Climate Change itu Nyata, Ini 5 Cara Inovatif Anak Muda Mengatasinya 

Semua dijelaskan di event Schneider Go Green Final 2021

Sudah banyak tanda kalau bumi sudah mulai ‘sakit’ nih, mulai dari suhu yang naik, air laut yang mulai meninggi, dan berbagai bencana lainnya. Sudah saatnya semua harus bertindak menciptakan langkah untuk mengatasinya. Setuju dong pastinya?

Teruntuk kamu para anak muda yang masih duduk di bangku kuliah, kamu harus berbangga nih. Sebab, beberapa dari mereka ada yang melakukan inisiatif dalam membuat sebuah langkah baru untuk bumi yang lebih baik di event Schneider Go Green Final 2021, Kamis lalu (8/4). Event ini dihadiri oleh Menristek Dikti Bambang Brodjonegoro lho, guna melihat langsung ide brilian mereka. Oh ya, juga hadir Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, Roberto Rossi.

Mengingat event ini merupakan kompetisi, tim yang terpilih menjadi juara akan dikirim ke event Schneider Go Green di tingkat global lho. Penasaran apa saja idenya?

1. Samsan Tech: simpan energi dengan teknologi COMVAS

Climate Change itu Nyata, Ini 5 Cara Inovatif Anak Muda Mengatasinya Ide solusi dari Samsan Tech (Dok. Schneider)

Putu Ayu Narsih dan Gaizka Valencia dari Samsan Tech ini, menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi yang tepat guna akan membantu mengurangi penggunaan energi. Salah satunya adalah ide mengintegrasikan computer vision in HVAC system untuk mengurangi pemakaian energi listrik dalam penggunaan AC. 

Pada dasarnya, computer vision yang dibuat oleh Samsan Tech ini akan nyambung dengan CCTV dan dapat mendeteksi berapa jumlah orang di dalam ruangan tersebut. Jika orang di dalam ruangan semakin banyak otomatisasi suhu ruangan menjadi lebih dingin. Begitu juga sebaliknya. Dengan begini, Samsan Tech mengklaim dapat menyimpan energi hingga 62 persen dan hemat listrik dong tentunya.

Oh ya, di kompetisi ini semua finalis juga nggak hanya dinilai dari segi teknologinya yang tepat guna, tetapi juga ditantang untuk bisa memasarkannya dan membangun bisnis yang berkelanjutan ini. Wah, seru nih!

Baca Juga: 7 Teknologi Canggih Berdampak Besar pada Kemajuan Zaman

2. Milky Way: bebaskan limbah pabrik di sungai dengan BECE

Climate Change itu Nyata, Ini 5 Cara Inovatif Anak Muda Mengatasinya Cara kerja BECE karya tim Milky Way (Dok. Schneider)

Sudah bukan rahasia lagi kalau sungai di Indonesia dipenuhi polusi, bahkan pengaruhnya pun berdampak buruk dan para petani ikan juga merasakannya. Inilah yang jadi perhatian dari Intan Subradi dan Angelina Pamela dari tim Milky Way, sebab mereka melihat hampir 90 persen industri dekat sungai Citarum tidak memiliki manajemen limbah yang baik. Lalu, apa akibatnya? Sungai jadi sangat kotor dan tidak sehat. 

Tim Milky Way akhirnya membuat BECE, sebuah teknologi yang dapat menyaring limbah produksi dengan sebuah kompartemen yang terdiri dari anoda dan katoda. BECE tersebut tak hanya menyaring limbah, tetapi juga bisa menjadi listrik yang bisa digunakan oleh pabrik itu sendiri. Bahkan, air bersihnya pun bisa digunakan kembali. Wah, ini sih menarik kalau bisa diterapkan di semua industri pabrik.

3. Philocoffee.AI: bantu UMKM dan petani kopi dengan alat sortir otomatis

Climate Change itu Nyata, Ini 5 Cara Inovatif Anak Muda Mengatasinya Alat sortir otomatis dari Philocoffee.AI (Dok. Schneider)
dm-player

Siapa yang suka minum kopi? Sekadar informasi, Indonesia ternyata tercatat sebagai peringkat ke-4 di dunia dalam produksi kopi lho. Sebanyak 98 persen diproduksi oleh petani lokal, tapi permasalahannya adalah 60 persen kualitas biji kopi di Indonesia ditentukan saat proses pasca panen, salah satunya seperti cara menyortir. Selama ini, di Indonesia itu sendiri lebih banyak dilakukan secara manual. Waktu jadi lebih lama dan tak produktif. 

