Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Perasaan Nelangsa saat Berusaha Konsisten Menabung

ilustrasi merenung
ilustrasi merenung (pexels.com/EGO AGENCY)
Intinya sih...
  • Tidak didukung dan diejek orang sekitar
  • Mesti menahan keinginan yang sebenarnya gak terlalu mahal
  • Bertahan memakai barang-barang lama
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bagi orang dengan penghasilan tinggi saja, menabung tak selalu mudah. Inflasi gaya hidup dapat menjadi penyebabnya. Uang sebanyak apa pun tetap habis, tanpa jejak belanja yang jelas.

Kalau gaji besar tidak menjamin seseorang gampang menabung, apalagi dengan pendapatan pas-pasan. Butuh usaha yang lebih besar dalam mengatur keuangan. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari mesti dikontrol sedemikian rupa.

Jangan sampai terjadi pemborosan yang tak perlu. Apabila kamu lagi berusaha keras untuk bisa rutin menyisihkan penghasilan, perasaan nelangsa kadang tidak terhindarkan. Perasaan nelangsa saat berusaha konsisten menabung bisa muncul karena sebab-sebab berikut.

1. Bukannya didukung malah diejek orang

ilustrasi merenung
ilustrasi merenung (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sebetulnya kamu juga tidak terlalu mengharapkan dukungan siapa pun. Dirimu paham bahwa menabung merupakan urusan pribadi tiap orang. Ada dukungan atau gak, seharusnya itu tetap dilakukan demi kebaikan hidup masing-masing.

Namun, kalaupun orang-orang di sekitarmu tak kasih dukungan seharusnya minimal tidak mengejek. Contoh kalimat ejekannya, "Buat apa menabung? Kamu nabung terus bahkan seluruh gajimu disimpan juga tidak bakal membuatmu sekaya anak pejabat."

2. Mesti menahan keinginan yang sebenarnya gak terlalu mahal

ilustrasi makan
ilustrasi makan (pexels.com/RDNE Stock project)

Manusia selalu memiliki beragam keinginan. Namun, kamu ingat harus menabung sehingga pengeluaran dijaga dengan hati-hati. Walaupun beberapa keinginanmu berbiaya murah, bila selalu dipenuhi bakal menyulitkanmu dalam menabung.

Misalnya, kamu sesungguhnya cuma ingin jajan seharga 20 ribu rupiah di sore hari. Akan tetapi, menjelang siang tadi dirimu telah jajan senilai 15 ribu rupiah. Sekalipun 20 ribu rupiah bukan nilai yang terlalu besar, dirimu sampai berpikir keras. Uang segitu lumayan untuk menambah tabunganmu daripada pengeluaran harianmu.

3. Bertahan memakai barang-barang lama

ilustrasi nelangsa
ilustrasi nelangsa (pexels.com/Windd)

Barang-barang lama mesti dijaga sebaik mungkin agar lebih awet serta bisa terus dipakai. Saat dirimu belum bertekad untuk konsisten menabung, beberapa bulan sekali kamu membeli pakaian baru. Buat sepatu dan gawai setahun sekali wajib ganti.

Pokoknya, dirimu tidak menunggu suatu barang rusak serta tak dapat diperbaiki buat menggantinya. Namun, kini kamu masih setia menggunakan barang-barang lawas sekalipun bukan hanya tampilannya yang tidak lagi menarik. Fungsinya pun sudah gak maksimal, seperti kamera smartphone yang sulit fokus.

4. Produk di keranjang belanja marketplace sampai ratusan gak checkout

ilustrasi merenung
ilustrasi merenung (pexels.com/meomupmofilm)

Tidak mudah memadamkan berbagai keinginan walaupun tekadmu untuk menabung begitu kuat. Buktinya, keranjang belanjamu di marketplace sampai terisi ratusan produk. Segala rupa barang ada. Dari pakaian, sepatu, parfum, buku, alat memasak, dan sebagainya.

Dulu sebelum dirimu bertekad untuk menabung gak sampai begini. Barang yang diinginkan paling cuma sebentar mengisi keranjang belanja. Sekejap kemudian kamu telah memesannya. Akan tetapi, sekarang sampai dirimu sulit menggulir ke bawah saking panjangnya daftar keinginan yang mesti ditahan demi nabung.

5. Ada saja orang yang mau utang gak kira-kira

ilustrasi nelangsa
ilustrasi nelangsa (pexels.com/Philip Justin Mamelic)

Ulah orang lain juga menambah perasaan nelangsamu. Dia tahu kamu sedang bersusah payah buat menabung. Akan tetapi alih-alih bersimpati, ia malah seperti hendak memanfaatkan hasil kerja kerasmu.

Menurut perhitungannya, dengan kesukaanmu menyisihkan uang, saldo pasti lumayan. Gak tanggung-tanggung, dia bilang ingin meminjam dana yang lumayan besar. Pun pemakaiannya bikin kamu mengelus dada. Misalnya, ia memang butuh uang untuk biaya rumah sakit keluarganya.

Namun, dia memilih kamar VIP yang tentu saja lebih mahal. Fasilitasnya saja sudah seperti kamar hotel. Kamu ditodong pinjaman yang besarnya bakal masih sisa banyak andai ia mau menurunkan kelas kamar perawatan. Seolah-olah tabunganmu cuma akan dimanfaatkan untuk kenyamanan keluarganya.

6. Ada juga kebutuhan mendesak yang bikin tabungan terpakai lagi

ilustrasi pria bersepeda
ilustrasi pria bersepeda (pexels.com/Đặng Thanh Tú)

Ulah orang lain yang seenaknya ingin berutang jelas membuatmu sedih dan marah. Namun, kebutuhan pribadi yang mendesak juga bikin dadamu tak kalah sesak. Misalnya, sedikit lagi tabunganmu tembus 50 juta rupiah. Eh, malang tidak dapat ditolak.

Tiba-tiba saja dirimu kehilangan sepeda motor. Padahal, motor penting sekali buat mobilitasmu sehari-hari. Kamu tidak bisa terus memakai ojol karena biayanya lebih besar. Sementara beli motor bekas sekalipun butuh dana jutaan rupiah. Saldo tabunganmu akan menurun cukup banyak.

7. Target tercapai, sesuatu yang diinginkan menghilang atau naik harga

ilustrasi makan
ilustrasi makan (pexels.com/RDNE Stock project)

Ini dapat terjadi ketika kamu menabung khusus untuk suatu tujuan. Misalnya, membeli sesuatu yang harganya mahal. Tidak mungkin untukmu menghabiskan gaji berbulan-bulan cuma untuk mendapatkannya.

Dirimu mesti menabung dulu beberapa lama. Namun, saat target tabungan tercapai malah produk yang diimpikan sudah tak tersedia. Bisa karena produknya memang terbatas atau peminatnya terlalu banyak.

Kamu menjadi sedih. Kerja kerasmu menabung gak berhasil membuatmu bisa memilikinya. Dirimu bahkan larut dalam penyesalan. Andai kamu bisa menabung lebih banyak dan cepat, pasti masih kebagian produk tersebut.

Berusaha konsisten menabung guna keperluan apa pun memang banyak godaannya. Dirimu mesti bertarung dengan keinginan dalam diri. Juga komentar orang yang tak selalu suportif atau sikap mereka yang seenaknya pinjam uang. Tetaplah disiplin menyisihkan uang sampai nelangsamu berubah menjadi bahagia karena hidup lebih mapan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us