kan kita hidup dengan kenangan dan legacy-nya orang-orang ini."
Untuk itu, penting sekali memiliki support system. Menurut Diana, 'membuang sampah batin' ke orang lain itu sangat dibutuhkan. Pasalnya, kita bisa tahu apa yang kita rasa dan memvalidasi perasaan itu. Kita belajar untuk menghargai diri sendiri ketika berhasil menceritakan perjalanan itu sedikit demi sedikit.
“Berduka dan kehilangan itu bersifat pribadi, semua orang tidak sama. Saya seringkali mengalami emosi yang sulit dan seringkali tidak terduga. Ada rasa marah, menyesal, bersalah, ketidakpercayaan, sedih yang tak kunjung usai. Tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental, juga fisik. Ini adalah tantangan hidup yang harus saya hadapi, dan saya berupaya untuk mencari mekanisme kopingnya. Agar dapat berfungsi dengan baik untuk kehidupan kedepan” ungkap Nira.
Gak berhenti di buku ini, sebelumnya Nira sudah menginisiasi sebuah support group bernama @grieftalk.id. Dalam wadah ini, ia berupaya mengundang banyak orang dengan berbagai latar belakang untuk saling bercerita dan menguatkan satu sama lain.