Biar Masalahmu Sama Orang Lain Gak Makin Rumit, Perhatikan 5 Hal Ini 

Ada perbedaan saat kita sekadar menjelaskan duduk perkaranya atau posisi kita dengan ketika kita membela diri mati-matian. Jika sekadar menjelaskan, kita bersikap terbuka pada pihak lain untuk bisa saling memahami demi mencapai titik temu terbaik.

Gak terlalu penting lagi siapa yang bersalah, yang utama adalah penyelesaian yang memuaskan kedua pihak. Tetapi saat kita membela diri mati-matian, kita sudah seperti mendirikan benteng yang teramat kuat lengkap dengan panji-panji dan berbagai persenjataan seolah-olah hendak berperang.

Bahkan saat jelas-jelas kita yang bersalah, kita dalam posisi gak mau mengakui kesalahan itu. Jika ini yang dilakukan, dijamin masalah gak akan cepat kelar.

Melanjutkan poin pertama. Bila sejak dalam pikiran, kita sudah mengambil ancang-ancang untuk melawan pihak lain, fokus kita adalah mengalahkannya. Ada niat yang kurang baik di sini. Kita sudah dikuasai keinginan untuk lebih unggul ketimbang yang lain.

Padahal yang diperlukan untuk penyelesaian masalah justru posisi yang setara agar semua pihak bisa duduk bersama. Jangan dianggap lawan melainkan justru kawan untuk berdiskusi. Ini lebih memungkinkan untuk terciptanya pembicaraan baik-baik, bukan sekadar ngegas terus.

Meminta maaf itu bukan cuma saat kita betul-betul melakukan kesalahan. Bahkan saat masih sebatas kemungkinan ada bagian kesalahan kita dalam masalah itu, seringan apa pun kesalahannya, minta maaflah. Permintaan maaf akan menunjukkan iktikad baik kita.

Meminta maaf di awal munculnya masalah otomatis mengurangi ketegangan semua orang. Ini bahasa yang paling sederhana untuk menyatakan bahwa kita semua hanyalah manusia biasa yang bisa saja melakukan kesalahan dengan atau tanpa disadari.

Jika masalahnya terasa terlalu sulit diselesaikan hanya oleh pihak-pihak terkait, ada hal-hal yang mungkin kurang dipahami oleh salah satu atau kedua pihak, tidak ada salahnya mengonsultasikannya dengan orang yang berkompeten.

Misalnya, terkait perjanjian dan undang-undang. Berkonsultasi pada ahli hukum tentu akan memberikan pencerahan bagi semua pihak dan lebih bisa dipercaya ketimbang sekadar debat kusir.

Masalah sesepele apa pun, bila masuk orang yang senang memprovokasi, bisa berubah menjadi sangat rumit. Oleh karenanya, pastikan pembicaraan tentang masalah itu tak melibatkan banyak orang.

Cukup pihak-pihak yang berkaitan langsung dan konsultan yang berkompeten bila dibutuhkan seperti dalam poin 4. Mengumbar masalah tak ubahnya menyediakan panggung untuk orang-orang yang sebenarnya tak berkepentingan atau kepentingan pribadinya membahayakan hubungan pihak-pihak yang sedang bermasalah.

Dengan memperhatikan kelima hal di atas, setiap permasalahan pasti bisa diselesaikan dengan baik kok.