Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wanita tangguh (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi wanita tangguh (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bukan hidup namanya apabila kita tidak merasakan pasang surut. Hidup ibarat sebuah roda yang terus berputar. Kadang kita bisa berada di atas, kadang pula di bawah. Kedua kondisi itu tentu memiliki makna masing-masing dalam proses perjalanan hidup kita.

Sejauh ini, mungkin kamu termasuk orang yang sebanding dalam merasakan pahit manisnya kehidupan. Untuk bisa bangkit dari kegagalan, tentu kamu perlu mengubah perspektif supaya dapat melihat kegagalan itu dengan arti yang lebih luas lagi. Namun, apakah kamu benar-benar sudah melakukan hal itu dengan baik? 

Nah coba cek, yuk! Berikut beberapa bukti nyata bahwa kamu telah mampu belajar dari kegagalan yang pernah dialami.

1. Kamu cenderung tidak menyalahkan, namun memilih fokus untuk kembali bangkit

ilustrasi fokus menatap (pexels.com/Cesar Vasquez)

Kamu yang berhasil belajar dari kegagalan-kegagalan sebelumnya tentu akan lebih bijak dalam bersikap. Salah satunya dengan tidak menyalahkan apa pun, baik diri sendiri maupun keadaan.

Kamu paham bahwa setiap kegagalan bukan untuk disalahkan, namun menjadi sebuah tantangan untuk kembali menata kehidupan lebih baik lagi. Dengan begitu, pikiranmu akan tertuju pada semangat untuk bangkit, bukan meratapi kegagalan itu sendiri.

2. Kamu merasa tidak takut untuk mencoba langkah-langkah yang baru

ilustrasi tersenyum (pexels.com/Andrea Piacqiadio)

Kamu sadar bahwa satu kali gagal bukan berarti gagal untuk selamanya. Sehingga, kamu cenderung memiliki keberanian untuk terus mencoba langkah baru yang sekiranya mampu membuka peluang. 

Dari hal itulah akan terbuka jalan keluar terbaik. Sebab, keberanian itu mampu menjadi kekuatan baru dalam dirimu untuk bekal di masa mendatang.

3. Kamu cenderung fokus pada hal-hal yang bisa diperbaiki dan yang berada di bawah kendali

ilustrasi seorang wanita (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Kamu sangat memahami bahwa gagal adalah hasil dari sebuah proses yang kerap tidak dapat diprediksi. Terkadang kita hanya bisa mengontrol sebagian hal lainnya yang berada di bawah kendali untuk meminimalisir terjadinya kegagalan. Namun, jika hasilnya masih tak sesuai harapan, bukankah di dalamnya juga terdapat campur tangan Tuhan?

Belajar dari pengalaman tersebut, kamu harus mampu fokus pada sesuatu yang masih bisa diperbaiki dan diupayakan. Dengan begitu, langkah yang akan kamu tempuh berikunya lebih tepat dan terarah.

4. Kamu mampu menjaga harapan agar tidak mudah terpatahkan

ilustrasi seorang wanita (pexels.com/Ion Ceban)

Kerap mencicipi jatah gagal dalam hidup ini membuatmu terbiasa dalam mengolah sebuah harapan. Kamu sangat memahami bahwa sebuah ekspektasi tidak boleh berlebihan. Karena ketika hasilnya berlainan, maka sakit hati jelas didapatkan. 

Berbekal pengalaman itu, tentu kamu akan menaruh harapan sewajarnya saja dengan tetap mempertimbangkan situasi maupun realita yang terjadi. Hal itu sebagai upaya menghindari perasaan kecewa mendalam ketika kamu harus menelan kegagalan kembali di kemudian hari.

5. Kamu selalu berhasil mengartikan setiap makna dari kegagalan itu

ilustrasi seorang wanita (pexels.com/John Diez)

Setiap kegagalan selalu memberikan arti kehidupan bagi orang yang mengalaminya. Kamu yang mampu belajar dari kegagalan tentu sangat memahami hal itu. Sebab, kamu memiliki cara pandang yang lebih luas dengan berbekal pada pengalaman sebelumnya. Sehingga, kegagalan bukanlah suatu hal yang mengerikan menurut perspektifmu dalam menilainya. 

Berdamai dengan sebuah kegagalan bukan hal yang mudah. Namun, apabila kamu telah menunjukkan sikap seperti kelima poin tersebut, artinya kamu telah berhasil memetik pelajaran di baliknya. 

Ketahuilah, bahwa kedewasaan itu mampu kamu dapatkan melalui proses yang bermakna. Semangat, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team