Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bullying (pexels.com/Yan Krukau)

Barangkali kamu sudah pernah mendengar tentang crab mentality. Ini merupakan gambaran dari tingkah laku kepiting yang saling menjatuhkan. Hal ini pula dapat kita jumpai saat di lingkungan kerja maupun lingkungan sosial. Orang-orang yang memiliki karakter crab mentality merasa terganggu ketika manusia di sekelilingnya mulai tumbuh dan berkembang.

Menghadapi lingkungan yang memiliki budaya crab mentality memang tidak mudah. Mungkin kerja keras yang sudah kamu lakukan tidak akan diapresiasi. Apalagi saat kamu mulai menunjukkan level kemajuan.

Tapi, bisakah bertahan di tengah lingkungan demikian ini untuk perkembangan karier? Dengan menerapkan tips yang tepat, bertahan di tengah lingkungan demikian bukan hal yang mustahil.

1. Berfokus pada tujuan yang ingin dicapai

ilustrasi fokus bekerja (pexels.com/Karolina Grabowska)

Mungkin kamu mengharapkan lingkungan yang memiliki budaya suportif. Tapi pada faktanya lingkungan ideal tidak selalu menyertai. Ada kalanya justru dihadapkan tantangan dengan lingkungan yang memiliki budaya saling menjatuhkan atau crab mentality.

Tentu dibutuhkan upaya yang tepat untuk bertahan di tengah lingkungan demikian. Kuncinya dengan berfokus pada tujuan yang ingin dicapai. Tetapkan tujuan yang jelas dan ukur kemajuanmu sendiri, bukan berdasarkan validasi dari orang lain.

2. Menetapkan batasan yang tegas

ilustrasi perempuan karier (pexels.com/RODNAE Productions)

Pernahkah merasakan susahnya bertahan di tengah lingkungan crab mentality? Bahkan sempat berpikir ingin menyerah di tengah jalan. Namun menyerah juga bukan satu-satunya pilihan yang tepat. Langkah penting yang harus diambil adalah belajar menyesuaikan diri.

Bagaimana caranya bertahan di tengah lingkungan crab mentality? Kita bisa memulainya dengan menetapkan batasan yang tegas. Hindari terlalu terbuka dengan orang-orang yang sering menjatuhkan atau meremehkan kamu. Jaga jarak emosional dari komentar negatif yang tidak membangun.

3. Mencari dan membangun support system

ilustrasi kerjasama tim (pexels.com/Yan Krukau)

Tentu menjadi dilema tersendiri saat berhadapan dengan lingkungan yang memiliki budaya crab mentality. Di satu sisi lingkungan ini sebenarnya menghadirkan peluang yang baik untuk masa depan. Sedang di sisi yang lain, harus berhadapan dengan orang-orang saling menjatuhkan.

Bertahan di tengah lingkungan yang memiliki budaya crab mentality juga diperlukan strategi khusus. Di antaranya mencari dan membangun support system. Kelilingi diri dengan orang-orang yang mendukung, meski hanya satu-dua orang. Temukan komunitas di luar lingkungan toksik yang bisa memberikan energi positif.

4. Menjaga diri agar tidak terprovokasi

ilustrasi suasana diskusi (pexels.com/Yan Krukau)

Kita memang tidak bisa memilih lingkungan ideal sebagaimana yang ada dalam ekspektasi. Siap ataupun tidak, akan ada saatnya menghadapi lingkungan dengan karakter crab mentality yang kuat. Lantas, bisakah bertahan di tengah lingkungan demikian ini?

kamu hanya perlu mengelola diri agar tidak mudah terpancing. Terutama oleh provokasi dari mereka yang memiliki jiwa kompetitif kuat. Hindari membalas atau terlibat drama yang memang tidak perlu. Daripada bersaing melalui argumen, buktikan melalui kontribusi nyata.

5. Menjaga keseimbangan mental dan emosi

ilustrasi diskusi (pexels.com/Mikhail Nilov)

Tidak semua orang mampu bertahan di tengah lingkungan yang memiliki budaya crab mentality. Selayaknya kepiting yang saling menjatuhkan, lingkungan demikian ini cenderung menghambat kemajuan seseorang. Apalagi saat diperparah dengan jiwa kompetitif yang tidak sportif.

Sejatinya setiap dari kita bisa saja bertahan di tengah lingkungan demikian. Kunci penting yang harus diketahui adalah menjaga keseimbangan mental dan emosi. Termasuk dengan mempraktikkan self awareness dan self compassion.

6. Hindari terjebak pada siklus balas dendam

ilustrasi lingkungan banyak tuntutan (pexels.com/Antoni Shkraba)

Jika kita mengamati dengan teliti, lingkungan yang memiliki budaya crab mentality memiliki siklus berulang. Pastinya didasari oleh ambisi untuk menang, rasa tidak suka terhadap kemajuan seseorang, kemudian berujung saling menjatuhkan. Bahkan pola ini menjadi ciri khas yang bertahan dari waktu ke waktu.

Tapi mungkinkah kita bertahan di tengah lingkungan crab mentality? Jawabannya sangat mungkin. Kita hanya perlu menghindari terjebak pada siklus balas dendam berulang. Tidak semua sikap buruk harus dibalas dengan perlakuan yang sama. Fokus pada versi terbaik dari dirimu, bukan versi yang mereka harapkan gagal.

Berusaha konsisten bertahan di tengah lingkungan crab mentality memang tidak mudah. Tapi dengan menerapkan tips yang tepat, kita bisa saja bertahan di tengah lingkungan demikian.

Kuncinya hanya perlu mengetahui batasan diri, menjaga keseimbangan emosi, sekaligus kemampuan membangun support system. Bagi kamu yang sedang bertahan di tengah lingkungan demikian, selamat berjuang!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team