Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Cara Crab Mentality Diam-diam Merusak Pola Pikir Objektif

ilustrasi menyalahkan (pexels.com/Cottonbro)
Intinya sih...
  • Mental kepiting merusak pola pikir objektif
  • Mengaburkan penilaian berdasarkan fakta
  • Menghambat apresiasi prestasi orang lain
  • Mendorong perbandingan sosial yang tidak sehat
  • Memicu terjadinya bertindak berdasarkan emosi
  • Memunculkan lingkungan yang bersifat toksik
  • Menyebabkan bias negatif
  • Menutup peluang belajar dari orang lain

Pada faktanya masih banyak orang yang memiliki mental kepiting. Ketika melihat orang lain tumbuh dan berkembang, mereka justru tergerak ingin menjatuhkan. Mental kepiting ini bahkan diterapkan dalam kehidupan profesional. Bahkan dianggap sebagai kebiasaan yang wajar.

Seolah tidak menyadari jika mental kepiting pada akhirnya merusak pola pikir objektif. Seseorang dalam menyikapi persaingan cenderung mengedepankan ego. Terdapat beberapa cara mental kepiting dalam merusak pola pikir objektif. Berikut di antaranya.

1. Mengaburkan penilaian berdasarkan fakta

ilustrasi lingkungan toxic (pexels.com/Anna Shvets)

Crab mentality identik dengan sikap saling menjatuhkan karena ingin memenangkan persaingan. Tipe individu demikian ini cenderung tidak menyukai seseorang yang mulai tumbuh dan berkembang. Kehadiran crab mentality juga memiliki risiko tersendiri. Termasuk merusak pola pikir objektif.

Orang dengan crab mentality lebih fokus pada perasaan iri atau takut tertinggal daripada menilai sesuatu secara logis. Mereka cenderung mengabaikan data dan bukti yang valid. Termasuk meremehkan pencapaian orang lain karena merasa terancam oleh kemajuannya.

2. Menghambat apresiasi prestasi orang lain

ilustrasi berdebat (unsplash.com/Sebastian Hermann)

Crab mentality atau mental kepiting sering kita jumpai di lingkungan kerja. Bahkan yang menarik, banyak orang tidak sadar sudah menerapkan budaya demikian. Seolah tutup mata terhadap risiko crab mentality yang berpotensi merusak pola pikir objektif.

Mengapa bisa dikatakan demikian? Karena mental crab mentality akan menghambat apresiasi prestasi orang lain. Mereka tidak ingin mengakui orang lain lebih hebat dari dirinya. Tidak jarang lebih memilih berfokus pada validasi semu untuk memuaskan diri.

3. Mendorong perbandingan sosial yang tidak sehat

ilustrasi lingkungan toxic (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Perbandingan sosial memang menjadi kendala utama yang membuat seseorang tidak kunjung tumbuh dan berkembang. Karena terlalu sering membandingkan diri, pada akhirnya muncul dorongan pesimis. Rasa ragu dan kekhawatiran dijadikan sebagai permasalahan utama saat hendak berusaha.

Di sinilah kita perlu mengetahui cara crab mentality merusak pola pikir objektif. Secara otomatis seseorang akan terlibat perbandingan sosial yang tidak sehat. Objektivitas menuntut kita fokus pada kualitas dan konteks. Tapi dengan adanya mental kepiting, antar orang saling membandingkan dirinya, kemudian menjatuhkan satu sama lain.

4. Memicu terjadinya bertindak berdasarkan emosi

ilustrasi berdebat (pexels.com/Yan Krukau)

Seberapa sering menjumpai crab mentality di lingkungan sekitar? Mental kepiting atau mental menjatuhkan ini sering menjadi permasalahan utama. Tentu kita harus menyadari jika crab mentality dapat merusak pola pikir objektif yang sudah terbangun.

Mengapa demikian? Karena ini yang memicu terjadinya bertindak berdasarkan emosi. Ketika seseorang merasa terancam oleh keberhasilan orang lain, ia bisa kehilangan objektivitas. Dalam mengambil keputusan cenderung mengandalkan emosi tidak terkontrol. Bahkan tidak segan bertindak gegabah.

5. Memunculkan lingkungan yang bersifat toksik

ilustrasi lingkungan toksik (pexels.com/RDNE Stock Project)

Crab mentality. Atau mungkin kita menyebutnya sebagai mental kepiting. Terkadang kita menganggap ini sebagai situasi normal yang tidak perlu dipermasalahkan. Tapi jika terus berlanjut, mental kepiting pada akhirnya merusak pola pikir objektif.

Mengapa bisa dikatakan demikian? Karena pola pikir kepiting turut mempengaruhi lingkungan sehingga bersifat toksik. Ini terlihat dari pola persaingan tidak sehat yang terus berlangsung dari waktu ke waktu. Seolah menjadi siklus berkelanjutan tiada akhir.

6. Menyebabkan bias negatif

ilustrasi bingung (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Sudahkah menyadari jika crab mentality pada akhirnya merusak pola pikir objektif? Atau mungkin menganggap wajar dan tidak mempermasalahkannya selama ini? Kita lupa jika mental kepiting akan merusak pola pikir objektif dengan beberapa cara.

Termasuk diantaranya memunculkan bias negatif. Mereka tidak akan mengedepankan pola pikir yang netral atau positif terhadap keberhasilan. Sebaliknya, prasangka dijadikan sebagai dasar utama ketika menilai segala sesuatu yang terdapat di lingkungan sekitar.

7. Menutup peluang belajar dari orang lain

ilustrasi menyalahkan (pexels.com/Yan Krukov)

Crab mentality menjadi situasi yang dapat terjadi pada siapa saja. Mental kepiting berujung pada sikap saling menjatuhkan dan menghambat kemajuan. Bahkan jika terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan pola pikir objektif akan terganggu.

Perlu diketahui, crab mentality menutup ruang belajar dari orang lain. Alih-alih melihat kesuksesan sebagai inspirasi, orang-orang dengan mental kepiting justru menolak untuk belajar. Mereka memvalidasi keraguan diri bagaimana caranya dalam menjatuhkan orang lain.

Kita harus sadar jika crab mentality adalah racun bagi pola pikir objektif. Karena ini yang akan menggantikan logika dengan pola pikir negatif. Mereka dengan mental kepiting tidak mampu memahami fakta, mengontrol emosi, bahkan memilih untuk tidak tumbuh dan berkembang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us