5 Bentuk Produktivitas yang Malah Bikin Kamu Lupa Istirahat

- Kebiasaan multitasking yang berlebihanMultitasking bisa mengganggu ingatan dan menyebabkan konsekuensi mental yang signifikan.
- To-do list yang terlalu banyak dan gak realistisDaftar tugas yang terlalu banyak bisa membuatmu merasa lelah dan malas.
- Merasa bersalah saat gak melakukan apa-apaBudaya produktivitas membuatmu merasa bersalah saat istirahat, padahal istirahat penting untuk kesehatan fisik dan mental.
Kita seringkali dituntut untuk tetap produktif setiap hari. Di dunia yang serba cepat ini, produktivitas seolah menjadi kunci keberhasilan seseorang. Pemahaman akan produktivitas mendorong kita untuk melakukan suatu hal dan mencapai banyak hal dalam waktu yang singkat.
Pemahaman semacam itu lantas membuat seseorang terjebak dalam toxic productivity, alih-alih merasa tenang dan bahagia. Sebab, seseorang jadi lupa untuk istirahat, sulit untuk menikmati waktu luang, dan mungkin membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Apakah kamu merasa demikian?
Ada beberapa hal yang dianggap sebagai bentuk produktivitas, tapi hal tersebut justru membuat kamu kelelahan secara fisik maupun mental. Jangan sampai kamu terus-terusan merasa bahwa kebiasaan-kebiasaan ini merupakan bentuk produktivitas yang baik, ya!
1. Kebiasaan multitasking yang berlebihan

Multitasking sebenarnya suatu hal yang punya manfaat positif, tapi di sisi lain bisa berdampak negatif juga. Kebiasaan ini sudah seperti pisau bermata dua. Kalau kamu punya tugas yang banyak, mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu memang terasa efektif dan produktif. Namun, nyatanya kebiasaan multitasking bisa menyebabkan gangguan ingatan jangka pendek maupun jangka panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh University of Copenhagen di Denmark menyebutkan bahwa gangguan ingatan akibat multitasking terjadi karena otak cenderung menyimpan informasi di tempat yang gak seharusnya. Alih-alih mengirim informasi ke hippocampus yakni bagian otak yang berperan menyimpan informasi, otak justru menyimpannya di bagian striatum yakni bagian otak yang bertanggung jawab dalam fungsi motorik.
Selain itu, menurut penelitian profesor komunikasi di Stanford University, Clifford Nass, multitasking bisa menyebabkan seseorang mengalami konsekuensi mental yang signifikan. Ini terjadi karena multitasking membuat fokus seseorang terbagi sehingga otak harus bekerja ekstra untuk mengolah informasi.
2. To-do list yang terlalu banyak dan gak realistis

Membuat daftar tugas itu penting loh. Sebab, daftar tugas membantu seseorang untuk mengorganisasi pikiran dan memanajemen waktu dengan baik. Dengan membuat to-do list, kamu jadi merasa produktif.
Namun, membuat daftar tugas juga ada aturannya. Jangan sampai daftar tugas yang kamu buat malah jadi bumerang untuk kamu. Kapan daftar tugas malah menjadi bumerang? Saat kamu membuatnya terlalu banyak dan terkesan gak realistis. Jika demikian, bukannya membantu kamu, hal itu justru membuat kamu merasa lelah dan bahkan berujung malas. Mengapa bisa begitu? Sebab, kamu menekan dirimu sendiri untuk terus bekerja dan selalu merasa ada hal yang perlu dilakukan.
3. Merasa bersalah saat gak melakukan apa-apa

Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, di era yang serba cepat ini, manusia seolah dituntut untuk produktif setiap waktu. Budaya ini lantas membuat kamu merasa bersalah kalau gak melakukan apa-apa. Ada tekanan untuk senantiasa produktif, bahkan di waktu luangmu. Kamu gak boleh bersantai, bermalas-malasan, atau berleha-leha barang sebentar saja. Kamu harus bisa memanfaatkan waktumu setiap detik dengan beraktivitas.
Dampaknya? Kamu jadi abai akan istirahat. Padahal, otak dan tubuh kamu butuh pulih. Otak dan tubuh kamu perlu mengisi ulang energi. Kalau kamu terus-terusan berpikir demikian, kamu akan stres dan cemas. Ingat, istirahat itu bukan pemborosan waktu atau tanda kamu malas, melainkan bagian penting dari aktivitas kamu untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.
4. Menyibukkan diri tanpa tujuan yang jelas

Poin ini sebenarnya berkaitan dengan poin sebelumnya. Karena kamu merasa produktif itu penting, kamu punya pola pikir “yang penting sibuk”. Selama kamu sibuk, kamu merasa aman. Kamu terus menerus menyibukkan dirimu melakukan sesuatu, sekalipun tanpa tujuan atau prioritas yang jelas.
Misalnya, mengisi waktu dengan merespons segera notifikasi yang masuk, membalas pesan yang gak penting, atau mengecek media sosial untuk memperoleh berita atau informasi terbaru. Kamu mengira bahwa selama kamu bergerak, kamu akan mencapai suatu hal.
Padahal, mengisi waktu tanpa tujuan dan prioritas yang jelas menjauhkanmu dari apa yang benar-benar penting dalam hidupmu. Waktumu memang terisi penuh, tetapi pada akhirnya kamu merasa lelah tanpa hasil yang jelas.
5. Selalu perlu mempelajari setiap hal baru dengan segera

Belajar itu perlu dan sepanjang hayat. Betul memang, tapi hal yang perlu kamu pahami adalah gak semua hal harus kamu ketahui dan kuasai sekaligus. Kalau kamu bersikap demikian, bukannya mengetahui semua hal atau menjadi orang yang “serba tahu”, kamu justru akan mengalami information overload atau kelebihan informasi. Kamu juga akan mengalami kelelahan pikiran dan mental. Ini terjadi karena terlalu banyak input informasi.
Jadi, penting untuk memprioritaskan apa yang benar-benar relevan dengan tujuanmu. Gak apa-apa kok jadi generalis, hanya saja kamu perlu tahu kapan harus mendalami suatu bidang yang memang relevan dan kapan harus memberikan diri jeda untuk memproses informasi atau pengetahuan.
Gimana nih, apakah kamu sering melakukan hal-hal itu? Ingat ya untuk selalu jaga kesehatan fisik maupun mentalmu. Produktivitas itu bukan tentang seberapa banyak yang bisa kamu lakukan di satu waktu, tapi tentang seberapa baik dan konsisten kamu menjaga dirimu sendiri di samping mencapai tujuanmu.