Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi membaca (pexels.com/Alexa Popovich)

Intinya sih...

  • Buku yang segelnya sudah dibuka

  • Belum tahu buku yang akan dibeli, pilih-pilih dulu

  • Si paling giat mencari di kotak obral dan rak terbawah

Berbagai tempat belanja bisa punya daya tarik yang berbeda bagi setiap orang. Ada orang yang paling senang singgah di toko pakaian, kacamata, jam tangan, kue, mebel, atau buku. Bila dirimu penggemar buku, toko yang terakhir sering menjadi tujuan utama ketika bepergian.

Kamu tidak hanya terbiasa masuk dan keluar tobuk di kotamu. Dirimu lagi melancong ke berbagai daerah bahkan negara pun, toko buku masuk di daftar tempat yang wajib dikunjungi. Toko buku baru atau bekas dapat sama menariknya.

Pun di sana kamu menghabiskan banyak waktu. Gak cukup cuma hitungan menit. Dirimu dapat lebih dari satu jam mengelilingi setiap rak dan meja. Juga duduk tenang di kursi yang disediakan, lesehan, bahkan jongkok. Kamu betah di toko buku bukan tanpa alasan. Dari lima poin ini, mana yang paling menggambarkan dirimu?

1. Bisa baca buku yang segelnya sudah dibuka

ilustrasi toko buku (pexels.com/Denniz Futalan)

Soal segel buku ini terdapat pro dan kontra. Beberapa orang menganggap tidak apa-apa mereka merobek plastik pembungkus buku yang dipajang di toko. Tujuannya supaya sebagai calon pembeli, mereka dapat terlebih dahulu menilai isi buku.

Jangan sampai mereka seperti membeli kucing dalam karung. Buku disangka sesuai dengan kebutuhan dan kesukaannya, ternyata tidak. Akan tetapi, para pengunjung toko buku juga harus tahu satu hal penting. Bahwa buku yang segelnya dilepas bakal gampang lecek.

Buku yang kondisinya tidak bagus tak diminati pembeli. Makin banyak buku yang segelnya dibuka sendiri oleh pengunjung makin besar potensi kerugian toko buku, penerbit, dan penulis. Kalau dirimu suka membaca buku di toko, pastikan hanya buku yang segelnya telah dibuka oleh pihak toko. Kamu jangan main robek plastik sendiri.

2. Belum tahu buku yang akan dibeli, pilih-pilih dulu

ilustrasi toko buku (pexels.com/Denniz Futalan)

Terkadang kamu sudah punya daftar judul buku yang ingin dibeli. Barangkali dirimu mengumpulkan rekomendasi teman atau hasil dari memantau buku-buku yang baru terbit. Bila kamu sudah tahu buku yang hendak dibeli, belanja buku pun cepat selesai.

Namun mengingat buku menjadi magnet kuat bagimu, sering dirimu masuk begitu saja ke toko buku. Kamu tak perlu menunggu ada judul buku tertentu yang menarik untuk dibeli. Buatmu, mayoritas buku menarik.

Justru datang ke tobuk tanpa punya daftar belanja membuka peluangmu menemukan buku bagus yang belum pernah direkomendasikan. Oleh sebab itu, dirimu betah berjam-jam memilih buku. Kalau dompetmu lagi agak tipis, proses pemilihan buku makin jeli. Harganya mesti disesuaikan dengan isi dompet.

3. Si paling giat mencari di kotak obral dan rak terbawah

ilustrasi toko buku (pexels.com/Asad Photo Maldives)

Dirimu tipe pembeli buku yang tidak menjadikan rak best seller atau new books sebagai patokan. Kamu justru punya rasa penasaran yang tinggi terhadap isi kotak obral. Juga rak buku terbawah yang biasanya gak dilirik orang.

Dirimu percaya bahwa buku bagus bisa ada di mana saja. Kamu tahu bahwa pertarungan buku cetak di toko sangatlah keras. Sebentar saja buku kurang laku, posisinya terus tergeser ke rak-rak yang sulit diakses pengunjung. Sampai akhirnya buku itu mengisi kotak obral.

Padahal bisa saja momen peluncurannya kurang tepat, efek sampulnya, atau promosi dari pihak penerbit belum maksimal. Kamu membuka pintu seluas mungkin untuk buku-buku bernasib kurang bagus itu. Dirimu lama di toko buku demi menemukan mutiara yang terabaikan.

4. Tempatnya nyaman

ilustrasi toko buku (pexels.com/Jamie Kimball)

Setiap orang bisa punya gambaran yang berbeda mengenai toko buku yang nyaman. Gak selalu toko tersebut harus modern. Bangunannya besar, berpendingin udara, karyawannya ramah dan rapi, bahkan dilengkapi meja serta kursi untuk pengunjung membaca.

Tidak salah andai definisi toko buku yang nyaman buatmu malah kebalikannya. Kamu menemukan keindahan dan kehangatan di toko buku yang koleksinya lawas. Ada buku baru tetapi tidak banyak.

Nama-nama penulisnya bukan yang sering muncul di media sosial. Toko buku itu kecil, tampak muram, penataannya ala kadarnya, tapi tetap bertahan. Kamu betah di sana seakan-akan kembali ke rumah leluhur. Agak tidak terurus tetapi memiliki begitu banyak kenangan.

5. Berlama-lama di sana tanpa membeli juga gak masalah

ilustrasi toko buku (pexels.com/HONG SON)

Alasan terakhir kamu betah di toko buku adalah dirimu sadar kalau tempat tersebut tak pernah menutup pintu untukmu. Baik dirimu sedang banyak uang atau bokek sekalipun. Kecuali, jam bukanya memang sudah habis. Lain dengan kafe atau tempat makan dan minum lainnya.

Meski tak ada peraturan tertulis, mustahil kamu duduk-duduk di sana tanpa membeli apa-apa. Minimal dirimu mesti membeli minuman. Itu pun jika harga minumanmu gak sebanding dengan waktu nongkrong, pelayan mungkin menjadi kurang ramah bahkan menegur.

Tapi di toko buku sudah biasa orang datang dan pergi tanpa membeli. Tentu harapan semua pemilik dan karyawan toko buku adalah setiap pengunjung membeli setidaknya satu buku. Akan tetapi, mereka juga tahu bahwa di Indonesia, membaca buku belum dianggap sebagai kebutuhan.

Orang datang buat melihat-lihat sepertimu sudah membuat mereka lega. Siapa tahu habis gajian kalian membeli buku. Selama masih ada orang yang mampir, mereka masih punya harapan.

Toko buku bisa menjadi pilihan tempat buatmu mengisi waktu. Walaupun setelah berjam-jam di sana dirimu cuma membeli satu buku atau tidak sama sekali, jangan malu. Minimal kamu tak sekadar berjalan melewatinya tanpa ketertarikan sedikit pun terhadap gudangnya ilmu pengetahuan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team