Althea dan Enrico dari Philocoffee.AI ingin membantu para petani tersebut dengan menghadirkan alat sortir yang dapat meningkatkan produktivitas petani hingga lima kali lipat. Dengan begini, tentu kualitas biji kopi dan harga juga semakin bersaing. Menarik juga, ‘kan? Siapa yang suka kopi? Boleh juga nih teknologinya.

4. EvoGreen: ubah karbondioksida jadi oksigen dengan alga merah

Climate Change itu Nyata, Ini 5 Cara Inovatif Anak Muda Mengatasinya Prototipe dan cara kerja EvoGreen (Dok. Schneider)

Tim EvoGreen Hartandi Wisnu Mukti dan Made Ayu Nandini membuka presentasinya dengan sangat lugas saat menjelaskan, bahwa kualitas udara di Indonesia 3 kali di bawah standar World Health Organization (WHO). Bahkan, Indonesia menduduki peringkat ke-12 di dunia dalam konsumsi bahan bakar fosil seperti batubara, yang menjadi faktor utama kenapa udara di Indonesia sangat buruk. 

Oleh karena itu, EvoGreen memberikan sebuah solusi dengan membuat teknologi yang dapat mengubah karbondioksida menjadi oksigen. Caranya, dengan menggunakan alga merah yang bisa menangkap karbondioksida lebih banyak. Lewat teknologi yang sudah didesain tersebut, harapannya tidak hanya bisa memperbaiki kualitas udara dalam rumah, tetapi juga meningkatkan dan membuka lapangan kerja baru sebagai petani alga merah.

Gak heran deh, dengan ide ini tim EvoGreen berhasil menjadi 1st Runner Up dalam kompetisi ini. Luar biasa!

5. Carragenergy: buat baterai organik dari rumput laut merah yang ramah lingkungan

Climate Change itu Nyata, Ini 5 Cara Inovatif Anak Muda Mengatasinya Proyeksi dampak penggunaan Carragenergy (Dok. Schneider)

Last but not least, tim Carragenergy ini memiliki ide yang solid dan kreatif untuk mengatasi polusi baterai yang sudah tidak terpakai sampai sekarang. Bahkan ini terus meningkat dan akan membahayakan juga. Sementara baterai akan terus digunakan oleh semua orang. Gak pakai lama, Yumna Dzakiyah dan Richi Fane langsung mengeksekusi sebuah ide bernama Carraenergy yang dapat membuat baterai dari rumput laut merah yang dapat menyimpan energi dan sangat ramah lingkungan. 

Baterai ini sangat mereduksi dalam penggunaan material yang beda sekali dengan baterai yang dulu seperti nikel, tembaga, dan merkuri. Tentu sangat murah dan sangat sustainable. Kerennya juri memutuskan untuk Carraenergy menjadi pemenang di Schneider Go Green 2021 ini dan membawa pulang Rp20 juta. Tak hanya itu, mereka juga menjadi delegasi Indonesia untuk mengikuti kompetisi Schneider Go Green di tingkat Pasifik. Keren!

Salah satu peserta dari EvoGreen Hartandi menceritakan bahwa dirinya sangat senang mengikuti Schneider Go Green ini karena dapat bertemu banyak teman-teman dan bisa ngobrol dengan profesional lainnya. Tak lupa pula dirinya juga memberikan apresiasi kepada pembimbingnya dan Schneider Electric.   

Oh iya, jika kamu ingin bergabung, mengembangkan karir, dan menciptakan sustainable technology di Schneider Electric Indonesia boleh banget! Cek job vacancy-nya di sini!

Climate Change itu Nyata, Ini 5 Cara Inovatif Anak Muda Mengatasinya Beberapa finalis Schneider Go Green Final (Dok. IDN Times)

”Sebetulnya semua adalah pemenang. Pesan untuk semuanya, jangan berhenti untuk belajar dan berinovasi untuk negara dan lingkungan. Teruslah mencari makna dalam setiap langkah dan dapat memberikan impact baik kepada masyarakat sekitar. Terima kasih semua tim,” ujar Roberto Rossi sekaligus menutup Schneider Go Green 2021. (WEB)

Topik:

  • Bima Anditya Prakasa

Berita Terkini Lainnya